"pagi mas, kamu udah bangun?" Sapa andin dengan senyum khasnya.
"Pagi," balas Al dengan senyuman. "Masak apa kamu hari ini?"
"Ini aku masak sup ayam sama perkedel, mau nyobain?"
"Nanti aja, mau mandi dulu,"
"Oh ya, Reyna udah bangun belum?""Belum masih nyenyak banget dia, aku bangunin malah pindah posisi," jelas Al.
"Hmm, bapaknya banget itu mah,"
Balas Andin sambil memutar bola matanya.
"Lho, kok aku?"Tanpa menghiraukan Al, Andinpun segera ke kamar atas untuk membangunkan putri kecilnya.
"Sayang, bangun yuk, udah siang," kata Andin sambil mengusap kepala Reyna.
"Hmm.. iya ma..."
"Hey... Ayo buruan.. mama sama oma udah masak kesukaan kamu lho,"
"Hmm.." Reyna mulai bangkit dan memeluk mamanya.
Al masuk kamar dan melihat Reyna masih bermanja dengan Andin."Uluh... Manjanya anak perempuan papa nih,"
Reyna tak menghiraukan Al, ia masuk ke curuk leher mamanya mencari tempat ternyaman."Hai... Ayo mandi.. mama gak bisa berdiri kalau kamu kayak gini, yuk turun dulu.."
"Gendong... " Kata Reyna dengan nada manjanya.
"Iya, ayo.. turun dulu tapi. Udah siang kasihan Oma nungguin lama tuh,""Ndin, handuk dimana?" Teriak Al.
"Ya di tempat biasa masak suruh jalan sendiri," jawab Andin.
"Tolong ambilin aku lupa," teriak Al.
"Kebiasaan kamu,"
"Bentar nak, mama ambilin handuk papa dulu"
"Nih,"
Andin kembali berjalan mendekati Reyna.
"Dah, yuk mandi, mau gendong depan apa belakang?" Tanya Andin sambil mengulurkan tangannya.
"Depan," jawab Reyna dengan nada imut.
"Belakang aja yuk" kata sang mama.
"Hmm.." akhirnya Reyna naik ke punggung Andin.
Di
"Hai... Gemoy... Baru bangun?" Sapa Mirna.
"Udah gede masih gendong aja,"
"Iya nih,Ncusss, manja" balas Andin.
"Padahal kalau emaknya gak ada dia biasa aja,"
"Ya udah, kalau gitu mama pergi aja ya, kamu dirumah sama Ncus sama oma," goda sang mama.
"Ahh..mama..." Rengeknya sambil mempererat pelukannya.
"Aduh.. cucu Oma baru bangun? Kenapa pakek gendong segala, kasihan kan mama berat,"
Reyna menyembunyikan wajahnya di balik punggung Andin.
"Iya Oma, lagi manja nih,"
"Gimana mau punya adik kalau kayak gitu," kata sang Oma."Aku gak mau punya adik," balas Reyna.
Andin pun segera memandikan Reyna karena hari sudah semakin siang.Setelah selesai mandi Reyna kembali merengek pada sang mama.
"Mama, aku gak mau punya adik,"
"Lho kenapa, kemarin katanya pengen punya adik?" Tanya Andin dengan lembut.
"Gak jadi,"
"Lho kok gitu?"
"Nanti aku gak di sayang lagi," jawab Reyna dengan nada sedih.
"Kok gitu sih ngomongnya?"
Sang papa membuka pintu kamar.
"Waduh udah cantik nih anak papa, sarapan yuk," ajak Al
"Pagi ma,"sapa Al dan Andin ke mama Rosa.
"Pagi Al, Andin, Reyna, hai.. cantiknya Oma kenapa pagi-pagi kok cemberut? Masih ngantuk ya"
Andin hanya menatap sang anak.
"Aku gak mau punya adik," jawab Reyna sambil meneteskan air mata.
" Lho kenapa? Adik kan lucu, bisa jadi temen main Reyna nanti," bujuk sang Oma.
"Gak mau, nanti mama papa gak sayang lagi sama aku" Reyna mulai menangis.
"Sayang, hai nak, dengerin papa, sampai kapanpun mama, papa,Oma dan semuanya itu akan selalu sayang sama Reyna, jadi Reyna jangan takut. Kalau ada adik nanti adiknya juga akan sayang sama Reyna, jadi tambahkan yang sayang sama Reyna, jadi jangan takut,""Iya sayang, kamu tenang aja ya," timpal Andin. "Udah ayo makan, keburu jadi bubur, sereal mu nanti,"
"Ayo sayang, makan, jangan sedih lagi,"kata mama Rosa.
"Hari ini mau kemana Al?" Tanya mama Rosa.
"Gak kemana-mana sih ma, paling ke rumah papa, nanti agak sore, kenapa?"
"Gak papa sih, cuma tanya aja, siapa tau kalian mau family time gitu mumpung libur,"
"Udah keburu siang ma, males keluar, mama mau pergi hari ini?" Balas Andin.
"Iya, mama mau ketemu mamanya Michi, hangout gitu,"
"Mau aku antar?" Tawar Al.
"Gak usah, nanti mama dijemput kok sama Michi,"
"Reyna mau ikut Oma?" Tanya mama Rosa. Reyna hanya menggeleng."Lagi lengket sama mamanya dia, Oma, takut mamanya ilang," goda Al.
Iya nih, akhir-akhir ini gak mau pisah sama mama, jangan-jangan..." Oma mulai menggoda Reyna.
" Jangan-jangan apa Oma?" Sahut Reyna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indah Pada Waktunya
FanfictionBagi setiap orang tua kebahagiaan anak adalah segalanya, walau ditengah kering kerontang tapi senyum malaikat kecil bagai setetes embun penyejuk hati. Tapi bagaimana jika semua itu berjangka waktu, yang setiap waktu bisa hilang dan menyisakan hal-ha...