Ew

21 1 0
                                    

Suara telepon itu tiba-tiba berdering, menyadarkan Rey dari lamunannya yang kini sedang berada di tepi balkon.

Dia menghembuskan perlahan asap rokok yang dihirupnya keluar dari mulut, sebelum akhirnya dia kembali masuk kedalam kamar hotel dan menatap sejenak pada layar ponselnya yang kini menampilkan sebuah panggilan dari seseorang yang amat dia kenal, seseorang yang membuatnya tak bisa lagi merasakan kehangatan.

Rey masih mematung, melihat dengan lekat pada layar ponselnya, membiarkan telepon itu masuk tanpa terangkat, sampai akhirnya suara dering dari panggilan itu membuat Kath yang tertutup selimut diatas kasurnya menggeliat terjaga.

Wanita itu menatap bingung kearah Rey yang berdiri diam disampingnya. Matanya menuju pada layar ponsel Rey dan sadar kenapa Rey bersikap mematung dan tak mau mengangkat telepon itu.

"Kau ingin menghindarinya lagi?"

Kath akhirnya memecah keheningan diantara mereka, setelah telepon itu berhenti berdering.

"Sedari awal, Aku memang tak pernah terikat dengannya, jadi untuk apa Aku menghindarinya?"

Rey bergerak kearah kulkas dan tangannya meraih gagang pintu kulkas itu, lalu Dia mengeluarkan sebotol Wishky jenis Bourbon dari dalam sana.

"Aku hanya merasa tak perlu mengangkatnya saja, lagi pula ini jam 3 pagi, bukannya sudah sewajar Aku mengabaikan telepon itu? Harusnya Dia tahu kalau disini sudah memasuki jam tidur."

Tangan Rey masih sibuk meyisir lemari yang menyimpan gelas-gelas kecil untuk dijadikan wadah minumannya.

"Mungkin saja Dia lupa, karena memang disana seharusnya masih sore hari kan?"

Kath mencoba menerka perbedaan waktu antara tempatnya kini berada, dengan perempuan itu. Sembari meraba bagian atas sebuah lemari kecil disamping tempat tidurnya, untuk menemukan kaca mata miliknya dan sebuah pakaian untuk dipakai, karena saat ini tak ada sehelai benang pun di tubuhnya, kecuali selimut yang sedari awal menutupinya.

"Dia memang tidak pernah berubah, hanya memikirkan dirinya sendiri saja, sampai-sampai tidak memperhatikan waktu dan menelepon ku selarut ini."

Rey berusaha keras menutupi perasaannya yang kini sedang berkemelut di dalam dadanya, Dia mencoba menyibukan kedua tangannya dengan menuangkan cairan berwarna coklat tua dari botol Wishky Bourbon pada tangan kanannya menuju sebuah gelas kecil yang berada pada tangan yang satunya.

"Tidak ada salahnya untuk mengangkat telepon itu, lagi pula Kamu masih terjaga bukan, dan dia pasti tidak akan menelepon mu tanpa alasan yang jelas."

Rey tidak mau memperkeruh suasana hatinya dan berusaha untuk tak menggubris ucapan Kath yang sangat Ia pahami akan pergi kemana arah pembicaraannya. Dia pun meneguk segelas penuh wishky itu dengan cepat, berharap Kath tak melanjutkan topik pembicaraan ini, dan membiarkan ini semua berlalu layaknya tak pernah ada telepon itu masuk sebelumnya.

Rey kembali menyisir pandangannya kearah Kath yang kini sudah sepenuhnya terjaga dan duduk diatas kasur dengan tubuh yang masih ditutupi sebuah selimut putih besar.

Tak ada lagi kata yang terucap diantara mereka berdua setelah perkataan yang Kath lontarkan sebelumnya, suasana di dalam kamar itu terasa hening, sebuah kesunyian yang bisa membuat siapa saja merasakan perasaan dingin yang tak nyaman.

"Karena Kamu takut kembali merindukannya?"

Celutakan itu terdengar enteng keluar dari mulut Kath, bagaikan tak ada beban, kata-katanya bergerak seperti sebuah peluru yang menerjang kesadaran Rey. Pria itu mengerejap, jelas menampakkan gestur tanda tidak setuju dengan apa yang baru saja Kath katakan, tapi dia tak membalas ucapannya. Rey membiarkan apa yang Kath katakan sebelumnya berlalu begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

flâner  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang