Gadis itu terus menoleh guna mencari keberadaan Dion, dirinya jadi ikut panik. Tak bisa Anya bayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi.
Dapat!
Pemuda itu ada di sana, kakinya menendang batu-batu kecil. Rambutnya terlihat berantakan dari belakang. Gadis yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia itu mulai berlari menyusul Dion.
Anya telah berada tepat di sisi kanan Dion, cowok itu masih menahan amarah, rahangnya mengeras, wajahnya merah padam. Dan semuanya tak luput dari pandangan Anya.
Sejurus kemudian gadis itu ditarik hingga berpindah ke sisi lain dari trotoar. Detik berikutnya sebuah mobil melesat dengan kecepatan gila. Hampir saja Anya terserempet!
Gadis berambut pendek itu mengerjap, otaknya masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Dion menyelamatkan nyawanya? Bahkan saat pemuda itu masih menahan marah. Tuhan, bolehkah Anya meleleh karena aksi pemuda di sampingnya ini?
Dan Anya tersadar bahwa Dion tak akan mematahkan hatinya, tidak akan pernah. Pemuda itu bukan Rafael ataupun Reynand.
"Kak, mampir ke minimarket, ya?" bujuk Anya ragu.
Astaga, kenapa rasanya gugup sekali?! Gadis itu menggaruk punggung tangannya hingga memerah, hanya itu cara paling ampuh baginya untuk menghilangkan gugup.
"Lo cape?"
"Enggak, aku tiba-tiba pengen es krim."
Dion berhenti, ia menoleh pada gadis di sampingnya. Anak rambut yang tertiup angin, iris coklat gelap yang lebar, dan pipi tembam kemerahan. Sial! Dion baru sadar jika gadisnya sangat menggemaskan.
"Ayo!" Tangan kiri yang sedari tadi berada di saku celana kini telah menggenggam erat jemari Anya.
Jika pengkhianatan tadi sudah direncanakan, maka tak menutup kemungkinan bahwa Anya juga akan terkena imbasnya. Dion tak akan membiarkan siapapun menyakiti gadis ini.
"Kata orang, makan coklat bisa ngembaliin mood. Jadi, aku beliin Kakak coklat." Tangan Anya terangsur pada Dion.
Kini keduanya sedang berada di depan minimarket, duduk di kursi untuk menghilangkan penat.
"Gue gak suka yang manis-manis, buat lo aja." jawab Dion lalu meminum air kemasannya.
Anya cemberut. "Aku udah punya es krim."
Coklat itu direbut, Anya dan Dion kompak menoleh, dihadapan mereka berdiri seorang cowok tegap sedang tersenyum jahil.
"Kalau lo gak mau makan, buat gue aja." Ia mulai membuka pembungkus coklat secara perlahan.
Dion tak terima, segera remaja jakung itu berdiri lalu merampas kembali makanan manis miliknya. "Punya gue!" Dan langsung melahapnya.
"Gak masalah, ayo, beli lagi." ujar cowok itu asal lalu meraih tangan Anya.
"Lo nyari mati?!" tanya Dion tajam, berikutnya ia mendorong orang itu.
"Pergi." pekik Anya nyaring pada Reynand. "Gue benci sama lo!"
Sorot matanya melemah, ternyata tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Reynand berbalik, ia melangkah gontai lalu menghilang di balik tikungan jalan.
"Gue gak tau lo bisa teriak senyaring itu," ujar Dion setelah duduk seperti semula.
"Cuma teriak ke orang yang pantes diteriakin," balas Anya sekenanya. Gadis itu kembali sibuk memakan es krimnya.
Dion terkekeh lalu mengusak pucuk kepala Anya. "Lo udah lebih kuat dari sebelumnya."
Hanya deheman singkat sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dion [TAMAT]
Подростковая литература#Pain1 Semesta yang menolak memberi senyum dan kisah yang hanya ingin berakhir dengan kepedihan. - - - - - Dion Revalino Adhitama, cowok dingin yang terbiasa berkata pedas. Namun, tiba-tiba meminta maaf atas ucapannya pada orang asing. Sebegitu besa...