"Saya terima nikah dan kawinnya lusiana Margaretha binti bapak HJ.faisal dengan seperangkat alat sholat dan sejumlah uang empat puluh lima juta rupiah dibayar tunai "
Bagaimana para saksi SAH ?
SAH
Lusiana gadis cantik yang baru berusia 18th , harus menerima perjodohan yang dilakukan orang tuanya entah apa alasan nya yang harus melibatkan kedua pasangan ini harus menikah . Devano lelaki dewasa yang sudah berusia 28 tahun dirinya dan Lusi selisih 10th.
Devano akui pertama melihat Lusi langsung tertarik bagaimana tidak rambutnya hitam lebat panjang , alis tebal , dan paling penting bibirnya pink alami tingginya saja sebidang dada devano .
Devano adalah seorang pebisnis muda dengan segala berbagai bidang , cabangnya juga banyak di luar negeri . Salah satunya ia pembuat parfum yang kini melesat sampai ke paris.
Sayang devano adalah seorang Duda tetapi tidak mempunyai anak , mantan istrinya adalah seorang model terkenal . Karna sudah tidak cocok mereka memutuskan untuk bercerai .
Devano mengamati wajah istrinya , entah kenapa ia merasakan hal aneh pada dirinya . Jantungnya kini berdetak kencang saat melihat nya , Lusi sangat cantik benar benar cantik .
" Lusi aku mencintaimu" bibir tebal itu mencium kening lusi matanya terpejam dihatinya benar benar bahagia .
Lusi ikut memejamkan mata ia baru saja menyandang status istri . Entah kenapa lusi menitihkan air mata ia merasa gelisah sedih senang bahagia kini bercampur aduk .
----------
Malamnya kini tamu mulai berdatangan jangan ragukan semua tamu yang hadir adalah orang orang penting . Berbagai kalangan artis ataupun teman pebisnis sukses . Lusi berdiri disamping devano rasa gelisah semakin ia rasakan .
Salah satu rekan kerja devano menjabat tangan devano "selamat ya tuan Dev akhirnya menikah juga ,semoga langgeng dan pastinya cepat di beri momongan " ucap raka
Devano tersenyum "terima kasih raka " Lusi ikut tersenyum menyambut kedatangan tamu .
Hatinya gundah melihat devano tersenyum dia bahagia tapi Lusi tidak , ia tidak mencintai Devano apalagi mengenal suaminya mengapa takdir begitu kejam kepadanya .
Lusi tampak gelisah ingin rasanya kabur dari tempat ini , ia memikirkan alasan yang pas untuk berbicara dengan Devano " Mas " panggil Lusi bibirnya bergetar keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya .
Devano menoleh dahinya berkerut Lusi menangis devano menatap wajah pucat istrinya entah mengapa rasa khawatir muncul di hatinya . " Lusi kamu kenapa''
Lusi mengangguk "emm aku pusing " wajahnya kini menunduk tangannya meremas gaunya ia malu dan gugup untuk menatap wajah suaminya .
Devano tersenyum tangannya mengelus pucuk kepalanya "jangan menunduk aku tidak suka kamu seperti itu " lusi mendongak menatap suaminya
"Maaf " devano menggandeng tangan lusi menuju kamar mereka .
Diantara mereka tidak ada yang membuka suara , mereka sibuk dengan pemikiran masing" .
"Lusi apa kepalamu masih pusing ? " Tanya Devano ia mendekati Lusi tangannya menyentuh kening wanita yang ada di depan nya .
Lusi terlonjak kaget atas perlakuan devano ia bingung dengan perasaannya entah kenapa selalu berdekatan dengan suaminya membuat jantung nya berdebar entahlah lusi tidak terlalu memikirkan nya .
"A-ku tidak apa-apa , aku mau mandi "