Part 6. Fitnah

55 5 3
                                    

  
Jangan lupa dengerin lagunya ya!

"Tidak adil. Saat sebentar lagi akan mucul pelangi kenapa mendung harus lebih dulu." Hanasta Kheswari.

Part 6. Fitnah.



"Oh jadi ini cewe murahan itu."

"Itu foto nya yang ada dimading kan?"

"Padahal mukanya kalem. Sayang kelakuannya murahan."

"Sekarang yang kalem malah lebih agresif."

Hana memanang mereka bingung. Dia merasa semua orang memperhatikannya dan memandang dia rendah. Jadi ucapan mereka untuk dia? memangnya dia melakukan apa? dan foto, foto apa yang mereka maksud?

Saat Hana akan pergi ke mading tiba-tiba ada yang menghadangnya dari depan.

"Apasih minggir gak" Hana langsung mendorong badan Leon namun sayang tidak ada pengaruhnya.

"Jadi ini kelakuan lo. Gak nyangka lo makin liar." Ucap Leon memandang Hana remeh.

"Segitu frustasi nya lo gue putusin makanya gini.Di bayar berapa?"

"bisa lah nanti ke Apart gue." Ucap Leon melanjutkan.

"Anjir! Leon kagak sabaran."

"Si Ratih bakal punya saingan nih kayaknya."

Suara-suara teriakan dari lorong yang semakin menggema menyudutkan Hana yang masih belum paham apa-apa.

Tertawa, semua orang di lorong tertawa hanya karena kalimat sampah seperti itu. Sungguh tidak ada yang lucu sama sekali.

Hana memandang semua orang dalam diam, lalu dia pun melangkah maju mendekati Leon.  Dan seketika tawa Leon berhenti kemudian tersenyum meremehkan.

"Jadi gimana nih mau nerima tawaran gue kagak, bayarannya gue lebihin deh." Ucap Leon dengan nada yang sangat menjengkelkan.

Mendengar hal itu Hana pun tersenyum  dan menggeleng. Dia mengangkat tangannya dan-

Plakkk!

Seketika semua yang ada di lorong diam. Hana menampar Leon dengan sangat keras. Walaupun Hana masih bingung dengan situasi saat ini, ada satu hal yang sangat dia pahami Leon sudah keterlaluan.

"Ck! apa-apaan sih lo hah!"

"Gimana sakit gak?" Tanya Hana dengan kalimat selembut mungkin.

"Sakitlah bego." Hana menampar Leon sampai sudut bibir Leon mengeluarkan darah. Bisa bayangkan sendiri seberapa keras tamparan Hana.

Hana tersenyum lalu dengan tenang dia berbicara.

"Makanya lain kali kalo ngomong itu di jaga ya kak. sungguh yang melahirkan peradaban tak pantas untuk di lecehkan."

Hana pun melangkah pergi meninggalkan kerumunan tersebut dan tentu saja meninggalkan Leon yang berdiri mematung memandang Hana yang perlahan menjauh.

"Ck! Sialan. Awas aja gue bales lu Han." Ucap Leon lalu kemudian pergi meninggalkan lorong.

Tanpa semua orang sadari perlahan air mata Hana yang sudah dia tahan sejak tadi jatuh. Jatuh mengalir membasahi pipinya. Tak ada isakan tak ada suara yang ada hanya sebuah air mata. Iya Hana menangis lagi dengan kesepian.

*****

Hana memasuki kelasnya dengan perlahan, dia takut ketahuan guru karna membolos pada jam pertama. Sebenarnya dia hanya di toilet saja sejak tadi.

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang