Anchor 1

227 36 6
                                    

Tidak pernah sekalipun terpikir oleh seorang Nattawat Finkler, atau lebih dikenal dengan khalayak luas dengan nama Patrick untuk menginjakan kaki di negeri panda. Bukan hanya karena kendala bahasa, dirinya sendiri lelah terus berpindah tempat kurang dari satu tahun. Besar keinginan untuk menolak dan menetap di Bangkok, tetapi mengingat kesempatan langka tidak akan datang dua kali, pemuda berusia 17  di tahun 2021 itu menerima tawaran ajang pencarian bakat di negeri asing.

Rasanya baru kemarin Patrick mengambil keputusan setelah berdiskusi dengan keluarga dan memutuskan kontrak dengan agensi aktor ternama yang telah membesarkan namanya lewat sebuah series global 'The Gifted : Graduation'. Kini, sudah hari ke 13, satu hari lagi sebelum ia menyelesaikan karantina dengan rekan seperjuangan, Nine dan memulai proses pengambilan gambar untuk episode pertama.

"Terima kasih laoshi, aku akan mengingat dan belajar lebih giat untuk memenangkan ajang ini." Patrick tersenyum dan melambaikan tangan, mengucapkan selamat tinggal pada guru bahasa mandarin sebelum memutuskan koneksi layanan video call.

Saat ia sedang merapihkan meja, sebuah kotak makan dengan wadah hitam dan tutup transparan ditaruh di atas meja. "Tadi phi lihat sudah ada makan malam di bangku luar, jadi phi membawakan untuk kamu sekalian nong." Senyum manis menghiasi wajah Nine, kakak laki-laki dan teman satu perjuangan dalam ajang pencarian bakat ini.

"Makasih phi, maaf tadi aku meminta kelas tambahan dari laoshi." Menghirup wangi sedap dari makan malam yang disediakan, Patrick membuka tutup kotak makan dan langsung melahap nasi dengan berbagai lauk khas Hainan, tempat dimana mereka berada.

Nine tertawa kecil melihat tingkah Patrick, seperti seorang yang tidak mendapatkan makan 1 minggu. "Jangan makan terlalu cepat, nanti kamu tersedak." dengan cepat, Nine membuka salah satu botol air mineral dan memberikan pada Patrick untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Mengangguk sebagai tanda terima kasih, ia menelan makanan di dalam mulut dan membersihkan dengan air mineral. "Jangan makan terlalu banyak juga, nanti kamu diminta diet di dalam kamp." Peringatan Nine kali ini hampir membuat Patrick benar-benar tersedak.

"Phi, sebenarnya kau tidak terlalu gemuk sampai perlu melakukan diet sampai sekarang. Tapi harus kuakui, phi sangat hebat bisa menahan diri di depan makanan selezat ini."

Nine hanya mendengus kesal. Jika Patrick bukanlah satu-satunya teman satu negara dalam ajang pencarian bakat ini, ingin rasanya ia menendang pemuda itu keluar dari kamar karena selalu menggoda dan mencoba untuk menghentikan dirinya melanjutkan program penurunan berat badan yang telah diatur oleh agensi mereka.

"Jika mereka tidak memintaku, phi tidak akan pernah melakukan diet." Berlatih bersama 3 bulan sebelum kepergian ke negeri panda, Patrick tahu betul pengorbanan Nine.

Bukan hanya Nine, mereka berdua melakukan pengorbanan begitu banyak untuk mencapai titik ini dan besok, di depan para mentor, teman sesama dari berbagai negara dan staff, mereka akan memberikan 101 persen untuk penampilan perdana mereka.

Suara panggilan khas dari produk Amerika dengan logo buah memecahkan keheningan di antara mereka. Nine mengambil iphone miliknya dan sebuah senyum kasmaran terukir di wajah manisnya. "Kamu lanjutkan makan saja, phi akan mengangkat ini dulu." Memperlihatkan sebuah nama 'J❤️' di layar ponsel.

Belum sempat Patrick memberikan respon, Nine sudah pergi dan menutup pintu kamar mandi, memberikan waktu untuk untuk bercengkrama dengan orang terkasih secara virtual sebelum menyerahkan semua alat komunikasi dan tidak bisa menghubungi teman dan keluarga selama 3 bulan ke depan. Suara tawa diiringi oleh isak tangis terdengar samar-samar dari dalam kamar kecil, sudah pasti pasangan kekasih itu sedang mengucapkan selamat tinggal.

AnchorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang