#2

481 61 13
                                    

Hari pertama Jihoon bekerja dan hari pertama Jihoon membuka lembaran baru untuk kehidupan barunya.

Dengan perasaan gugup Jihoon berjalan menuju gerbang mansion. Scurity itu memberinya jalan setelah Jihoon memperlihatkan secarik kertas dimana isinya menyatakan bahwa Jihoon telah menjadi anggota baru yang bekerja di mansion besar milik keluarga Choi berada.

"Terimakasih" Ucap Jihoon pada scurity itu sambil menunduk, langkahnya kembali dia bawa menuju pintu utama yang sangat besar. Kedua kalinya Jihoon masuk ke mansion besar ini.

'kenapa aku mendadak gugup begini' guman Jihoon. Sebelum dirinya benar-benar membuka pintu besar mansion itu dan memasukinya.
Perasaan aneh yang menerjang hatinya kala dia sepenuhnya masuk ke dalam mansion itu begitu membuatnya takjub, tidak percaya.

"Serius aku bekerja disini?" Monolognya sendiri sambil berjalan menuju tempat dimana dia akan menghadap oleh Nyonya Choi untuk pertama kalinya.

Nyonya Choi merupakan Ibu kandung dari ketiga Tuan mudanya. Jihoon pernah mendengar bahwa tulang punggung di keluarga Choi ini hanyalah Nyonya Choi satu-satunya. Ayah dari ketiga Tuan mudanya itu tidak pernah lagi terlihat setelah bertahun-tahun lamanya karena suatu masalah politik yang tidak berhujung berakhir, mungkin karena itu Ayah dari ketiga Tuan mudanya tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya.
Walaupun begitu Nyonya Choi dapat memperbaiki nama keluarganya kembali setelah masalah tersebut ditangani olehnya sendiri.
Karena itulah satu-satunya wanita yang membuat Jihoon kagum adalah Nyonya Choi.

Mengingat-ingat keluarga nya sendiri yang tidak tertata rapih dulu, Jihoon hanya bisa menerima semua takdirnya. Takdir yang mengharuskan Jihoon dibuang begitu saja oleh orang tuanya. Bahkan diusianya yang masih 5 tahun...masih sangat-sangat kecil, dia sudah tidak dipedulikan lagi oleh kedua orangtuanya yang selalu tidak akur itu. Toh Jihoon kecil saat itu juga sudah merasa lelah menghadapi orangtuanya. Jadi kalaupun dia dibuang itu tidak masalah asalkan dia sendiri bisa bebas dan tidak ada lagi bekas-bekas pukulan yang tercetak di kulitnya. Memang sejak kecil, Jihoon sangat sering menjadi pelampiasan amarah antara kedua orangtuanya.

"Haaah aku bersyukur bisa bebas waktu itu" hela napasnya, tidak terasa. Jihoon sudah berada tepat di depan pintu ruang kantor dimana Nyonya Choi berada. Dengan langkah pendeknya, Jihoon masuk berhati-hati dan menunduk sopan.

"Permisi.."

"Ya? Silahkan.." Jawab Nyonya Choi dari dalam ruangan yang sedang duduk manis disana.

"Te-terimakasih.."Dengan mata berbinar melihat betapa cantiknya Nyonya Choi yang bahkan di usia tuanya masih terlihat begitu segar di wajah cantiknya. Jihoon begitu terpesona oleh kecantikan wanita itu.

"Kau yang bernama Jihoon?" Tanya wanita itu. Setelah mempersilahkan Jihoon untuk duduk di kursi ruang kantornya.

"Iya benar Nyonya" Jawab Jihoon tidak lupa dengan senyumannya.

"Nama yang manis seperti orangnya" Ucap wanita itu yang seketika membuat Jihoon tersipu malu.

"Ahaha sepertinya kau malu" kekeh wanita itu, Jihoon hanya bisa menggelengkan kepalanya walau sebenarnya pipi merahnya tidak bisa berbohong.

Di kursi yang wanita itu duduki, Nyonya Choi langsung memberinya sebuah amplop yang sedikit besar. Jihoon tercekat melebarkan matanya.

"N-nyonya maaf.. tapi saya bahkan belum mulai bekerja.. kenap-"

"Begini Jihoon, aku sangat berterima kasih padamu.. karena hanya kau satu-satunya maid laki-laki yang ingin mengasuh anak-anak ku yang sangat nakal"

"Nyonya ta-tapi ini.." Jihoon terpaksa menerimanya karena wanita itu sudah menatapnya serius dengan raut wajahnya yang terlihat mempercayakan semuanya kepada Jihoon.

CHOI And MAID | WinkChoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang