.
.
."Lora!"
Panggil seseorang membuat gadis yang tengah berbaring di ranjang itu menepuk pelan lengan yang disebelahnya. "Bentar Mas, saya dipanggil tuh!"
Laki-laki dengan baju berwarna biru muda itu tersenyum, "Jangan lama-lama. Operasinya sebentar lagi dimulai."
Lora mengangguk kemudian dari sudut matanya melihat orang yang tadi memanggilnya berjalan mendekat. Sosok itu tampak ingin memeluknya tapi tahu jika tak diperbolehkan. "Gak apa Ma, Lora pasti bakalan baik-baik aja di dalam sana."
Tes!
Air mata mengalir di permukaan wajah wanita itu dengan ekspresi tertekan ia mengangguk, "Mama tunggu disini. Kamu jangan menyerah ya sayang."
Lora tersenyum, "Lanjut Mas!"
Seketika wajah Mamanya kembali menatap dirinya dengan panik dan khawatir, apalagi saat pintu itu benar-benar tertutup yang membuat dirinya tak bisa menemukan sosok Lora disana.
"Mama harap semuanya baik-baik saja."
••••
Lora merasakan pusing yang tak terkira, suara peralatan kesehatan yang berbunyi cukup kencang sudah menjelaskan bagaimana kondisi Lora saat ini. Menjadi korban penusukan salah sasaran adalah hal paling memalukan yang ia alami —apalagi, jika itu yang menjadi alasannya mesti kehilangan nyawa.
Tapi, mungkin itu sudah takdirnya. Sejujurnya Lora tak menyesal, hidupnya sudah terlalu indah apalagi dengan Mama di sisinya. Lora tidak akan menyesal —dia lebih baik berterima kasih atas segalanya. Terutama untuk Mama.
'Ma, terus hidup untuk Lora ya. Lora sayang Mama.'
Apa ingin kesempatan kedua?
Lora mendengar suara asing yang terdengat jauh tapi begitu jelas. Kesempatan kedua? Apa ini seperti suara Dewa? Sama seperti komik atau novel yang Lora baca? Jika iya, maka Lora akan menolak.
"Nggak."
Apa kau tidak akan menyesal?
"Nggak." Lagi-lagi Lora menjawab dengan tegas.
Eh? Apa kau yakin?
"Ya."
Hmm... boleh ku tahu alasannya?
Ah, Lora akan mengatakannya dengan jelas. "Sudah pasti aku menolak, selama ini aku selalu membaca jika bereinkarnasi atau berpindah tubuh itu selalu menjadi sosok yang jahat. Itu akan membuat semuanya menjadi lebih sulit, menjauhi pemeran utama dan sebisa mungkin tidak berbuat hal yang menarik perhatian. Hidup seperti itu terlalu menyulitkanku, jadi tidak. Terima kasih, aku suka hidupku dan aku tidak niat menjadi salah satu tokoh yang harusnya jahat lalu mengalami krisis identitas tapi tidak baik juga. Tidak!"