Matahari sudah mulai tenggelam di barat, namun semangat kedua anak ini masih belum sirna. [Name] menggerakkan ratu putihnya, mendekati raja hitam milik lawannya.Sudut bibirnya tertarik perlahan, merasa semua kemenangan ada di pangkuannya. Anak bersurai merah itu terdiam, berpikir keras hingga wajahnya membuat raut yang seperti kesulitan.
"Mau menyerah?"
"Belum, aku masih belum kalah!"
Pihak ketiga yang menonton persaingan itu hanya memeluk lututnya, sesekali memejamkan mata, menikmati angin yang masuk melalui jendela.
"Lihat, Kohaku-kun! Aku menang!!"
Dengan kedua tangan yang terangkat penuh kegirangan, [Name] bersorak dengan kemenangan yang dimilikinya. Sang lawan bertepuk tangan atas kemenangannya. "Permainan bagus, [Name]-san!"
"Selamat, [Name]-han."
"Besok, aku ingin Kohaku-kun yang melawanku!" ujar [Name] sambil main genggam kedua telapak Kohaku, sontak membuat semburat di kedua pipi Kohaku. "A-apa?!"
[Name] hanya tersenyum, "Aku tunggu ya, Kohaku-kun."
"Aduh, ketiduran lagi..."
[Name] mendudukkan badannya. Pinganggnya terasa sakit akibat duduk terlalu lama tadi.
Kamarnya hanya diterangi cahaya remang-remang dari rembulan yang bersinar dibalik tirainya. Gelap, bahkan [Name] harus menyalakan lampu terlebih dahulu.
Kring, kring!
"Ha–"
"Bodoh, kau melupakan bukumu tadi!"
[Name] terkejut dengan ponselnya yang tersetting volume penuh hingga berdampak pada suara Kohaku. Di sebrang sana, Kohaku memegang sebuah buku biru dengan muka sebal.
"Ahaha, sepertinya aku melupakannya lagi." ujar [Name] sembari tersenyum canggung. "Aku lupa dengannya makanya Ia memilih untuk menumpang di tasmu."
"Kau mengatakan demikian seolah bukumu hidup memiliki kaki."
Kenapa bisa berteman lama dengannya adalah apa yang Kohaku pikirkan saat ini. Menyebalkan? Iya.
"Besok pagi akan daku antarkan. Jangan bangun kesiangan, kau sudah bekerja keras tadi, bodoh. Tidur yang ... nyenyak."
"Iya, pasti." ujar [Name] dengan senyuman menghadapi kamera.
[Name] membuka pintu belakang rumahnya, senyumnya masih mengembang seperti bintang-bintang yang terus bersinar di atas sana. Kohaku paham sekali, jika [Name] bergerak tanpa mengatakan apa-apa, tandanya Ia belum mau memutuskan telepon.
Sekarang, layar laptop Kohaku menunjukkan langit penuh bintang dari kamera [Name].
"Ayo kita melihat bintang dan bernyanyi, Kohaku!"
"Kata yang selalu kau ucapkan ketika sedang bersama ... baiklah, ayo."
Terpisah sejauh apapun, tali itu tak pernah terputus. Selalu ada celah kecil di setiap peristiwa, entah itu yang mudah disadari atau tidak.
Seperti biasa, [Name] dan Kohaku bertukar isi pikiran mereka. Walau layar Kohaku hanya menunjukkan langit malam dengan bintang, Ia dapat merasakan dan membayangkan aura bahagia [Name] di sana. [Name] yang tinggal sendirian tanpa teman setelah memutuskan untuk keluar dari panti.
"Selama bintangnya masih bersinar tanpa lelah, itu tandanya aku juga bisa bersinar lebih lagi."
Kohaku mengangguk lembut.
"Mungkin bintang lainnya ingin bersinar juga, dan aku akan mendukung mereka!"
Senyumnya terlukis.
"Kalau cahaya bintangnya terhalang awan, apa ya..."
"[Name]-han."
"Iya?"
"Selama kau masih bersinar, daku akan terus menjagamu. Jika awan-awan kotor itu mulai menepis cahayamu, maka daku tak ragu untuk beraksi seperti angin yang menerbangkan segala kebusukan, karena itu adalah salah satu janji sumpahku."
[Name] menutup ukiran senyuman dengan telapak tangannya.
"Dan jika dunia sudah menjadi jahat, daku akan melawannya untukmu."
"Kenapa kau begitu baik?"
"Karena kau, adalah orang terbaik bagiku."
"Menjaga jodoh orang lain yang ceroboh sepertinya sangat memusingkan.
Tapi.. ambisinya untuk bersinar sangat keren, bukan?"
──❬🌸 520 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
spring's symphony › oukawa kohaku
Cerita Pendek⇘ : : "Aku yang melanggarnya." Pemuda bersurai sakura itu mencintai orang yang berhasil meluluhkan hatinya, yang kata banyak orang adalah soulmate salah satu orang terdekatnya. Tapi ingat, itu hanyalah kepercayaan banyak orang, siapa yang menyangka...