🔸
Pagi ini Naya boleh pulang. Dokter bilang lukanya akan membaik seiring Naya rutin minum obat dan tidak melakukan aktifitas berat apapun.
Sebenarnya, Pak Tara yang ingin mengantarnya pulang. Tapi tadi malam, dia dapat kabar kalau anaknya sakit. Akhirnya laki-laki itu menitipkan Naya pada Arkan.
“Mau naik taksi atau motor?”
”Motor.”
”Tapi kalo debunya kena luka lo gimana?”
”Lebay.” Naya beranjak dari atas kasur dan melenggang pergi meninggalkan ruang rawatnya.
”Hari ini gue gak masuk lho ... Khusus buat lo gue sampe izin.” ungkap Arkan dan Naya tak bergeming apapaun. Ya iyalah, memang kalau Arkan tidak masuk Naya harus heboh gitu? Break dance gitu? Tak penting sekali deh.
”Mau mampir cari makan?”
”Gak.”
”Minum?”
”Gak.”
”Terus maunya apa?”
”Lo diem dan gak banyak ngomong. Pusing kepala gue.” Arkan merapatkan mulutnya saat Maya memicingkan mata ke arahnya.
Pokoknya, bicara dengan Naya itu harus ekstra sabar. Orang sabar pahalanua berlimpah.
Di sela perjalanan menuju tempat parkir, ponsel Naya berdering. Sebuah panggilan masuk.
Axel
”Halo?”
”Lo masuk rumah sakit!? Kenapa gak bilang bego?! Gue kan jadi kepikiran. Mau nyusulin pun gak bisa. Siapa yang berani nyakitin lo? Bilang sama gue ,biar gue kirim pembunuh bayaran dari sini” Naya menjauhkan ponselnya saat mendapati suara cempreng laki-laki itu. Duh, Axel. Kalau kau ada di sini, sudah habis babak belur di tangan Naya.
Memang sih, di antara semua laki-laki yang pernah mengenal Naya. Hanya Axel yang berani blak-blakan seperti itu, sebenarnya Arkan pun sama. Hanya saja dia tak terlalu dekat seperti Axel.
”Berisik!”
”Terus kondisi Lo gimana? Gapapa kan? Coba pap dong, atau gak kita VC aja kali ya? Awas lo ya kalo bohong ini bukan ulah Elang. Gue bakal kirim nuklir ke rumah anak itu!” Naya menarik napas panjang lalu melirik Arkan yang sedari tadi terus berjalan di belakangnya seperti anak ayam.
”Udah dulu ya, gue mau tidur. Bye” belum sempat bicara, Naya sudah memutus teleponnya.
”Lo ngasih tau Axel?” Naya berhenti lalu menatap lekat Arkan.
”Itu ...” Arkan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. ”Gue keceplosan.” dia kemudian tercengir kuda.
”Dasar mulut ember.” Naya berdecak pelan kemudian lanjut berjalan menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
RandomIni tentang Arkan, pecandu obat-obatan yang di keluarkan dari sekolah karena perilaku buruknya dan juga Naya Adena, seorang self-injury yang sebatang kara. Mampukah keduanya mengatasi masalahnya dengan tuntas? Start: 29 Des 2020 Genre: Fanfiction