Prolog

6.7K 305 12
                                    

Semua yang ada di cerita ini adalah fiksi dan tidak ada sangkut pautnya di kehidupan nyata. Jika ada kesamaan tokoh dan alur dengan cerita lain, maka itu hanya kebetulan.

•••

"Hai..." sapa anak laki-laki berumur 7 tahun pada gadis di depannya. Shaka namanya.

Natha, gadis itu masih diam. Tak berniat membalas sapaan Shaka sedikitpun. Mata sembabnya yang kentara menjadi bukti bahwa gadis itu baru saja menangis.

Sania yang merupakan ibu dari Shaka tersenyum. "Kenapa? Kok sapaan dari Shaka gak dibalas?" tanya wanita itu lemah lembut.

Bukannya menjawab, Natha malah bersembunyi di balik badan Sania. Membuat wanita itu terkekeh, lalu menunduk untuk menyamakan tingginya dengan Natha.

"Kenapa sayang? Shaka nya gak gigit kok. Mulai sekarang, Shaka itu saudara kamu," ucap Sania, berusaha memberi pengertian pada gadis kecil itu.

"Ayo sapa saudara kamu," suruh Sania.

Dengan ragu, Natha mengulurkan tangannya pada Shaka. Anak laki-laki itu tersenyum, lalu membalas uluran tangan Natha.

Sania tersenyum melihat itu. "Kalo gitu, ayo kita masuk. Papa kamu pasti udah nungguin," ajak Sania pada keduanya.

Sania menuntun Natha, sedangkan Shaka mengikut dengan mata yang masih melirik pada gadis itu.

Beberapa hari yang lalu, anak laki-laki itu memang sudah diberi tahu tentang kedatangan seorang gadis seumurannya yang katanya akan menjadi saudaranya.

10 tahun kemudian

"SHAKA! ITU COKLAT GUEEEEEEE!" teriak Natha saat melihat Shaka mengambil coklat yang ada di kulkas.

"Bagi satu," ujar Shaka, lalu menggigit coklat itu setelah membuka bungkusnya.

"Ihhhhhhh gamauuuuuuuu." Natha menghampiri Shaka, lalu berusaha mengambil coklat yang ada di tangan cowok itu.

"Masih banyak juga lagian," kata Shaka, sengaja mengangkat tangannya agar Natha tidak bisa mengambil coklat yang sudah ia gigit itu.

"Tetep ajaaa, gue beli pake duit yaaa." Natha masih berusaha mengambil coklatnya dengan meloncat-loncat, meski itu mustahil karena badan Shaka yang kelewat menjulang.

"Entar gue ganti," ucap Shaka yang berhasil membuat Natha berhenti.

Natha meletakkan kedua tangannya di depan dada. "Gantinya tiga kali lipat ya," kata cewek itu.

Shaka melotot tak terima. Natha tuh kalo masalah makanan pelitnya minta ampun. Nafsu makannya bisa melebihi tukang kuli bangunan. Herannya, entah pergi ke mana lemak yang ada di tubuhnya itu.

"Kok gitu? Gak bisa gitu dong," protes Shaka. Natha tak menanggapi. Cewek itu berjalan pergi meninggalkan Shaka yang masih berdiri di depan kulkas.

"NAT! GAK BISA GITU YA!" teriak Shaka tak terima.

"BODO AMAT! GUE NGAMBEK SETAHUN KALO LO GAK MAU BELIIN!" balas Natha berteriak.

Shaka mendengkus.

"Heran, kerjaannya berantem mulu tiap hari," ucap Sania yang baru saja memasuki dapur.

"Natha tuh Ma," adu Shaka kesal. Sania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seolah sudah terbiasa dengan kelakuan kedua anak muda tersebut.

Ya .... Begitu lah keseharian Shaka dan Natha. Sampai setahun kemudian keduanya harus merantau ke Bandung untuk mengejar pendidikan.

Lantas, bagaimana keseharian mereka setelahnya? Bagaimana caranya Shaka menghadapi Natha yang aktifnya minta ampun? Juga, bagaimana Shaka bisa menjaga Natha agar tidak diganggu oleh orang-orang jahat yang memanfaatkan gadis itu demi kesenangannya?

Bagaimana .... hidup Shaka setelahnya?

•••

Sampai ketemu di part selanjutnya!

Follow
Instagram : blueberies.sen
Tiktok : lalanaouna

Salam,

Blueberiesen 💙

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang