Sekujur tubuh Jiya terasa tersulut oleh rasa sakit khas inferno. Darah seolah berlari dan berkejar-kejaran di dalam daksa hingga kenya tersebut bisa merasakan bagaimana tubuhnya tengah berada dalam situasi yang tidak baik. Likuid asin dari pori-pori daksa bercucuran sedikit. Lantaran hal tersebut, Jiya hanya kapabel untuk menyelimuti daksa di atas tilam. Jiya tidak ingat mengenai kapan terakhir kali ia sakit. Sehingga, jika imun tubuh Jiya tengah turun, perempuan tersebut mendadak seperti tengah siap-siap dijemput malaikat pencabut nyawa.
Satu hal yang kapabel Jiya lihat saat netranya terbuka adalah Jungkook. Jiya memincing, melirik sedikit pada pria bedegap yang tengah tersenyum tolol—meskipun nampak menawan. Sejemang kemudian, Jiya menguarkan napas kasar demi mengurangi kapasitas beban yang memenuhi rongga dada dan serebrumnya.
“Aku akui, kamu ahli dalam menculik, Jungkook,” ujar Jiya.
Jiya ingat sekali saat ia punya karsa untuk tidur setelah diantarkan pulang oleh Jimin, Jiya masih berada di kamarnya sendiri. Namun, detik ini, yang kapabel Jiya lihat adalah ruangan khas Jungkook—dengan dominansi raksi tubuh Jungkook.
Jungkook menculik Jiya? Sudah biasa. Sumpah. He's sick, indeed.
Tak aneh saat Jungkook mengantarkan Jiya menuju rumah Ryuha yang berada di hutan, Jiya curiga kalau Jungkook mau menculik Jiya. Jungkook itu punya kebiasaan buruk. Jiya juga masih tidak mengerti kenapa Jungkook punya hobi eksentrik, mencuri atau menculikㅡsecara harfiah hanya menculik Jiya atau Ryuha terkadang.
Jungkook mengangguk. “Ya. Itu keahlianku.”
Kalau tidak ingat bagaimana daksanya tengah digerogoti rasa sakit karena malfungsi alami, Jiya tak segan untuk membalun pria di depannya. Memang menculik yang Jungkook maksudkan tidak betul-betul masuk dalam kategori kriminal, namun pada dasarnya Jiya tidak menyukai tindakan tolol Jungkook. Ini yang menjadi alasan Jiya menjadikan Jungkook sebagai sumber ketakutannya. Terkadang tindakannya di luar limit kewarasan.
“Sekarang apa latar belakangnya?”
Perlahan-lahan Jiya beringsut bangun. Napasnya nampak tidak betul-betul stabil. Jemalanya diserang oleh denyutan-denyutan eksentrik. Pusing sekali. Kalau bukan karena anak haram yang diinvestasikan oleh Taehyung, pasti Jiya tidak akan diserang oleh rasa sakit seperti ini. Sumpah, mendadak Jiya tidak punya tenaga, padahal sebelumnya biasa-biasa saja sebab ditahan-tahan untuk intensi berlakon.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]
Romance[ 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝. ] Ketika netra saling bersitatap kembali, varietas perasaan eksentrik sontak bersarang dalam serebrum dan sanubari. Turbulensi saraf menyerang, katastrofe melanda. Dalam rengkuhan relasi absurd itu, Jung Taehyung dan Kim Jiya m...