"Kalau aku sampai terlambat, ini semua salahmu, Potter!"
"Jangan mulai menyebalkan, Malfoy. Dan asal kau tahu, aku juga akan terlambat jika kau terlambat."
Gerutuan dari mulut keduanya tak henti-hentinya menghiasi perjalanan kedua murid Hogwarts itu. Draco Malfoy dan Harry Potter, dua murid Hogwarts berbeda asrama itu kini sedang memacu langkah menuju kelas pertama mereka, Kelas Ramuan.
Mereka baru saja kembali dari asrama Gryffindor untuk mengambil tongkat Draco yang lupa Potter bawa pagi ini. Dihiasi dengan pertikaian singkat karena Potter yang teramat lama mencari tongkat Draco, dan cerdasnya lagi dia tak kunjung menggunakan mantra Accio untuk mendapatkannya. Maka terjadilah drama singkat saling menyalahkan sebelum keduanya sadar bahwa mereka akan segera terlambat masuk kelas.
Mereka segera sampai di kelas. Dengan sedikit terburu, Potter membuka pintu kelas tersebut. Sudah bisa kita duga bagaimana dia membuka pintu itu. Pelan menurut kamus hidup Harry Potter yang sedikit ajaib itu. Dan tentu saja hal ini menarik perhatian seluruh kelas, tak terkecuali guru pengajar mereka.
"Harry, my boy. Kau dan Mr. Malfoy sedikit terlambat rupanya. Tapi tak apa, kelas baru saja akan dimulai," ucap Profesor Slughorn, guru untuk Kelas Ramuan mereka, yang kini tengah berjalan menghampiri keduanya dengan tabung ramuan di tangannya.
Melihat Draco yang sepertinya sangat tidak berminat memberikan alasan, akhirnya Potter mengeluarkan suaranya.
"Maafkan kami, Profesor. Ada sedikit urusan yang harus kami selesaikan sebelum kelas dimulai," ucap Potter dengan sedikit ogah-ogahan.
"Oh, tak apa, Nak. Aku sudah membagi kelas hari ini menjadi beberapa kelompok. Dan karena hanya kau dan Mr. Malfoy yang tersisa, sepertinya kalian harus menjadi partner dalam kelas kali ini."
Melihat keduanya yang mendelikkan mata, Profesor Slughorn segera memotong sebelum mereka sempat mengeluarkan protes.
"Tidak ada protes. Segera ambil tempat, kalian berdua!"
Mereka pun segera menuju meja terakhir yang tersisa. Potter dengan segera mengedarkan pandangannya mencari kedua sahabatnya. Begitu menemukan pemuda berambut ginger yang tengah ia cari itu, ia segera memberinya pelototan tajam. Ron hanya bisa membalasnya dengan cengiran lebarnya.
"Kau yang ambil bahan dan menyiapkannya, Potter. Aku yang akan meramu. Aku tak ingin ramuanku gagal hanya karena kecerobohanmu," ucap Draco selepas melihat papan tulis untuk mengecek ramuan apa yang harus mereka buat.
Merasa tidak bisa membantahnya, Potter segera melangkahkan kakinya menuju rak penyimpanan. Well, kita semua tahu bagaimana payahnya dia dalam ramuan. Dan Potter sendiri pun tak akan menyangkalnya.
***
"Arghh!"
Erangan frustrasi lolos dari mulut mungil Potter. Tak hanya sekali-dua kali, tetapi sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Rambutnya yang acak-acakan semakin tak berbentuk saja. Keringat mengucur melewati pelipisnya, entah karena hawa panas yang tercipta karena kuali-kuali di kelas yang tengah mendidih atau memang dia terlalu keras berpikir. Sepertinya alasan kedua lebih masuk akal. Jika otak manusia bisa mengeluarkan asap, mungkin kelas ini sudah penuh akan asap otak Potter sejak tadi.
Potter tampak sibuk sekali sekarang. Tangan kanannya memegang pisau, sedangkan tangan yang lainnya sedang berusaha menangkap Sopophorous Bean yang berhasil lolos untuk kesekian kalinya dari mata pisaunya. Ia harusnya berhasil memeras sari dari kacang tersebut. Namun sayangnya, percobaannya yang telah berulang kali itu tak mendapatkan hasil apa pun. Kacang itu selalu saja berhasil lolos, melompat ke sana-sini bak menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomy Tower
FanfictionKehidupan setelah peperangan menunggu mereka semua. Harry Potter, pemuda yang dielu-elukan oleh seluruh kalangan penyihir di Britania Raya itu kini justru menemukan kegelisahannya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu bersarang di kepalanya. Ke...