29. -||PCADA||-

272 20 5
                                    

"Huek...huekk,"

Seakan terusik dengan suara itu ditengah malam, Akhtar langsung mencari sumber suara itu berasal dari mana.

Perlahan ia turun dari ranjang tidurnya dan sedikit menguping dikamar mandi yang ada dikamarnya. Dan lebih terkejut lagi disaat Ayra tidak ada disampingnya.

"Ay? Kamu didalam?"

"Huek...huekkk," semakin keras suara itu.

Karena sangat khawatir Akhtar langsung masuk kedalam sana, untung saja pintunya tidak dikunci jadi ia bisa langsung memastikan bahwa Ayra baik-baik saja.

"Ya ampun Ay. Kamu kenapa? Masuk angin? Salah makan? Ayo berobat?"

Apa katanya? Berobat? Ditengah malam begini? Memangnya ada klinik yang buka malam-malam begini?

"Satu-satu kalau nanya mas. Aku nggak tau kenapa bisa begini, aku mual banget. Tapi sekarang nggak apa-apa kok. Ya udah yuk lanjut tidur lagi besok kamu kan harus ke kantor,"

"Yakin?"

"Iya sayang,"

.

Keesokannya, karena Akhtar merasa Ayra sedang tidak enak badan. Dibawakan Ayra ke rumah sakit andalan keluarganya. Dan ada berita bahagia untuk mereka bahwa Ayra hamil. Usia kandungannya sudah menginjak 4 minggu.

Wah, sepertinya mereka sangat terkejut sekaligus bahagia mendengar berita ini. Ayra tidak menyangka bahwa sudah ada janin yang tumbuh didalam perutnya.

Sedangkan Akhtar dari tadi tak henti-hentinya mengucap syukur karena diberikan rezeki oleh Allah SWT yang amat berharga dalam hidupnya.

Baru kali ini ia merasakan kebahagian yang tiada tara.

"Ayo sayang! Kita kasih tau kekeluarga kita," ajak Akhtar yang menggebu-gebu.

Pasti jika keluarga mereka mengetahui ini terutama keluarga Akhtar sangat dipastikan bahwa kalau mereka menantikan momen ini sejak awal. Kedua orangtua Akhtar tidak sabar ingin menimang cucu.

Wajar saja kalau mereka mengharapkan ini dari anak-anak mereka disisa-sisa masa tuanya. Apalagi anak mereka yang sudah menikah baru Akhtar, sedangkan Arumi belum cukup umur untuk menikah. Jadi ia selalu mengharap kalau Ayra cepat-cepat mengandung cucu mereka.

Rasanya Akhtar tidak sabar ingin memberitahu ini.

"Kita kerumah ayah dan ibu dulu ya?"

"Aku mah ikut saja,"

Langsung lah mereka tancap gas pergi ke rumah orangtua Akhtar. Betapa semangatnya Akhtar, sampai senyumnya tidak luntur disepanjang jalan.

Sedangkan, Ayra menatap horor Akhtar karena suaminya ini tidak berhenti tersenyum. Ayra takut kalau Akhtar tiba-tiba jadi tidak waras karena ulahnya, bisa-bisa ia diomelin oleh kedua orangtuanya.

"Mas?"

"Hm,"

"Mas masih waras kan?"

What! Pertanyaan macam apa ini?

"Ya masih lah. Kamu aneh-aneh saja kalau nanya,"

"Habisnya dari tadi mas senyum terus. Kan aku jadi takut kalau mas jadi nggak waras gara-gara tau aku hamil,"

"Mas bukan waras sayang, ya Allah istriku jadi tukang lawak ya sekarang? Aku senyum terus karena aku bahagia,"

"Oh....alhamdulillah kalau gitu,"

Oke, setelah perbincangan konyol itu selesai Akhtar fokus menyetir. Dan Ayra terdiam sambil memandang pemandangan dari jendela.

Beberapa kali Ayra berdecak kagum dan bersyukur dalam hati. Atas apa yang diberikan nikmat oleh Allah SWT. Bukan sekali ini Ayra merasa sangat bersyukur hampir setiap hari ia merasakannya.

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang