Chap 3

4.2K 543 25
                                    

Tidak perlu pergi jauh...

(name) sedang duduk memeluk kedua kakinya di halaman belakang rumahnya ketika Akaashi datang menghampirinya sembari membawa segelas minuman.

"Aku membuat minuman kesukaanmu," ujar Akaashi sambil menyodorkan gelas yang ia bawa.

Wanita itu menoleh, matanya langsung menatap gelas berisi (f/d), minuman kesukaannya.

"Kau membuatkannya untukku??" tanya (name) yang langsung dibalas anggukan oleh Akaashi. Dengan segera (name) menerima gelas itu lalu meminumnya. Akaashi yang melihat tingkah sang istri itu tersenyum kecil.

"Hati-hati... Kau bisa tersedak nanti," ucap Akaashi yang tidak dihiraukan oleh sang istri. Hal itu membuat Akaashi semakin merasa gemas dengan wanita muda yang ada di depannya saat ini.

Selesai meneguk minumannya hingga habis, (name) mengusap mulutnya menggunakan punggung tangannya seraya tertawa riang bak anak kecil. "Habis!!" sahutnya.

Akaashi mencubit gemas hidung sang istri seraya menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri. "Kau ini... Sifat anak kecilmu tidak pernah berubah sama sekali," ujar Akaashi.

Akaashi tentunya tau istrinya ini mempunyai sifat bak anak kecil. Namun sifak anak kecilnya itu bukan mengarah pada hal negatif, justru sebaliknya. Akaashi selalu dibuat gemas oleh tingkah anak kecil (name) sampai-sampai ia tidak segan-segan untuk mencubit pipi atau hidungnya saking merasa gemasnya dengan istrinya itu.

Wanita itu terkekeh-kekeh. Ia lalu menatap Akaashi cukup lekat. "Nee Keiji-kun... Aku ingin jalan-jalan."

Akaashi mengerutkan keningnya sesaat. "Jalan-jalan?" tanyanya yang langsung mendapat anggukan antusias oleh (name).

"Umm! Selama dua hari ini kita tidak pergi kemana-mana untuk menghabiskan waktu bersama. Aku merasa suntuk, Keiji-kun. Aku bosan terus-menerus diam di rumah..." terangnya.

Akaashi ber-he ria. "Tapi ini sudah siang, bahkan sebentar lagi sore. Memangnya kau ingin pergi jalan-jalan kemana?" tanya Akaashi kembali.

(name) bertopang dagu dan berdehem cukup lama seolah tengah berpikir. Beberapa menit berselang, ia menjentikkan jarinya seraya menatap Akaashi.

"Kita punya sepeda bukan? Bagaimana kalau kita bersepeda saja sambil menikmati suasana sore hari?" ujar (name) semangat. Ucapannya itu langsung dibalas anggukan oleh Akaashi seraya mengusap surainya lembut.

"Keinginan istriku adalah perintah untukku."

(name) segera bangun dari duduknya lalu menarik lengan Akaashi. "Ayo kita pergi!" ujarnya, membuat Akaashi terkekeh.

***

Sesuai yang dikatakan (name), pasutri baru itu bersepeda di sekitar rumahnya sambil menikmati suasana sore hari. Sesekali mereka berhenti sejenak untuk sekedar istirahat atau menikmati pemandangan di sekitar.

"Keiji-kun ayo kita duduk di bangku itu," sahut (name) sambil menunjuk ke arah salah satu bangku taman. Akaashi mengangguk dan mereka pergi ke bangku taman yang (name) maksud.

Dua sejoli ini duduk bersebelahan di bangku taman sambil merasakan hembusan angin sore dan menatap langit yang kian berubah menjadi jingga di atas kepala mereka.

Diam-diam Akaashi melirik ke sebelahnya, menatap sang istri yang kini sedang tersenyum senang.

"Kau menikmatinya?" tanya Akaashi tiba-tiba.

(name) menatap Akaashi seraya berkata, "Ya Keiji-kun... Aku sangat menikmati semuanya. Memang terkesan sederhana. Tapi bersepeda bersamamu membuatku merasa senang," terangnya.

Akaashi balas tersenyum namun setelah itu ia tertunduk. "Maaf aku tidak bisa mengajakmu pergi berlibur ke tempat-tempat yang indah, (name)..." ucapnya. Terdengar nada sedih disetiap kata yang ia ucapkan.

Wanita itu menggeleng sambil menepuk bahu sang suami. "Itu tidak jadi masalah untukku. Kemanapun aku pergi bersamamu, itu akan aku anggap sebagai liburan bahkan hanya pergi ke supermarket sekalipun," balasnya, membuat Akaashi tertawa.

"Orang aneh mana yang menganggap pergi ke supermarket sebagai liburan?" ujarnya, membuat (name) ikut tertawa. "Orang aneh itu adalah aku. Asalkan itu bersamamu aku merasa senang."

Mendengar hal itu Akaashi merangkul bahu sang istri dan mengecup puncak kepalanya. "Kau ini memang berbeda, tidak seperti kebanyakan wanita di luar sana yang cenderung banyak mau."

(name) tersenyum bangga. "Tentu saja! Hanya ada satu wanita yang sepertiku di dunia ini!"

Akaashi terkekeh. "Dan aku beruntung bisa memiliki wanita langka sepertimu."

***

"Ayo kita pergi. Hari sudah semakin sore jadi kita harus cepat pulang."

"Tapi aku masih ingin berada di sini..."

"(name), ayo kita pulang."

"Keiji-kun... Kumohon..."

"Hahh... Baiklah. Lima menit. Hanya lima menit."

"Yeaayyy!!! Arigatou, sayang!!"

"Hm... Hm? Kau bilang apa barusan?"

"Arigatou sa-EH?!!!"

"Coba ulangi."

"TIDAK!!!"

"Ayolah, (name). Kini giliranku yang memohon kepadamu."

"TIDAK!! POKONYA TIDAK!!!!"

...cukup bersepeda dengannya saja sudah sangat membuatku bahagia.

TBC

My Husband {Akaashi Keiji}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang