part four

476 55 4
                                    

Author pov

Wonwoo menyiram bunga-bunga di kebun dengan teliti- ia melakukan itu karena bibi sedang ada keperluan di luar sebentar  jadi ia menawarkan diri untuk menyiram tanaman kepada bibi. Tadinya ia tidak diperbolehkan karena tangannya yang masih luka tapi Wonwoo tetap memaksa dengan berkata ia akan tetap membantunya.

Mengingat tentang tangannya, ia jadi teringat tentang semalam. Apakah sebenci itu Mingyu padanya? Wonwoo tersenyum miris.

Tangan Wonwoo masi terasa sakit. Semalam ia memakai perbannya sendiri namun tiba-tiba saja Jeonghan datang- wajahnya terlihat sangat kaget saat melihat kondisi tangan Wonwoo yang sebelumnya membaik jadi mengeluarkan darah lagi. Ia membantu Wonwoo memakaikan nya. Saat ditanya siapa yang membuat tangannya seperti ini- Wonwoo menjawab itu karena kecerobohannya sendiri dan ia bersyukur karena Jeonghan tidak mencurigai omongannya.

"Biarkan aku yang menyiram tanaman," Wonwoo terkaget saat mendengar suara dari samping kanannya. Ia masih terdiam sampai Mingyu merebut alat siram yang digunakannya dengan kasar.

"Tak apa Mingyu-ssi biar aku saja!" Ucapan Wonwoo yang diabaikan Mingyu membuat pria ceroboh itu menghela nafas- sabar menghadapi perilaku pria sombong itu.

"Kau cukup diam," Ucap Mingyu tetap memasang wajah datarnya sambil menyiram seluruh tanaman dengan satu tangannya.

Aku tak pernah melihatnya tersenyum.

"Mingyu-ssi"

Wonwoo menatap pria itu yang masih sibuk mengurusi tanaman di depannya.
Dengan ragu ia berkata,

"Banyaklah tersenyum," Ucap Wonwoo dengan senyum lebar yang terpatri di wajahnya. Ia tahu Mingyu tidak bisa melihat senyuman di mimiknya tapi Wonwoo tahu ia bisa merasakannya.

Mingyu terdiam sebentar sampai ia mengucapkan sesuatu yang membuat Wonwoo sakit hati,

"Tak usah mengaturku," Ucap pria itu yang lalu pergi menggunakan tongkatnya menuju ke dalam rumah.

Wonwoo hanya bisa tersenyum miris.

                    *************

Hari ini Wonwoo berencana pergi bersama dengan teman-temannya yaitu jihoon, jun, dan Hoshi. Mereka akan pergi ke bioskop untuk menonton namun sebelumnya Wonwoo izin kepada Jeonghan untuk pergi kesana- untungnya ia diizinkan tapi tak boleh lewat sampai pukul 7 malam.

Mereka membeli tiket lalu masuk ke studio dan duduk di bangku yang sudah sediakan.

Selesai menonton Wonwoo dan ketiga temannya pergi ke tempat makan lalu membicarakan banyak hal disana.

"Bagaimana?" Ucap Hoshi kepada Wonwoo yang lalu mengeluarkan senyum jahilnya,

"Apakah dia tampan?" Lanjutnya diiringi dengan tawa Jihoon dan Jun.

"Yah seperti itulah, wajahnya tampan tapi sayang sifatnya memuakkan," Ucap Wonwoo dengan nada gerutuan di mulutnya.

"HAHHAHAHAH kasiannya kawanku ini," Ucap Jun merangkul leher Wonwoo kencang.

"Yak sakit," Ucap Wonwoo menepuk kencang tangan Jun yang melingkar di lehernya- seperti mencekek.

"Tapi setidaknya kau dapat tempat yang nyaman tidak seperti apartemen lamamu yang seperti kandang babi karena tak terurus," Ucap Jihoon dengan delikan geli dan mulutnya yang sesekali menyeruput kopi susu.

"Sialan," Ucap Wonwoo. Ia bisa mengingat kembali apartemen nya yang selalu bocor karena air hujan dan juga hutang yang menumpuk karena ia tak bisa membayarnya, tapi akhirnya hutang itu lunas dari hasil kerja sambilan dan jerih payahnya. Karena sudah tak kuat tinggal disana- Wonwoo memutuskan untuk keluar dan pindah ke rumah Jihoon untuk sementara waktu sampai akhirnya sekarang ia sudah menemukan pekerjaan dan tinggal disana.
Menyedihkan sekali dirinya.

oceane; meanie•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang