Kalian sadar gak sih?
Sehun: Bapaknya
Baekhyun: Anaknya
😭😭😭😭😭 Gapapa lah, baekhyun imut soalnya.Lama gak update 🥴 TOLONG TINGGALKAN KOMENTAR DAN VOTE, KARENA INI PART TERAKHIR 😭
"Papa lo sendiri."
Vano reflek menampar pipi gadis itu dengan keras. Lelaki tersebut berkali-kali memaki Azila karena ucapan yang barus saja gadis itu katakan.
"Lo bisa gak sih langsung to the point?!" bentak Vano.
Ya, ini mungkin bukan Vano yang biasanya, entah setan darimana yang membuatnya berani dan tega menampar seorang perempuan.
"Kemaren lo bilang Bu Tea, dan sekarang ganti bokap gue. Mau lo apa?!" teriaknya.
"Gue mau BRYAN!" teriak Azila tak kalah keras.
"Azila, apa yang kamu katakan?" tanya Melandi tiba-tiba, mungkin gadis itu sudah mendengar percakapan keduanya.
"Lo itu egois, Van! Bahkan orang-orang terdekat lo yang bikin Bryan pergi," ujar Azila penuh dendam.
"Gue gak peduli sebelum lo kasih bukti," tantang Vano penuh penekanan.
Tanpa menunggu lebih lama, Vano segera menancapkan gasnya dan menuju rumah sakit. Lelaki itu tak lagi memperdulikan apa itu peraturan lalu lintas, bahkan dirinya mengemudi dengan tangan gemetar namun tetap melajukan mobilnya dengan cepat. Di belakang ada mobil Azila bersama dengan Melandi, gadis itu juga ingin lebih banyak bukti.
Vano segera berlari ke ruangan ayahnya, di sana tampak ramai penuh perdebatan, bahkan sudah ada beberapa lelaki berseragam yang tak lain adalah polisi. Vano semakin panik ketika di sana juga ada Tuan Adijaya.
"Serendah ini kelakuan Anda? Untuk apa gelar tinggi Anda?!" tanya Adijaya dengan sinis.
"Bagaimana ceritanya seorang dokter mencabut selang oksigen pemilik rumah sakit?" tanya Adijaya lagi dan lagi.
"Pemilik?" tanya Geysa dengan lemah.
"Saya mewariskan rumah sakit ini sejak anak itu berumur lima tahun!" Adijaya melempar sebuah sertifikat tepat mengenai wajah lelaki itu.
"Pa...." panggil Vano dengan suara gemetar.
"Diam Vano!" bentaknya.
Vano hanya menuruti ucapan ayahnya, terlebih tatapan tajam dari Tuan Adijaya yang seakan mengintimidasi.
"Bawa dia," ujar Giorlan dan segera diborgol tangan lelaki itu.
"Om, kasih kesempatan Vano buat bicara!" ujar Vano dengan tatapan memohon.
Di tempat itu dan saat itu, pertama kalinya seorang Vano menatap sang Ayah dengan tatapan permusuhan. Bukan berarti dia tidak menyayangi Ayahnya, tapi perlakuannya sudah menewaskan nyawa seseorang yang sangat berharga.
"Maafin, Papa."
"Apa kata maaf bisa balikin Bryan?!" teriak Vano.
"Papa gak tau gimana jadi Bryan, dari kecil selalu nangis minta kasih sayang. Papa gak bakal tau gimana rasanya hidup tanpa seorang Ayah. Pa, coba fikir lagi, dimana selama ini Papa kerja? Di rumah sakit milik siapa? Punya keluarga Bryan, bahkan itu milik Bryan."
Vano tak peduli dengan air matanya yang bercampur darah karena dia cakar dengan tangannya sendiri.
"Papa terpaksa, Papa cuma—" Vano segera memotong penuturan Ayahnya.
"Cuma apa? Cuma bunuh orang 'kan? Seharusnya Vano curiga dari dulu, ternyata bener kalo Bu Pita itu orang tua dari Kak Tea! Dan selama ini Papa masih ada hubungan sama wanita murahan itu 'kan?!" bentak Vano dengan air mata yang berderai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bryan's
Ficção Adolescente"Lo jangan cantik! Ntar pada ngira pacar gue bukan babu gue." -ENDING •ALUR CERITA ANTIMAENSTREAM •MENGANDUNG KEBENGEKAN + BAWANG |Sampul= Baekhyun Exo. |Sequel dari GIORSA(bisa dibaca terpisah)