07

20 2 0
                                    

Tap... Tap... Tap...

Pulang sekolah hari ini langkah nya begitu lesu, kepalanya hanya menunduk dan sesekali menendang batu-batu yang ada di jalan itu. Pikirannya melayang, pandangannya kosong. Kali ini wajahnya sama sekali tidak tersenyum, ia menyembunyikan wajah lemas nya itu dibalik hoodie ungu yang selalu ia kenakan.

"Haahhh... Aku sudah salah". Ujarnya merutuki perasaannya pada seorang lelaki yang masih melekat di pikirannya. Teman sekelasnya, Kang Taehyun itu.

Semakin Sinhwa memikirkannya, rasanya hatinya mau meledak. Tiap kali ia mengingat Taehyun hari itu, yang terbesit dipikirannya ialah seorang gadis yang berpelukan dengan Taehyun. Itu menyakitinya.

Tik... Tik... Tik...

Mungkin hari ini adalah hari kesal sedunia untuk Sinhwa. Butiran air menitik dari langit yang tiba tiba mendung, padahal rumahnya masih lumayan jauh jika ditempuh menerobos hujan. Sambil menggerutu ia memeluk tasnya untuk melindungi buku-buku nya dari hujan, Sinhwa berlari mencari tempat berteduh paling dekat dengan nya saat ini dan ia menemukannya.


Sinhwa's POV

" Hahh... Hah.. Hahh". Nafas ku menderu, aku tengah berlari menghindari hujan menuju sebuah tempat pemberhentian bus yang kutemui.

"HAAAAA YA AMPUN KESAL KESAL KESAL!!! KENAPA MALAH HUJAN SAAT AKU SANGAT INGIN SAMPAI KERUMAH?!" Teriak ku kala sudah mendarat di kursi panjang tempat itu dengan cepat, aku menaruh tas ku begitu saja karena lelah habis berlari.

Setelahnya kutarik nafasku panjang untuk menenangkan perasaan ini, haish aku sangat patah hati. Aku berhenti menunduk dan beralih memandangi langit dan jalanan yang mulai basah. Hingga aku terfokus pada sesuatu yang tinggi dan putih tengah berdiri tak jauh dariku, terlihat seperti seseorang yang kebingungan.

Tapi kenapa kebingungan? Padahal dia sangat dekat dengan tempat ku.

"Ku panggil saja deh".

"HEEEEEEY KAU PRIA DENGAN KEMEJA PUTIH YANG BERDIRI DISANA!!! KEMARILAH ATAU KAU AKAN KEBASAHAN!!!" Berisik memang, tapi suara hujan yang mulai lebat bisa saja membuat suaraku malah tak terdengar.

"Eh?" Heranku terhadap pria tadi, ia menoleh ke belakang tapi ia sama sekali tidak bergerak menuju kemari. Aku mulai takut kalau itu hantu karena dia sangat putih, tapi kakinya memijak ditanah oke aku akan menjemputnya.

Hujan masih setengah lebat, aku menutupi kembali kepalaku dengan hoodie dan berlari menghampiri nya. "Hey, kau mau berteduh?" Tanyaku langsung ketika aku tepat berada di belakangnya. Ia merespon dengan menjawab "i-iya...", hanya itu.

Aku tidak akan menanyai nya, aku juga tidak akan mengatakannya. Aku melihat mata itu.

Aku yang berlindung di balik hoodie ini menggandeng tangannya yang berkemeja putih basah kuyup, tangan satunya tengah memegang kantung belanja berisi buah jeruk yang banyak dan terlihat berat. Sesampai nya di tempat berteduh tadi ia taruh jeruk-jeruk itu di sampingnya dan duduk diujung kursi yang lain bangku panjang ini.

"Kau kedinginan?" Ujar ku dalam canggungnya suasana antara aku dan dia, dia terus memeluk tubuhnya itu dan sesekali mengusapnya.



"Kumohon selimuti tubuhmu dengan ini, ini akan mengurangi rasa dinginnya..." Ucap ku malu-malu menghampiri nya seraya menyodorkan hoodie yang tadi aku kenakan.

Ia menoleh kan kepalanya padaku. Tangannya ikut terangkat bermaksud menerima hoodie yang ku pinjamkan, langsung saja aku menaruh nya di atas tangan pucat yang sedikit bergetar itu. Di kenakan nya hoodie itu sebagai selimut, dan aku kembali duduk ketempat ku yang semula, sangat berjauhan.

Zrasss...

"Hiiihh hujannya lama sekali, apa aku telpon Kakak saja ya". Monolog ku sambil meraih tas ku dan merogoh isinya, mencari handphone ku yang sering ditaruh didalam tas diantara buku-buku.

Tapi nihil, sudah kucari bahkan sampai ke kantung-kantung kecil tas ku namun tak kutemukan benda itu sama sekali. Kuingat-ingat lagi, aku tidak mengeluarkan handphone dari tas hari ini, kelas sangat sibuk aku tak bermain handphone hingga pulang.

"Astaga... Sepertinya tertinggal dirumah. Menyebalkan". Aku memukuli kepalaku dengan perasaan frustasi, rasanya aku ingin menggedorkan dahi ini di tembok.

Ayolah aku tidak tahan suasana canggung ini, aku lebih suka sendirian di rumah daripada menyendiri ketika ada orang lain disekitar ku. Seperti di sekolah, maupun seperti sekarang. Nafas panjang ku keluarkan begitu saja lalu beridiri menghampirinya.

Jalanku pelan, sambil berpikir apakah orang ini nyaman jika aku mengajaknya bicara. Kusapa dia dengan singkat dan duduk dekat dengannya, ia tersenyum walau tidak melihatku dan itu membuatku sedikit merasa baikan. sepertinya pria ini orang ramah.

Melihat orang ini membuat ku membatin, siapa yang tidak kasihan. Ia begitu rupawan bahkan dengan kebutaan total itu.

"Hai, aku tidak suka suasana canggung jadi tidak apa-apa kan aku duduk disini?"

"Tentu nona, duduklah". Jawab nya sambil mengangguk.

Aku telah duduk di sampingnya, masih berpikir untuk memulai pembicaraan. Mataku melirik kearah kantung belanja nya yang penuh dengan jeruk manis hingga terlihat begitu sesak. "Jeruknya banyak sekali" tegurku berlagak melihat jeruk itu seakan-akan orang yang kuajak bicara ini bisa melihatku.

"Itu untuk adik-adik di 'Rumah Besar' kami. Dan karena nona sudah meminjamkan hoodie nona untukku, aku akan sangat menghargainya jika nona mau mengambil beberapa jeruk yang ada di dalam kantung itu sebagai ucapan terimakasih ku".  Jawabnya begitu.

Wow, pria ini adalah orang ter-sopan yang pernah kutemui seumur hidup ku. Aku balas tersenyum, dan mengambil 3 biji Jeruk yang ada di dalam kantung belanjanya. Suara gemericik kantung itu membuatnya tersenyum, kini ia tau jika aku menerima terimakasih nya.

Setelahnya aku mulai bertanya tentang 'Rumah Besar' nya itu, dan ia menceritakannya dengan senang hati. Itu adalah sebuah Panti Asuhan yang mereka sebut Rumah Besar. Ia bilang bahwa dirinya salah satu dari anak tertua di panti itu dan memiliki 9 orang adik di sana.

Hal yang ia ceritakan membuat ku semakin semangat bertanya dan terus bertanya dalam kagumku padanya, sempat terbesit di kepalaku pertanyaan kenapa dia malah berada di panti asuhan tapi aku malah melupakan pertanyaan itu karena hujan telah berhenti turun.

"Waahh.. aku sangat mengagumi mu Beomgyu".

"Terimakasih no— m-maksudku Sinhwa".








Sangat menyenangkan, aku harap aku bisa bertemu dengannya sekali lagi. Itu adalah batinku saat kami mulai berjalan pulang kearah tempat tinggal masing-masing yang berlawanan arah. Aku menatap punggung yang mulai jauh dari pandangan kemudian berbalik dengan perasaan hangat di dada ini.

Dan aku tak sadar jika Beomgyu juga 'menatapku'.












Yupi-Chii
09052021

[YUPI^^]

Blurry||Choi Beomgyu(최 범규)//TXT(투모로우바이투게다) [COMPLETED✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang