Part 3
Hari demi hari berlalu. Perjalanan waktu terus berputar mengitari rotasi nya dengan cepat.
Hari itu terlihat cerah,dengan udara yang sejuk dan indah.Seorang gadis bercadar, tampak sedang berjalan menyusuri awakan jalan dengan santai. Tapi, dia merasa ada seseorang yang sedang mengikuti jejak nya. Gadis itu beberapa kali menoleh kebelakang. Tapi, dia lihat keadaan kosong tak ada yang mencurigakan. Dia terus berjalan sedikit mempercepat langkah nya.
"Mungkin hanya perasaan ku saja" ujarnya dalam hati. Tapi, dugaan itu ternyata tidak benar. Seorang laki-laki berperawakan besar, dan bertato tiba-tiba memegang tangannya dari belakang. Gadis bercadar itu terkejut dan langsung berteriak.
"Astaghfirullah, hei kamu mau apa!" teriaknya ketakutan. Laki-laki itu tertawa menang, dia merasa akan leluasa menghabisi gadis itu.
"disini tidak akan ada yang menolongmu ha ha". Ujar orang tersebut mengejek. Gadis itu semakin takut. Dia terlihat membela diri nya dan terus berteriak, dia juga yakin bahwa pertolongan Allah pasti akan datang. Tiba-tiba, saat penjahat itu hendak menarik cadar gadis itu, seorang pemuda berjubah putih datang dengan gercap."hei, hentikan" teriaknya dengan kemarahan. Penjahat dan gadis itu menoleh ke arah pemuda tersebut. Seketika penjahat melepaskan tangannya dari cadar gadis itu dan mendekat kearah pemuda berjubah.
"ha ha, anak muda kamu ingin berlagak pahlawan rupanya, ayo lawan aku" teriak penjahat itu sombong, sambil berniat mendaratkan kepalan tangannya. Tapi,dengan sergap pemuda itu mengelak dan balik mem ukuli penjahat itu hingga ia jatuh terkapar.
"ingat pak, kamu juga punya istri dan anak perempuan. Jika kau ingin anak mu dihargai dan terjaga, maka hargai dan jagalah perempuan lain. Jangan hanya karna kamu, yang mendapat imbas adalah keluarga mu. Pak, apa kau ingat aku? Aku adalah Azzam, yang pernah menjadi teman dekat mu saat di dunia malam waktu itu" ujar pemuda itu yang ternyata adalah Azzam. Gadis bercadar itu sendiri terkejut saat melihat penampilan pemuda yang baru saja dijadikan oleh Allah sebagai perantara untuk.menolongnya. Dulu, pemuda itu sangat kusam dan penam pilannya juga menakutkan saat pertama kali di temukan oleh ayahnya di pinggir jalan dalam keadaan terkapar. Dan sekarang, wajah nya penuh keteduhan, penampilan yang menyejukkan. Gadis itu tersenyum dari balik cadar nya Dan berucap lirih,
"Ya Allah maha suci engkau, yang maha membolak-balikkan hati hamba-Nya". Ujar gadis itu didalam hati.
Ternyata gadis bercadar itu adalah Maryam, anak dari ustadz Ahmad."te..terimakasih kak" ujar Maryam sambil menundukkan kepalanya.
Azzam menoleh ke arah Maryam dan becucap lembut."sama-sama. Tapi ingat, lain kali harus lebih berhati-hati lagi ya, banyak bahaya dijalanan seperti ini". Ujar Azzam tersenyum simpul.
"i..iya kak, terimakasih. Insyaa Allah saya akan berhati-hati lagi". Jawab Maryam lembut.
"iya baiklah, sekarang kamu pulanglah kerumah, oh iya kalau boleh tau nama kamu siapa?" tanya Azzam kepada Maryam. Maryam tak menjawab. Tapi, dia mengambil sesuatu dari tas nya, dan memberikannya kapada Azzam.
"ini kartu namamu? Apa tidak masalah jika ini di berikan kepadaku?". Tanya Azzam mengerutkan dahinya.
"tidak masalah, jika butuh sesuatu bisa hubungi aku". Ujar maryam lalu pamit pulang.
Azzam memperhatikan Maryam sejenak, dan menyimpan kartu nama milik Maryam, Azzam tak langsung membaca nama yang tertera dusana. Lalu Azzam menoleh kearah penjahat itu dan berkata,
"pak, berubahlah. Bapak sudah punya istri, juga anak yang harus di beri nafkah yang baik,dan dibimbing kejalan yang benar pak". Ujar Azzam kepada penjahat itu dengan lembut. Azzam yakin, bahwa seburuk apapun manusia, jika Allah menghendaki, maka dia pasti akan berubah.
Penjahat itu bangkit dengan tertatih-tatih sambil memegangi tangannya yang babak belur. Azzam memang sengaja tak memukul wajah, sebab dia tau bahwa itu tidak boleh. Kecuali, jika dalam keadaan benar-benar kepepet.
"ka..kamu Azzam?" tanya laki-laki itu pelan.
"iya aku Azzam, maafkan aku telah memukuli mu seperti ini, sungguh aku tidak ingin melakukannya jika tidak terpaksa". Ujar Azzam memegangi bahu laki-laki itu untuk membantunya berdiri.
Laki-laki itu yang bernama bahar, tiba-tiba menangus tersedu-sedu dihadapan Azzam. Azzam terkejut melihat hal itu. Tak biasanya seorang Bahar yang pernah ia kenal, bahkan sangat kenal menangis tersedu-sedu. Yang dia tau, Bahar adalah sosok yang sangat keras hatinya, yang sangat susah untuk menjatuhkan air mata. Tapi hari ini. Azzam melihat kejadian langkah itu dari teman lamanya.
"hei Bahar, kamu mengapa menangis?, apa kamu punya masalah?. Ceritakanlah jika bersedia, Insyaa Allah saya siap mendengarkan". Ujar Azzam lembut.
"Istri saya meninggal beberapa bulan yang lalu. Dan anak saya juga pergi tidak tau kemana, saya sangat terpukul dengan peristiwa ini. Saya ingin anak saya kembali dan hidup dengan tenang". Ujar Bahar tulus.
Azzam terkejut mendengar berita itu, dia faham bagaimana perasaan temannya itu. Azzam akhirnya berusaha menenangkan dan menasihati Bahar.
"Duduklah terlebih dahulu, lalu kita ngobrol dengan tenang". Ujar Azzam kepada Bahar, Bahar menuruti permintaan itu dan duduk tepat disamping kanan Azzam.
"kematian adalah taqdir setiap manusia yang tidak bisa di pungkiri, sebagaimana firman Allah dalam Qur'an-Nya. _Kullu nafsin dzaa-iqotul mauut_. Yang artinya, setiap yang bernyawa pasti akan mati (Q.S Ali-Imran : 185), jadi kematian itu kapan saja bisa menghampiri orang-orang, aku, dan juga kamu. Tidak ada seorang pun yang bisa menunda nya jika ia suda saat nya tiba. Bahkan, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam pun mengalami kematian itu sendiri. Padahal beliau adalah hamba Allah yang paling Allah sayangi dan cintai, beliau juga sudah di jamin syurganya, beliau disebut sebagai kekasih Allah. Namun, walaupun begitu Rasulullah juga hamba Allah, manusia seperti kita yang akhirnya juga mengalami kematian". Ujar Azzam sambil mengelus-elus pundak Bahar.
"masalah anak mu, cobalah untuk menghubungi dia. Jangan lupa libatkan Allah dalan segala masalah, lalu intropeksi diri. Mungkin dia pergi karna sikap mu selama ini, jika ia adalah rezeki yang terbaik dari Allah, maka anak mu pasti akan kembali". Ujar Azzam lagi dengan tersenyum.
"iya zam, aku menyesal telah berbuat busuk dan jahat selama ini. Dan aku sedih saat mengetahui bahwa kau sudah menjadi seperti ini. Aku melihat bahwa di wajahmu terdapat kasih yang penuh dari ilahi. Aku ingin kembali ke jalan yang benar". Ujar Bahar sembari menangis tersedu-sedu.
"Masyaa Allah, maha suci Allah yang maha membolak-balikkan hati hamba-Nya". Ujar Azzam tersenyum lalu memeluk erat temannya itu.
Azzam kemudian mengajak Bahar untuk bertandang kerumah sederhananya. Rumah kecil yang dia dapatkan dari hasil kerja nya yang di bersamai pertolongan Allah.
Azzam mempunyai butik pakaian muslim di rumahnya, itu dia dapatkan setelah Allah memberinya rezeki melalui seorang ustadz yang baik hati, yang tak lain adalah ustadz Ahmad sendiri. Ustadz Ahmad memberinya pinjaman uang sebesar Rp. 10.000.000 untuk modal usahanya. Dan Azzam akhirnya menjadikan uang itu untuk membuka bisnis butik pakaian muslim.
Dan sekarang, Azzam telah melunasi hutang nya itu hanya dalam waktu 6 bulan setelah ia mendirikan usahanya.
Masyaa Allah, itulah rezeki Allah yang tiada tara bagi Azzam. Allah telah banyak menunjukkan kekuasaan, dan bukti kasih sayang nya selama ini..maka tidak pantas bagi Azzam untuk mengingkari tuhannya. Itulah kata-kata yang selalu dia ingat saat dia mendapatkan kebahagiaan, ataupun kesedihan.Bahar mendengar cerita Azzam dengan sangat antusias, dia merasa bahwa Allah memang adil dan menyayangi semua hambanya. Buktinya, Azzam yang dulu begitu jauh dari kata ibadah, bahkan sangat jauh dari sang khalik. Hidup menjadi penjahat sebab tidak memiliki uang. Sekarang, saat Azzam memilih jalan lurus untuk kembali kepada Allah, Allah membuktikan bahwa Allah sangat mneyayangi Azzam dengan cintanya yang tiada tara besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Diatas Al-huda
Roman d'amoursebuah kisah seorang pemuda nakal yang hidup didunia.kelam yang pada akhirnya, menjadi manusia pilihan Allah untuk mendapatkan hidayah yang indah disisi nya.