OMP ¦¦ CHAPTER 03

14 6 1
                                    

Yuhuuu, OMP update niii

•.• Happy Reading •.•

Terkadang, hanya bersama dengan orang yang kita sayang, dapat membuat kita merasakan kebahagiaan. ”
-Oh My Primadona •°‚°•

Sita duduk di depan pelataran kantor IC Group sambil menunggu mang Gojek yang di pesannya. Sembari menunggu, Sita memberi kabar ke Bundanya kalau dia telah selesai interview. Setelah memberi kabar Bundanya, Sita lanjut scrooll Instagram. Saat asyik dengan ponselnya, terdengar suara lirih di sekitar Sita. Awalnya Sita cuek bebek, namun mulai terganggu ketika ponselnya tiba-tiba mati. Lalu, dia merasa ada yang memegang kepalanya. Saat menoleh, Sita melihat wanita yang tadi pagi dia temui, tapi kali ini sama persis seperti yang dia lihat tadi pagi.

Sita tetap diam seakan tak terjadi apapun. Tiga menit telah berlalu, wanita itu membuka suaranya, “Tolong aku.”

Tiga kali wanita itu berucap, tapi Sita tak mengindahkannya. Sampai akhirnya, wanita itu berkata lagi, “Tolong, aku mohon.”

Kali ini, wanita itu berkata tepat di depan Sita dengan wajah melasnya. Wanita itu terus membujuk Sita agar mau berbicara dengannya. Dia mengganggu Sita, mulai dari menusukkan jarinya di pipi Sita, hingga menarik kedua pipi Sita.
Ternyata, pendirian Sita tetap kuat. Wanita itu terus melakukan sesuatu agar Sita mau berbicara dengannya dan membantunya.

Tak kehabisan akal, wanita itu mengambil ponsel yabg di pegang oleh Sita. Dan kebetulan, di pelataran itu ada beberapa orang yang juga selesai interview seperti Sita. Karena ponselnya di bawa wanita itu, otomatis bagi orang biasa yang melihat itu, ponsel Sita melayang langsung beranjak dari tempatnya dan berteriak ‘Hantu’.

Karena takut hal itu memengaruhi hasil interview, Sita akhirnya mengalah dan ponselnya di kembalikan wanita itu.

“Gitu kek dari tadi, kan enak jadinya. Oh iya, kenalin nama gue Cici. Gue nggak tahu kenapa gue gentayangan kayak gini. Yang gue tahu nama gue Cici. Jadi, bantuin gue ya, biar gue nggak gentayangan lagi. Please....” bujuk Cici.

Menghela napas, “Gue Sita. Sorry, gue nggak bisa bantu lo. Lo aja nggak tahu gimana asal-usul lo, apalagi gue yang baru lo temui pagi ini.”

“Yaah, kok lo gitu sih. Ayolah bantu gue, masa lo tega lihat gue gentayangan kayak gini,” ujar Cici dengan wajah yang benar-benar melas.

Ck! Oke, bakal gue bantu. Tapi, jangan muncul tiba-tiba apalagi sama wajah menyeramkan lo. Kalau sampai lo muncul kayak gitu, gue nggak akan bantuin lo.”

Seketika wajah Cici langsung berbinar mendengar ucapan Sita.

“Nah, gitu dong. Makasih yaa.”

“Sekarang gue tanya, lo inget nggak di mana pertama kali lo berada?”

Cici menggeleng lemah.

“Ih, masa nggak inget sih. Yaudah kasih tahu gue, apa aja yang lo inget.”

“Yang gue inget nama gue Cici. Itupun dari kalung yang gue pakai ini. Awalnya, gue nggak sadar kalau ternyata gue udah mati. Tapi karena gue bisa tembus ke tembok gue langsung sadar dan nggak terima kalau gue udah mati. Apalagi waktu itu, gue melihat hantu-hantu yang lebih menyeramkan dari gue.”

Oh My PrimadonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang