35 Trust Me

1.4K 165 16
                                        

Bismillah,

Alfi memasuki rumah perlahan. Masih jam 5 sore, tapi Alfi sengaja pulang lebih cepat. Hari ini Ifa akan datang ke rumahnya. Ini sudah yang kedua kalinya minggu ini. Hasti rupanya sangat menyukai calon menantunya, sehingga sering meminta Ifa menemaninya. Sejak Sarah hamil anak ketiga, satu-satunya anak perempuan Hasti itu jarang berkunjung. Sehingga Hasti terlihat kesepian.

Semua berubah ketika Ifa resmi menjadi calon istri Alfi. Hasti seperti menemukan seseorang yang membuat hari-hari sepinya menjadi ramai.

Alfi berjalan menuju dapur. Dia tadi sudah mengucap salam, tapi tidak ada jawaban. Samar-samar dia mendengar suara anak kecil dari halaman belakang. Dengan bibir tersenyum penuh, Alfi bergegas ke halaman belakang.

Fatih sedang berlarian, menendang bola ke sana kemari. Sedangkan Ifa dan Hasti duduk di teras samping, menyaksikan bocah itu bermain dengan riang. Alfi berdiri di ambang pintu samping. Lelaki itu menyandarkan tubuh tingginya, sengaja membiarkan Ifa dan Mama berbincang seru. Matanya tidak lepas dari ekspresi lembut dan mata Ifa yang bersinar hangat, mendengar Hasti bercerita.

Dulu, Naira tidak pernah punya waktu untuk mengobrol dengan Mamanya. Mantan istrinya itu sibuk dengan pekerjaan dan kesenangannya.

"Ma," panggil Alfi.

Kedua perempuan itu menoleh. Fatih juga menoleh, dan langsung menghambur ke pelukan Alfi. Lelaki itu membawa Fatih dalam gendongannya. Alfi melirik Ifa yang tersenyum, lalu menunduk dengan rona di wajahnya.

"Loh, Al?! Kapan pulangnya? Kok Mama nggak denger?" heran Hasti.

"Mama lagi asyik ngobrol, saya sudah salam tadi, tapi nggak ada yang jawab." Alfi berjalan ke kursi di hadapan Hasti, lalu duduk sambil memangku Fatih.

"Masak sih?! Kok nggak kedengaran suara mobilnya?" tanya Hasti lagi.

Alfi hanya tertawa. Tentu saja Mamanya tidak mendengar suara mobilnya, perempuan itu terlalu sibuk dengan Ifa dan Fatih.

"Lain kali kalo Mama lagi di belakang, pintu depan dikunci aja. Bahaya, soalnya Mama kalo udah asyik lupa semuanya," goda Alfi.

Mama terkekeh. Dia memang sedang asyik memperhatikan Fatih bermain, ditambah lagi mengobrol dengan Ifa. Bukan topik serius, hanya menu masakan yang mereka temukan di instagram. Dan itu sudah membuat Hasti begitu senang, sampai tidak mendengar Alfi datang.

"Ifa ke sini naik apa?" tanya Alfi.

"Taksi online, Mas," jawab Ifa lirih.

"Nanti ... pulangnya saya anter," kata Alfi lagi.

Ifa hanya mengangguk. Dia masih gugup setiap kali berbicara dengan calon suaminya. Tidak pernah menyangka, lelaki yang bertahun-tahun menjadi dokter untuk anaknya, sebentar lagi akan berubah status menjadi suaminya. Apalagi, mereka sudah tidak bertemu selama tiga tahun sebelum akhirnya bertemu lagi. Dengan debaran jantung yang berbeda untuk Ifa.

"Ya harus dianter, masak calon istri dibiarkan pulang sendiri," celetuk Hasti.

Alfi tersenyum. "Mama mau ikut nganter?" tanyanya.

"Nggak ah, nanti Mama malah ganggu. Kamu kan jadi nggak bisa ngelirik calon istrimu," goda Mama lagi.

Alfi menatap Ifa yang salah tingkah. Melihat gerak gerik Ifa yang sedang malu, dan ekspresi wajahnya yang lembut adalah kesenangan baru untuk lelaki itu.

"Azwar sudah pulang, Ma?" tanya Alfi lagi. Fatih sudah beringsut turun dari pangkuannya, dan sekarang berlarian lagi di halaman.

Mama menatap Alfi dengan kening berkerut. Akhir-akhir ini tingkah laku Azwar yang sedikit aneh dan misterius sering terbayang di benak Hasti. Teringat percakapan mereka di dalam mobil saat itu. Kenapa Azwar begitu merahasiakan siapa calonnya? Pikir Hasti.

Bukan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang