2

745 144 17
                                    

Dua tahun yang lalu...

[Ludwig Maximilian University of Munich]

Pertemuan pertamaku dengan Jung Hae In, terjadi dikampusku di Jerman. Saat itu, adik tiriku Kim Hye Yoon berlibur ke Jerman dan menemuiku. Keduanya datang bersama, Hye Yoon memperkenalkan Hae In sebagai kekasihnya.

Tentu aku percaya.

Mereka terlihat seperti pasangan yang dimabuk cinta. Mereka bilang, dua bulan lagi akan diadakan acara pertunangan di Seoul. Tapi aku mengatakan, bahwa aku mungkin tidak akan bisa datang karena kesibukanku di Jerman.

"Jisoo -eonni kumohon luangkan waktumu untuk acara bahagiaku!" Permohonannya tidak kuhiraukan, aku lebih memilih membaca bukuku ketimbang menyambut kedatangan mereka dihadapanku.

"Sepertinya, kakakmu tidak menyukai acara kita?" Tebakan Hae In saat itu sangat benar. Aku bukan hanya tidak menyukainya, tapi aku tidak ingin terlibat masalah apapun lagi dengan rubah kecil ini.

Angin musim panas menerpa tubuh kami, bahkan pohon rindang yang menjadi naungan pertemuan kami, menimbulkan suara dari dahan dan dedaunanya yang bergerak karena angin.

Aku membenarkan rambutku yang sedikit berantakan, karena angin yang menerpa.

"Kalau begitu, sebagai gantinya. Kau harus hadir diacara pertunanganku, dan aku akan meminta ayah menyerahkan apartemen milik ibumu" Tawaran yang Hye Yoon lontarkan, membuatku mendongak memperhatikannya.

"Apartemen Galleria Foret, kau bisa memilikinya!"

Aku memperhatikan Hae In, yang berusaha memahami pembicaraan diantara kami. "Bagaimana?"

"Kenapa kau selalu memaksa?!"

"Aku tidak akan memaksa, jika kau mau pulang sehari saja. Kau tahu, ayah sangat merindukanmu" Jelasnya, yang membuatku terdiam.

Kukemasi beberapa bukuku dan memasukannya kedalam totebag yang kubawa. Aku beranjak dari kursi taman kampus, seraya membersihkan debu-debu halus yang tidak terlihat di celanaku.

"Galleria Foret, setelah acara pertunangan kalian selesai. Aku ingin kunci apartemen itu, berada di tanganku!"

"Call!"

.....

[Couch Club]

"Gute Nacht Jisoo Kim!" Aku tersenyum, kearah teman sekampusku Cha Eun Wo.

Pria dengan pesona senyumnya yang indah itu, adalah pria keturunan Korea. Itu artinya, aku dan dia tidak ada bedanya. "Logat bahasa Jermanmu menggelikan Eun Wo -ah" Kataku sembari duduk disampingnya.

"Aku sudah lebih lama tinggal disini, dan sudah banyak kosa-kata yang kupelajari. Tapi kau masih meremehkan kemampuanku" Selorohnya.

"Berhenti membahasnya, kalau begitu pesankan aku minum dengan bahasa Jerman!" Pintaku sedikit menantang.

"Baiklah, tunggu!"

Eun Wo memanggil pelayan dari balik meja bar dihadapan kami. "Kannst du ihm bitte einen süßen Cocktail machen?" (Bisakah kau membuatkannya satu gelas koktail yang manis?)

Kutatap pria itu dengan sebuah tatapan pujian. Ketika pelayan itu meninggalkan kami, aku bersuara "Mengesankan!" Pujiku.

Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipi kanannya, dan kemudian berkata. "Aku sudah bisa menebaknya, karena hampir semua wanita terkesan dengan caraku berbicara" Bangganya memuji diri sendiri.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang