Angan

11 1 0
                                    

"Uni! Jangan lupa join colab gue ya!" seru Bintang, teman sekelas Araya di bangku SMP saat berpisah di gerbang sekolah. Araya hanya memberi isyarat bahwa dirinya setuju dengan ajakan tersebut, padahal Araya sendiri tidak tau apa akun Bintang.

"Uni", itulah panggilan Araya dari teman-temannya karena Araya pindahan dari Sumatera Barat. Saat Araya kelas 4 SD rumahnya hancur karena gempa bumi yang berpotensi tsunami. Panggilan "Uni" masih melekat meskipun dirinya sudah duduk di bangku SMP.

Saat Araya sedang asik melihat-lihat lagu yang akan menjadi project barunya, pesan masuk muncul di kotak pesan aplikasi tersebut. Karena menduga pesan itu dari Bintang, pesan tersebut diabaikan dan Araya masih tetap melihat-lihat daftar lagu-lagu. Pesan tersebut pun terus-terusan bertambah hingga Araya kesal dan segera mematikan ponselnya untuk kemudian diisi daya dan ditinggal tidur.

Keesokan harinya, di sekolah, Araya telah membaca pesan dan masih mendapatkan pesan baru dari akun yang tak dikenalnya itu. Karena kesal Araya mendatangi Bintang dan memintanya untuk berhenti mengiriminya pesan di aplikasi padahal ada aplikasi chat Line. Bintang yang merasa tidak pernah mengirimi pesan lewat aplikasi lain selain Line, membantah tuduhan Araya dan mengatakan kalau itu bukan pesan darinya. Rasa kesal masih terpendam di hati Araya karena pengirim tidak menunjukkan nama dan langsung menanyakan pelajaran di sekolah.

"Ini siapa sih? Rusuh banget. Masih pagi, juga" omel Araya di benaknya sambil duduk di bangku yang terdiri dari dua meja dan dua kursi.

Bel sekolah berbunyi. Araya buru-buru mengaktifkan mode getar di ponsel, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tidak lama kemudian Guru pelajaran pertama masuk yang diikuti oleh seorang perempuan cantik di belakangnya. Anak tersebut bernama Azzahra Fatima, siswi pindahan yang sebelumnya bersekolah di rumah atau home schooling. Zahra kemudian diperintahkan untuk duduk di sebelah Araya karena saat itu Araya duduk sendiri, meskipun jatah meja dan bangku untuk dua orang.

Saat pelajaran berlangsung mereka berdua mengobrol lewat surat-suratan di sebuah buku kosong yang tidak terpakai. Dimulai dari alasan kenapa pindah, tinggal dimana dan hal lainnya ditanyakan oleh Araya hingga Zahra bertanya balik kenapa pesannya tidak dibalas. Araya yang heran dengan pertanyaan tersebut, bertanya balik karena mereka berdua sama-sama baru pertama kali bertemu.

"Chat yang mana ya? Gue baru kenal lo dan kita belum ada tukeran kontak" tulis Araya yang bingung dengan pertanyaan tersebut.

"Itu loh yang di aplikasi nyanyi itu apa sih namanya? Ya pokoknya di situ. Akun kamu namanya MAyayuyu_chuu kan?" balas Zahra dengan cepat. Ingin rasanya saat itu Araya membuka ponselnya untuk mengecek, akan tetapi sanksi sekolah tentang ponsel membuat Araya mengurungkan niat tersebut. Araya menghentikan surat-suratan dan berusaha fokus sama pelajaran, hanya saja yang di tulis Zahra tadi masih terngiang dibenaknya.

Jam istirahat sangatlah dinanti oleh seluruh siswa tak terkecuali Araya yang penasaran dengan pesan yang belum dia buka saking jengkelnya. Rasa bersalah mulai muncul karena telah berburuk sangka sebelum mengetahui maksud dari isi pesan tersebut.

Araya yang didapati sedang membaca pesan dari si pengirimnya yang tak lain adalah Zahra merasa malu dan langsung minta maaf. Pada akhirnya mereka bertukar kontak karena Araya tidak selalu membuka aplikasi tersebut.

Setelah kejadian itu Araya berteman baik dengan Zahra. Araya juga sering mengajak Zahra main ke rumahnya, entah itu menari atau bernyanyi bersama. Hanya saja Zahra tidak pernah mau mengajak Araya bermain ke rumahnya meskipun itu dengan bujuk rayu dan iming-iming makanan. Araya juga mendapat panggilan baru dari Zahra, yaitu Aya.

Setahun lebih mereka berteman, akhirnya usaha Araya untuk main ke rumah Zahra membuahkan hasil. Hanya saja ada syarat tertentu yang harus di penuhi Araya, yaitu mengenakan gaun yang diberikan oleh Zahra dan tak lupa Zahra memberikan sebuah kartu yang berisi alamat. Kebiasaan Araya yang suka berpikir seenaknya muncul.

AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang