The saddest moment in life is...
When someone who you loved deeply have betrayed you.Disaat itu kamu merasa bahwa semua perjuanganmu sia - sia.
Kau seolah kehilangan pegangan hidup.
Kau kehilangan arah.
Kau membencinya tapi hatimu terus meminta kau memaafkannya.Walau bagaimanapun cintanya tetap saja kata itu bernama pengkhianatan.
Kau telah dibohongin seseorang yang paling kau percaya.
Kau terlalu percaya diri ketika kau berhasil memenangkannya.
Kau terlalu bangga pada dirimu sendiri.
Disanalah sebenarnya awal kekalahanmu...Pascal's Pov
Aku shock. Aku terkejut dengan semua ini. Tentu saja ini bukan kejutan yang menyenangkan. Aku sedang merasa aku dibodohi oleh wanita yang aku cintai sedemikian rupa. Kenyataan apa yang barusan kuhadapi? Kenapa sakit sekali rasanya mendengar gadis kecil itu memanggil dia dengan sebutan mama?
Aku menyandarkan kepalaku pada kaca mobil yang sudah tertutup penuh. Apakah aku salah kalau sekarang aku memilih meninggalkan Emilie bersama anak itu di restoran? Ini semua belum bisa kucerna dengan baik dalam fikiranku.
Jika itu memang anaknya, lalu siapa yang menjadi suaminya? Aku menyetir mobilku dalam keadaan kacau. Aku gundah memikirkan hal yang baru saja terjadi padaku. Aku sudah mencintai istri orang. Aku memukul setirku dengan kuat. Airmataku jatuh dari sudut mataku.
Aku mengabaikan telfon dari Emilie yang sejak tadi berbunyi. Sudah puluhan kali mungkin. Aku melempar iphoneku kesembarang arah, aku sudah tak membutuhkan semua ini lagi. Aku masih memegangi dadaku, sesak sekali rasanya.
Aku tidak bisa kembali ke rumah sakit dalam keadaan seperti ini, aku tidak bisa menghadapi pasien - pasienku dengan wajah sembab begini. Aku menepikan mobilku kesisi jalan, aku meraih iphoneku kembali dan menelfon suster yang sedang bertugas. Aku memberitahunya bahwa asam lambungku sedang kambuh, aku tidak bisa kembali ke rumah sakit saat ini.
Aku menyandarkan kepalaku dan membayangkan kembali kejadian di restoran itu. Apa arti dari semua ini? Aku sama sekali tak mengerti. Apa maksudnya Emilie? Aku menahan amarahku, aku takut aku akan berbuat lebih nekad dari ini.
Aku menelfon Dennis agar dia menemuiku di Gatot Subroto tempatku menepikan mobilku. Aku sudah tak punya daya untuk menyetir. Lututku lemas sekali, kebohongannya menyerang sendi - sendiku. Aku tak mampu lagi menginjak pedal gas. Aku benar - benar butuh obat penenang sekarang.
Aku meraih sebutir diazepam 2 mg dari dalam laci mobilku. Aku mengkonsumsinya, aku tak seharusnya seperti ini. Setidaknya aku harus mendengar penjelesannya dulu, kenapa aku langsung pergi dan tak berbalik lagi???
Aku membuka beberapa kancing kemejaku, aku mengencangkan volume musik dari radio yang sejak tadi sengaja ku hidupkan. Beberapa menit kemudian Dennis datang membuka pintu mobilku.
"Ada apaa bro?"
"Lu pasti tahu sesuatu yang gak gue tahu..."
"Apaaa? Beneran deh gue gak tahu."
"Emelie sudah punya anak dan gue ga tau apa - apa selama ini. Dia bohong sama gue."
Dennis tampak menelan ludah dan menatap ke jalan. Dia menghidupkan mesin mobilku dan menyetirnya dengan kecepatan sedang.
"Lu mau gue anter kemana?"
"Anterin gue ke Apartemen aja. Gue lagi gak ingin pulang ke rumah. Gue gak ingin ayah bunda bertanya - tanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please don't get tired of Me
Roman d'amourPria itu sejak tadi terus terdiam dan terpaku pada seorang gadis dihadapannya. Tak terdengar satu katapun yang keluar dari bibir seksinya, sedangkan gadisnya sejak tadi terus berbicara lantang kepadanya. Mungkin mereka sedang bertengkar, mungkin mas...