Perdebatan

12K 602 2
                                    

"Naya, apa yang kamu lakukan sama, Meira?" tanya Mas Bram dengan suara meninggi.

Seketika Meira bangkit dan memegang pergelangan tangan Mas Bram.

"Mas, aku takut, Mas. Naya bilang aku tidak boleh nginap di sini, dan dekat-dekat sama Mas Bram," ucapnya sambil terisak. Waw pintar sekali aktingnya padahal aku sama sekali tidak berucap demikian.

"Naya, keterlaluan kamu!" ucap Mas Bram geram. "Meira ini tamu kita, harusnya kamu bersikap baik padanya!"

"Mas, a-aku cuma ...."

"Sudahlah, Nay! Alasan apa lagi yang akan kamu katakan semuanya sudah jelas. Mas lihat sendiri kamu yang membuat, Meira terjatuh."

"Tapi, Mas, Meira yang duluan," jawabku tak mau kalah.

"Mas aku takut, Mas," Meira semangkin mencengkaram tangan Mas Bram, berpura-pura ketakutan.

"Hentikan, Meira! Apa yang kamu lakukan tidak perlu bersandiwara!" Bentakku geram melihat tingkahnya yang membuatku naik darah, aku pun menarik tangannya agar melepaskan Mas Bram.

"Naya apa-apan, kamu jangan kayak anak kecil," tukas Mas Bram tak suka melihat caraku.

"Apa kayak anak kecil?" tanyaku sembari melipatkan tangan depan dada dan menatap Mas Bram dan selingkuhannya dengan sengit. "Apa aku gak salah dengar, bela saja terus selingkuhanmu, Mas!"

"Hentikan, Nay. Mas gak suka kamu bersikap tidak sopan dengan tamu kita," bela Mas Bram.

"Kenapa tidak kamu akui saja, Mas kalau perempuan ini selingkuhanmu!" Aku menunding wajah Meira dengan tatapan marah.

"Sudahlah, Mas tidak mau berdebat. Kalau Meira selingkuhan, Mas memangnya kenapa?" jawab Mas Bram tanpa perasaan.

Sementara Meira tersenyum puas penuh kemenangan menatap ke arahku.

"Dan sebentar lagi, Meira akan jadi istri, Mas!" lanjut Mas Bram.

Semakin tinggilah hati Meira perempuan tidak tahu diri itu mendengar pembelaan dari, Mas Bram.

Aku ternganga tidak percaya atas ucapan yang keluar dari mulut Mas Bram.

"Jangan bercanda kamu, Mas. Kamu tidak bisa seenaknya," protesku.

"Kalau kamu tidak suka malam ini juga kita ce ...."

"Bram, apa yang kamu katakan, apa kamu sudah tidak waras?" tiba-tiba Mama datang memotong ucapan Mas Bram. "Dengar ya, Mama tidak mau kalau sampai kamu menceraikan Naya!"

Ha! Apa aku gak salah dengar Mama tidak mau Mas Bram menceriakanku, bukankah waktu itu dia sendiri yang menginginkan agar aku dan Mas Bram bercerai? Aneh, pasti ada sesuatu.

Mas Bram menautkan alis, mungkin merasa heran dengan ucapan, Mama.

"Kamu tau sendiri, 'kan kalau tidak ada Naya Mama kesusahan mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau sampai kamu menceraikan Naya siapa yang akan bantuin Mama mengerjakan pekerjaan rumah?"

Astaga!

Jadi ini alasan, Mama? Baikalah kalau kalaian ingin bermain-main akan kuladeni.

"Sudah Nay, lebih baik kamu masak saja sekarang, kita semua sudah lapar. Kamu tidak mau, 'kan kalau sampai Bram benar-benar menceriakanmu, dan membuatmu jadi gembel benaran?" ucap Mama seolah terdengar membela, tapi ternyata ...

"Maaf, Ma. Kalau kalian lapar silahkan masak sendiri, aku tidak lapar, dan mulai sekarang kalau kalian ingin aku mengerjakan semua pekerjaan rumah kalian bisa membayarku dengan upah sehari dua juta rupiah, untuk semua pekerjaan rumah." ucapku santai.

MEMBUAT SUAMI MENYESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang