17: SWAG

15 1 1
                                    

Masak soto itu gampang. Tapi kalau Erham yang masak, Amanda keburu pingsan karena kelaparan.

Note: ingat! Selalu ada kesalahan penulisan (typo).

###

Hari minggu adalah waktu bersantai yang paling menyenangkan.

Dan begitu pun dengan Derran yang memilih untuk mengunjungi Tania yang sedang berada di rumah.

Habis ibadah.

Derran membawa beberapa kotak berisi makanan. Menaruhnya di atas meja dan pria itu duduk di sofa.

Ada Tania yang sedang menonton acara televisi kesukaannya. Ely yang berada di dapur mengambil piring untuk menaruh makanan.

"Oh, ya. Gimana soal pertanyaan Mamah? Kamu mau?"

Derran yang sebelumnya sedang memainkan ponselnya, langsung tidak ingin lagi.

"Mah. Itu kan nggak mungkin. Lagi pula dia juga masih semester awal sekolah."

"Kan cuma beberapa hari. Berangkat hari sabtu, pulang hari senin."

Tania menatap Derran penuh harap. Semoga saja Derran mengiyakan.

Mereka sedang membicarkan liburan. Bukan honeymoon, ya!

Derran masih ragu untuk mengiyakan permintaan Tania. Banyak alasan yang membuat pria itu enggan untuk menyetujui hal itu.

Baginya sangat tidak penting. Banyak hal lebih penting menurut Derran. Lagi pula, pria itu juga tidak mau kalau hanya pergi berdua dengan Ely.

"Derran?"

Derran tersadar dari lamunan. "Iya, mah?"

"Gimana? Mau, kan?"

Derran tertegun.

"Hmm. Maaf, mah. Kerjaanku lagi banyak banget. Jadi nggak mungkin aku tingalin untuk liburan di saat begini."

"Ya udah. Nggak apa. Mungkin lain waktu."

Sebenarnya Tania merasa sedikit kecewa. Tapi ia juga mengerti keadaan Derran. Lain waktu juga bisa dibicarakan lagi.

"Ini piringnya."

Ely datang. Gadis itu meletakkan dua buah piring ke atas meja dan duduk di samping Tania.

"Makasih cantik." Tania mengelus puncak kepala Ely sekali.

Ely tersenyum kecil.

Tania membuka kotak makanan dan langsung tersenyum melihat isinya. "Hmm. Kue putunya harum banget. Pinter banget menantu Mamah bikinnya."

Ely memang pintar memasak.

"Makasih, Tante."

"Kok panggil Tante? Perasaan kemarin panggil Mamah."

Ely meringis. "Maaf, Mah. Lupa, soalnya belum terbiasa."

Nggak mungkin bisa terbiasa. Si itu aja melarang panggil Mamah.

Siapa lagi kalau bukan Derran.

"Ya udah. Sekarang kamu cobain masakan istri kamu. Biar kamu tau seenak apa masakannya."

Derran melotot. Pria itu mengerjap bingung.

Ely yang mendengar ucapan Tania hanya bisa tersenyum. Gadis itu jadi mengingat kalau Derran selalu memberinya harapan palsu tentang makanan.

Derran memandang kue putu di piring dengan tidak minat.

"Cobain, sayang. Mamah pengen lihat kamu makan makanan buatan istri kamu."

Loves Lives (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang