chap 3. alasan berbeda

1.3K 176 20
                                    


Mina menggenggam erat cangkir teh hangatnya, matanya tak lepas dari Chaeyoung yang sedang asik menyusun potongan-potongan puzzel yang tadi Ryujin sengaja bawakan sebagai hadiah untuknya. Tak sadar dirinya menyunggingkan senyum tipis memperhatikan Chaeyoung yang beberapa kali terlihat kesulitan dalam menyusul puzzel tersebut.

"Aku minta maaf Mina." Pandangan Mina beralih, menatap pada Ryujin yang tersenyum menyesal sembari menggaruk belakang kepalanya.

"Tadi aku datang langsung masuk ke dalam, aku gak liat ada kamu. Cuman ada kak Chaeyoung yang terbangun. Dia teriak-teriak nyariin kamu, jadi aku ajak di buat beli es krim di bawah. A-aku gak kepikiran buat kabarin kamu, maaf."

Mina tersenyum, dia menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Aku harusnya bilang makasih sama kamu, kalo gak ada kamu mungkin keadaannya bisa lebih kacau. Bodoh banget aku nekat ninggalin Chaeyoung buat belanja tadi."

Mina berucap seperti itu dengan tulus, entah apa yang terjadi padanya. Sepertinya bayangan buruk yang bisa terjadi pada Chaeyoung membuat Mina menjadi lebih tulus menerima Chaeyoung. Dan mungkin ini akan menjadi awal Mina benar-benar menerima Chaeyoung sebagai suaminya.

"Mina!" Panggil Chaeyoung membuat istrinya menoleh kearahnya.

"Ya, ada apa?"

"Apa tadi Mina sudah membeli susu rasa strawberry untukku?"

"Iya sudah, bentar aku ambilkan."

"Tidak, jangan. Aku akan mengambilnya sendiri, aku bisa Mina."

Mina dan Ryujin tersenyum melihat Chaeyoung berlari dengan girang mencari susu strawberry kesukaannya. Susu itu sebisa mungkin harus terus tersedia di dalam kulkas karena Chaeyoung setiap malam sebelum tidur selalu meminumnya. Bila tidak tentu Chaeyoung akan merengek minta dibelikan.

"Kak Chaeyoung dulu gak kayak gini, andai dulu hal itu gak kejadian pasti sekarang kamu bakal jadi wanita terberuntung karena bisa nikah sama pria sebaik kak Chaeyoung."

Mata pria itu terlihat memerah dengan bibir yang bergetar. Mina menatap Ryujin dengan penuh tanya, ucapan Ryujin seakan memberi tahu padanya jika keistimewaan Chaeyoung bukan dialami sejak ia lahir tetapi suatu hal lah yang membuat Chaeyoung menjadi seperti ini. Lalu apa yang terjadi, Mina jadi dibuat penasaran dengan cerita mengenai suaminya ini.

"Dulu saat kami kecil, waktu itu aku masih kelas satu sedangkan Kakak kelas tiga SD. Kami selalu main sepeda tiap sore di jalanan dekat rumah. Tiba-tiba datang mobil mendekati kami, mereka menyeret kami masuk ke dalam mobil mereka. Aku takut sekali, aku hanya terus menangis di pelukan kak Chaeyoung. Mereka menculik kami untuk meminta tebusan."

Ryujin meremas dadanya, sesekali memukul dadanya sendiri dengan pelan saat rasa sesak didada tiba-tiba menyerangnya. Matanya yang semula hanya memerah kini mulai berderai air mata.

"Tapi belum juga Papa memberikan tebusan yang mereka minta, markas mereka sudah di kepung polisi. Suara sirene polisi buat mereka panik. Saat itu aku lihat salah seorang dari mereka mengeluarkan pistol. Aku makin bergetar ketakutan, apalagi saat dia menyeret paksa aku buat lepas pelukan dari kak Chaeyoung. Aku bener-bener udah takut saat pistol itu mengacung di depanku, dia sudah bersiap menarik pelatuknya. Aku tau itu akan jadi akhir untukku, tapi tiba-tiba Kakak melompat di depanku bertepatan dengan..."

Mata Mina terpejam, tubuhnya tersentak seakan berada disana mendengar bunyi DORR menggema disana.

"Tubuh kak Chaeyoung jatuh di depanku... Dada kan Chaeyoung kena tembakan, tubuhnya langsung jatuh dan kepalanya menghantam keras lantai. Aku lihat badan dan kepala kak Chaeyoung mengeluarkan darah.. darah yang sangat banyak."

So Bad - michaeng (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang