Prolog

4 1 0
                                    

Kedua tangannya mengepal, menatap sepasang suami istri yang tengah duduk dihadapannya. Menghela nafas dengan pelan guna menetralisir perasaan ingin meledak yang ada di otaknya, kedua matanya menatap sang kakak yang terlihat dilema

"Kakak kalau tidak mau, kakak bisa tolak keinginan mereka." Ujarnya tenang

Sang kakak menatapnya dengan gundah. "Tapi ini berhubungan dengan kematian orang tua kita, Sha. Dengan kakak menikah, mereka bisa bantu kita mencari pembunuh itu." Ujarnya

Ia menipiskan bibirnya, dilema juga melanda hatinya tapi ia juga tidak bisa mengorbankan kebahagiaan sang kakak untuk menikah dengan orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Apalagi prinsip mereka sama, yaitu menikah sekali seumur hidup

Tapi ia juga tidak mau menggantikan kakaknya

"Kami tidak memaksa kalian Harsha, Hesa. Tapi jika kalian mau mencaritahu lebih lanjut mengenai dalang dibalik pembunuhan orang tua kalian. Maka kami siap membantu hanya saja syarat kami itu salah satu dari kalian harus menikah dengan anak kami."

Harsha, selaku sang adik memilih diam. Terserah, apa yang akan dipilih kakaknya. Ia tidak akan memaksa atau ikut andil didalamnya

Hesa menatap sang adik lama, lalu menundukkan kepalanya sembari menghela nafas berat. "Baiklah, sebagai kakak aku yang akan menikah dengan anak kalian dan kalian harus berjanji untuk mencaritahu siapa dalang dibalik pembunuhan orang tua kami. Bagaimana paman Jordan?"

Jordan tersenyum tipis. "Sesuai janji, Hesa. Tapi tolong jangan katakan apapun mengenai hal ini pada anakku nanti, karena ia tidak mengetahui apapun mengenai hal ini."

Hesa menganggukkan kepalanya. "Baiklah."

Harsha berdiri, menatap mereka dengan datar. "Sudahkan? Kalian bisa pulang." Ujarnya membuat Hesa melototkan matanya

"Itu tidak sopan Harsha." Gumamnya

Harsha hanya meliriknya. "Kita hari ini ada janji kakak dan ini sudah telat." Balasnya

Jordan hanya tersenyum tipis, sadar bahwa kedatangannya tidak disambut baik oleh si putri bungsu. "Tidak apa-apa Hesa, dan yah kami pamit."

***

Harsha menatap sang kakak yang telah fokus pada layar komputernya. Matanya berkali-kali melirik pada jam tangan yang dipakainya sembari mengumpat dalam hati

Sial! Mereka terlambat!

Beberapa rekannya telah tiba, beberapa nampak terluka dan yang paling membuatnya khawatir ada satu yang belum kembali

"Apa kakak masih belum menemukan titik koordinatnya?" Tanya Harsha

Hesa menggelengkan kepalanya, bingung. Apa GPS yang dipasang di baju itu hilang atau rusak?

"Maafkan kami Harsha, karena kami tidak bisa menjaganya."

Harsha menggelengkan kepalanya. "Tidak, jangan bicara seperti itu. Tugas kali ini seharusnya menjadi tanggung jawabku, jadi ini tanggung jawabku dan tidak ada yang perlu disalahkan. Kalian bisa istirahat sekarang." Ujarnya

Harsha menipiskan bibirnya kala merasakan getaran di handphone miliknya

"Ada apa dokter?"

"Temanmu disini, dia sekarang koma."

Undercover WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang