Hanasta itu kalem, perangainya lemah lembut, penyayang, dan luar biasa sabar. Tingginya 160-an, rambutnya hitam lurus sepanjang punggung, dan kulitnya kuning langsat. Matanya kecil monoloid dan selalu bersinar ketika diterpa sinar matahari. Seakan ada ribuan gliter yang keluar dari bola matanya.
Jika Hana itu air, maka Cakra adalah api. Anggota paskibraka sekolah dan siswa andalan klub basket. Dia orang yang supel dan mudah bergaul, perangainya kasar, dan pergaulannya sedikit liar. Sering mengajak Hana pada hal-hal yang belum selayaknya mereka lakukan.
Dan, dengan kesadaran yang penuh. Hana selalu menolaknya.
Banyak alasan untuk Hana menolak. Dia masih punya masa depan, dia tidak ingin nama keluarganya hancur. Juga, Dia ingin menjaga tubuhnya hanya untuk suaminya kelak.
Mereka sudah 5 tahun berpacaran. Dari kelas 7 smp yang kata mama Cakra masih cinta monyet. Sampai sekarang mereka sudah kelas 11 SMA. Karena sayang, Cakra mempertahankan hubungan mereka walaupun Hana masih belum sepenuhnya percaya padanya.
Menurutnya sex itu bukan hal tabu. Dia sudah cukup besar. Empat bulan lagi usianya sudah 17 tahun. Hanya gandengan, berpelukan, ciuman. Menurut Cakra itu terlalu polos dan cupu.
Pernah suatu ketika Cakra mengajak Yolanda. Siswa kelas 12 yang menjabat sebagai ketua klub modeling untuk one night stand bersamanya. Dengan sejuta pesona Cakra. Semudah membalikkan telatak tangan. Yolanda menyetujuinya.
Sejak saat itu, semuanya menjadi rancu. Hubungannya dengan Hana tetap terkontrol namun sex menjadi kebutuhan hidupnya. Tanpa Hana ketahui, hampir setiap malam Cakra berhubungan dengan gadis-gadis yang berbeda. Dan kebanyakan berasal dari sekolahnya sendiri.
Cakra tidak tahu hubungan apa yang saat ini ia jalani, 5 tahun bukanlah waktu yang singkat, dia tumbuh bersama dengan Hana, hubungannya bahkan lebih dekat jika dikatakan sebatas pacaran. Tapi di sisi lain dia tidak boleh seperti ini. Ini mengkhianati Hana. Bahkan sampai detik ini, Cakra tetap membujuk Hana untuk melakukan hubungan. Namun, dengan kalem Hana selalu menolak halus ajakan Cakra. 'sabar ya sayang, halalin akunya dulu dong,', atau, 'kamu fokus sekolah dulu, jangan mikir aneh-aneh,', dan, 'aku pengen kamu jadi jodoh aku, tapi kita nggak tahu masa depan sayang. Dan aku udah janji sama diri aku sendiri. Tubuh aku milik suamiku nanti, semangat ya,'
Tapi Cakra tidak bisa mempertahankan hubungan ini lagi. Sabtu siang sepulang sekolah nanti dia akan mengakhiri hubungannya dengan Hana.
.
Hana duduk dengan anggun, telapak kakinya menutup dengan rapat dan tidak berubah-ubah sejak ia duduk tadi. Tangannya mengaduk-aduk minuman boba dengan sedotan berwarna hitam.
"Han," panggil Cakra ragu. Hana adalah air untuknya, Hana adalah kelemahannya. Melihatnya begitu anggun dan Nampak berlipat lebih cantik setiap harinya membuat Cakra tidak tega."Iya Cak?" jawabnya, kalem dan lembut. Lengkap dengan lengkungan senyum dari bibir berwarna pink yang sudah sering Cakra cium. Cakra yakin 5 tahun yang lalu bibir Hana tidak se-menggoda itu. Tapi Cakra tidak yakin bibirnya akan tetap melengkung indah setelah kata itu ia ucapkan.
"Gue mau putus."Tidak ada pergerakan yang berarti dari tubuh Hana. Tidak ada adegan spontan mendongak dan melotot kaget, tidak ada adegan menggebrak meja, juga tidak ada tatapan memelas yang hampir menangis. Hanya gerakan mengaduk bobanya terhenti. Dan gumaman oh yang tidak memiliki suara dan hampir luput dari pengamatan Cakra.
Jadi, hanya seperti ini respon Hana? Pikir Cakra sedikit bingung. Matanya mengerjab-erjab serba salah. Cakra berada pada situasi dimana bernafas saja merupakan sebuah kesalahan. Ini pertama kali dalam lima tahun dia merasa kikuk dan canggung di depan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen (a random story)
Short StoryBukan Novel, hanya cerita pendek. Cerita random mengikuti mood dan inspirasi yang bisa dibaca terpisah per-bab nya. Selamat Membaca!