Daffin masih diam di dalam kamarnya. Eh? Bolehkan Daffin mengklaim jika ruangan yang sekarang ia tempati adalah kamarnya? Entahlah Daffin tidak perduli karena sekarang kamar ini sudah ia tempati.
Daffin merebahkan dirinya di atas kasur, menatap langit-langit yang berlatar bintang. Menghela nafas sejenak, "Anjir kasurnya empuk banget," Daffin mulai berguling ke sana kemari, menutup matanya sejenak menikmati kenyamanan yang di salurkan di atas kasurnya. Senyuman nya pun terukir, entah apa yang di pikirkan Daffin kala itu hingga membuat ia tersenyum.
"Mimpi apa gua semalam, bisa mendadak jadi anak orang kaya gini, mantap lah ga perlu masak mie lagi di akhir bulan."
Senyuman Daffin luntur, "Eh, si luna gimana? Terus baju-baju gua kan masih di kosan. Lah nanti gua ganti baju pake apa? Masa ia pake baju ini lagi?"
Baru saja Daffin hendak bangun dan melangkahkan kakinya, namun suara pintu kamar yang terbuka mengalihkan atensinya. Sean ternyata.
Sean berdiri di ambang pintu sembari melipat kedua tangannya di dada, "Kenapa belum mandi?"
"Mau ke kosan dulu ngambil baju."
"Daddy udah siapin semua kebutuhan kamu, semua ada di lemari."
"Lah emang tau ukuran baju gua kaya gimana?"
Sean masih berdiri di ambang pintu, dan menatap Daffin lekat, "Gazel gunakan basa yang baik, lupa dengan ucapan abang beberapa jam yang lalu?"
"Hah? Apaan, orang gua udah ngomong baik-baik kok."
"Daffin!" sentak Sean.
"Apa? Berisik banget dah jadi orang."
Sean mengusap wajahnya frustasi, kali ini ia harus bisa bersabar menghadapi Daffin, "Dek, dengerin abang. Mulai sekarang ganti panggilan lu-gua jadi aku-kamu ngerti."
"Emang kenapa? Perasaan sama aja artinya lu-gua juga."
"Peraturan di rumah ini berbeda. Sekarang adek mandi aja dulu, liat udah kaya kucing tenggelam di selokan."
Daffin mendengus, "Dari tadi gua juga mau mandi, abangnya aja yang ganggu. Awas! jangan berdiri di tengah-tengah."
"Mau kemana?"
"Ck, mandi lah," decak Daffin.
"Kamar mandinya di dalam, kenapa keluar? Mau berenang malam-malam?"
Daffin memiringkan kepalanya sembari menatap Sean. Sean yang melihat Daffin menatapnya dengan wajah polos tersenyum kecil lalu memutarkan tubuh Daffin, "Kamar mandinya di sana."
Dua kali Daffin di buat malu di hadapan Sean, "Ta_tahu kok, udah ah Daffin mau mandi," Daffin menyingkirkan tangan Sean yang berada di pundaknya dan berlari ke dalam kamar mandi.
"Jangan lari, awas jatuh! Mandi yang bersih kalo gak bersih nanti abang yang mandiin!" seru Sean.
Sean terkekeh pelan,merasa lucu dengan tingkah Daffin. Hm sepertinya Sean mulai menemukan hobi barunya.
"Abang! Sabun nya mana?!" teriak Daffin di dalam kamar mandi.
Sean melangkah mendekati kamar mandi. "Jangan di kunci," ujarnya begitu menemukan jika pintu kamar mandi terkunci dari dalam.
"Jangan masuk, bilang aja di sebelah mana!"
"Di dekat bathtub! Ketemu?"
"Iya!"
Sean kembali berbalik hendak melangkah kan kakinya, namun terhenti karena lagi-lagi Daffin berteriak di kamar mandi.
"Itu sabun bayi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daffin
Teen Fiction"Sebelah sini tuan." "Dobrak pintunya." . . . "Kenapa pintu kosan gua jadi kaya gini, anjir?" °°°°°°°°°° [No Copying !] ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ Hargai karya seseorangʕ·ᴥ·ʔ 📌Sorry for typo 📌Bahasa semi-baku 📌Terdapat kata-kata kasar Tindakan dan ucapan yang ka...