🎵🎵Kesepian-Vierra🎵🎵
"Baik, materi bapak sampai sini dulu. Ada yang ingin bertanya?" tanya Earth di akhir pelajarannya. Ia mengedarkan pandangannya untuk melihat, adakah anak muridnya yang ingin bertanya.
"Baik, seperti biasanya tidak ada yang bertanya. Kalau gitu kelas bapak akhiri." Earth berdiri di depan tengah kelas sambil memegangi beberapa buku ajarnya.
"Siap. Berdiri. Beri salam." Chimon, selaku ketua kelas memberi aba-aba pada temannya.
"Terima kasih, pak." Sekelas pun serentak mengucapkan terima kasih pada Earth. Setelah itu Earth berjalan meninggalkan kelas.
Pelajaran pertama dan kedua sudah berakhir. Saatnya masuk ke pelajaran ketiga dengan pergantian guru. Sambil menunggu guru datang, para murid menjadi tidak teratur, ada yang bermain, tidur, makan, rusuh, dana ada juga yang sedang galau.
Layaknya Ohm saat ini. Perasaannya begitu campur aduk. Sedari tadi ia tak mendengarkan penjelasan Earth. Pikirannya melayang jauh memikirkan keadaan Nanon.
Ia mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan yang ia kirimkan dari Nanon. Bisa dilihat bahwa Nanon sudah membaca pesannya, tapi tak kunjung memebalasnya. Ohm menghela napasnya berat lalu mengetikkan pesan untuk sahabatnya itu.
Setelah itu ia menutup kembali ponselnya dan menidurkan kepalanya pada meja. Ia tidak bersemangat kali ini. Padahal biasanya jika jam kosong seperti ini, ia akan bermain atau tidak ke kantin untuk menghabiskan waktunya.Tak lama, Chimon datang dengan wajah penuh semangat. Chimon baru saja kembali dari ruang guru untuk memanggil Pak Singto, selaku guru sejarah, yang akan mengajar di kelas XII IPS 2 berikutnya.
"Guys, gue punya kabar gembira untuk kita semua," teriak Chimon agar teman-temannya dapat mendengarkannya.
"Pasti kulit manggis kini ada ekstraknya," jawab Boun asal. Sepenjuru kelas kini menertawakan lelucon klasik Boun.
"Jangan sampai gue cuci otak lo ya, Boun. Rese banget si jadi orang," ujar Chimon kesal sambil menatap sinis Boun. Yang ditatap hanya cengir tak berdosa.
"Jadi apa, mon, kabar gembiranya? Chimon dilamar kak Pluem?" Kini Win yang menggoda Chimon.
"Ja-jangan gitu dong, Awin. Kalau itu Chimon belom siap." Pipi Chimon berubah menjadi merah seketika. Lagi, teman-temannya kini menertawakan Chimon dengan pipi merahnya.
"Udah sih, buru apa kabar gembiranya." Kalimat tak mengenakkan itu keluar dari mulut Ohm dengan wajah malas darinya. Tak biasanya Ohm mengeluarkan kalimat tak enak seperti itu pada teman sekelasnya. Wajahnya pun terlihat kesal. Membuat seisi kelas menjadi canggung.
"Lo kalo punya masalah tuh jangan bawa-bawa sampai sini bisa kali. Kita tau lo cemas sama Nanon, tapi jangan bikin kelas jadi canggung juga." Fiat, pria yang duduk dipaling belakang itu, mengeraskan suaranya berbicara pada Ohm.
KAMU SEDANG MEMBACA
[OhmNanon]•FRIENDZONE
FanfictionNanon dan Ohm, persahabatan yang mereka bangun, harus runtuh ketika sebuah rasa bernama cinta hinggap dalam hubungan persahabatan mereka. Akankah mereka tetap menjadi sahabat? Saling mengutarakan perasaan mereka? Atau berpisah? Top Rank 🎖 #1 : thai...