# O11

2.9K 572 14
                                    

Aneh. Itulah yang dirasakan Haruto kala pintu ruangan telah tertutup rapat. Seharusnya ia duduk untuk membahas bisnisnya, tetapi ia begitu enggan dan beralih untuk mengitari ruangan tersebut.

"Kenapa?"

Haruto menggelengkan kepalanya, ia tidak menjawab dan memilih terus meneliti setiap sudut ruangan.

Satu kotak dibawah meja ditemukan oleh dirinya. Hanya kotak hitam berukuran sedang, bisa diperkirakan ukurannya 30cmx30cm.

Karena rasa penasaran begitu tinggi, lantas Haruto mengeluarkan kotak tersebut dari bawah meja. Dibuka lah kotak tersebut saat tepat di atas meja.

Tuan Lee terkejut saat melihat isinya, berbeda dengan Haruto yang masih senantiasa dengan wajah datarnya.

"Itu apa?"

"Bom gas, tapi saya tidak tahu pasti gas apa di dalamnya."

Haruto lantas mengambil gawainya, ia berencana menghubungi bawahannya. Namun nihil, tidak ada batang sinyal disana. Jaringan benar-benar diputuskan.

Sial, detik waktu pada bom terus terhitung mundur. Dirinya hanya memiliki sisa waktu 7 menit.

"Tes." Haruto menekan tindikan hitam pada telinganya. Seharusnya tersambung karena alat itu diciptakan sebagai alat penghubung rahasia milik dirinya.

Namun nihil, karena sambungan begitu terkendala. Situasi ini benar-benar diluar perkiraan Haruto.

"Kita harus cari cara untuk keluar dari sini!" Haruto bergegas menuju pintu keluar, namun lagi-lagi hal itu sia-sia karena ia teringat bahwasanya ruangan tersebut terkunci dari luar.

"Shit." Satu umpatan lolos dalam sekita, tubuhnya ia bantingkan ke pintu agar terbuka namun sama saja tidak ada hasil.

Pundaknya langsung terasa nyeri, pintu kayu ruangan itu terlalu kokoh. Terjebak di ruangan tertutup bukanlah hal yang mudah. Haruto memutar pikirannya, ia tidak bisa diam karena waktu pada bom terus berkurang.

"Tidak ada cara lain."

Waktu tersisa kurang lebih 3 menit lagi. Haruto kembali menghampiri bom tersebut, ia mau tidak mau harus menjinakkan tanpa alat bantu apapun.

Helaan nafas lolos dari bilah bibir pemuda Jepang tersebut, barulah tangannya bergetar ke arah sambungan kabel-kabel bom.

Satu detik, dua detik, ketiga detiknya Haruto memilih untuk memutuskan kabel berwarna hitam.

Deg. Salah sasaran. Waktu semakin cepat, tidak dipungkiri bahwa Haruto sekarang benar-benar panik.

Bruak!

Pintu terbuka secara paksa, Haruto lantas menengok ke arah pintu tersebut.

"Tidak ada waktu lagi, ayo keluar!" Perintah Tuan Lee, membuat Haruto bergegas keluar.

Pun, pemuda itu langsung menarik Jeongwoo yang baru saja mendobrak pintu untuk menjauh.

Setelah itu, pintu tertutup rapat kembali. Detik selanjutnya, ledakan terdengar dari ruangan tersebut. Syukurlah, ledakan tidak besar dan persebaran gas tidak begitu luas.

Haruto berhasil membawa Jeongwoo menjauh, tepat di taman belakang yang luas kini keduanya saling berdiri berhadapan.

"Cukup sudah Park Jeongwoo."

"Untuk apa?"

Haruto menghela nafasnya, "Untuk mengetahui jauh tentang saya. Yang ada kamu akan sering terlibat seperti ini secara tidak langsung."

Jeongwoo tertawa renyah, "Gue begini karena tugas gue sebagai polisi."

"Kalau begitu, tinggalkan saya. Ini urusan keluarga saya, bukan publik lagi." Ucap Haruto sembari mengeluarkan kartu pengenal polisinya.

Jujur, Jeongwoo bingung dengan jalan pikir pemuda Jepang tersebut. Apa yang direncanakan sekarang? Bahkan Jeongwoo tidak paham.

"Ini, saya memutuskan untuk menangani kasus ini tanpa campur tangan polisi lain karena----" Ucapan terjeda, pemuda Watanabe tersebut memilih menatap Jeongwoo.

"Tidak ingin lo terluka lagi untuk kesekian kalinya, Park Jeongwoo. Terlalu bahaya."

Deg. Seketika gaya bicara Haruto berubah. Terdengar lebih nyaman di dengarkan ketimbang gaya bicara formal sebelum-sebelumnya.

Dan lagi, itu berhasil membuat Jeongwoo seketika membeku.

Tanpa disadari, salah satu tangan Jeongwoo ditarik oleh Haruto kemudian memberikan kartu pengenal kepolisian itu di telapak tangan Jeongwoo.

"Cukup, sisanya biarkan gue. Lo masuk terlalu dalam, mungkin iya untuk mengenal gue tapi maaf Woo, hidup gue begitu rumit dan berbahaya." Lanjutnya, setelah itu Haruto mengambil langkah untuk pergi meninggalkan Jeongwoo yang masih membeku di tempat.

"Haruto sialan!" Teriak Jeongwoo membuat si pemilik nama membalikkan tubuhnya.

"I know that, terimakasih sudah menyelamatkan gue tadi. Gue ada hutang nyawa dengan lo, gue akan transfer uang ke rekening lo nanti." Itulah kalimat terakhir sebelum Haruto menghilang dari balik dinding belokan bangunan.

"Sialan!" Jeongwoo mengacak rambutnya asal. Dia masih tidak percaya apa yang diucapkan oleh Haruto. Pemuda itu datang ke kehidupannya dan pergi seenaknya.

Dah heol? Transfer? Dia pikir dengan uang akan selesai?

Haruto definisi lelaki sialan bagi Jeongwoo. Rekan kerjanya itu benar-benar aneh.

[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang