1. unknown number

24 4 0
                                    

"Apa yang membuatmu telat kali ini, Huang Renjun?"

Pria mungil bernama Renjun tersebut menunduk dan tak bergeming. Pasalnya, dirinya datang terlambat saat Jeno memanggilnya, dihari yang spesial kali ini, menurutnya.

Jeno meneguk wine -nya, "Kau tahu hari ini hari apa, kan?"

Renjun tetap diam.

"Hari ini adalah hari perayaan hubungan kita yang ke 7 bulan. Kau ingat?", Jeno membenarkan dasinya, lalu mendekatkan diri kepada pria mungil itu. "Dan selama 7 kali juga kau selalu datang terlambat saat seperti ini"

"Jen, aku--"

"Aku selalu mengharapkan kau datang tepat waktu, karena aku tidak suka orang yang lalai. Aku mentolerir jika kau telat maksimal 10 menit, tapi kau telat lebih dari dua jam dan aku masih menunggumu." ucapnya memotong kalimat Renjun.

"Maaf... a-aku terjebak macet tadi..."

Alis sang dominan terangkat sebelah. "Mana ada lalu lintas yang padat saat jam 12 malam?"

Renjun bergetar, tangannya saling meremas satu sama lain. Jantungnya berdegup kencang, memikirkan alasan yang masuk akal kepada Jeno atas kesalahannya.

"Lebih baik kau jujur, Renjun-ah"

"A-aku ...."

"Kau bersama Lucas kan?" ucap Jeno sambil memotong daging steak -nya

Renjun menolehkan pandangannya ke arah Jeno, "B-bagaimana kau tahu?"

"Yah... Sangat mudah untuk mencari tahu"

Jeno beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah belakang kursi, lalu mengeluarkan sesuatu yang dibalut oleh kertas kado

"Jeno, apa ini?"

"Hadiah mensiversarry kita dariku untukmu. Kuharap kau menjaganya dengan baik." Jeno tersenyum.

Renjun tampak antusias saat memegang kotak berwarna coklat itu. Tak ingin membuang waktu Renjun membuka kotak tersebut.

"Cincin? Astaga, ini cantik!" pekiknya senang.

"Bagaimana? Kau suka?"

"Sangat suka! Terimakasih, Jeno" tubuhnya menghampiri kekasihnya lalu memeluknya dengan kasih sayang.

Tak ragu Jeno membalas pelukan tulus tersebut, "Sama-sama, sayang."

•••

"Hufff, melelahkan."

Sekarang pukul 3 dini hari. Jeno baru saja menyelesaikan mandinya saat setelah 30 menit lalu kembali ke villa nya.

Jeno menatap wajahnya di kaca, memperlihatkan bibir merahnya terlihat sedikit bengkak. Diam-diam Jeno tersenyum, saat mengingat dirinya bercumbu dengan Renjun dua jam yang lalu. Tapi sayang, mereka tidak lanjut ke tahap inti.

Tubuhnya tersentak saat mendapat notifikasi dari ponselnya. Segera Jeno memencet sesuatu yang membuatnya terganggu.

unknown number
jauhi pemuda huang tersebut sebelum terlambat

Jeno mencebik kesal. Bedebah mana yang mengirim pesan jam 3 dini hari untuk menyuruh ku menjauhi kekasihku sendiri.

Jeno tidak memperdulikannya. Ia segera melepas bathrobe kemudian memakai celana pendek dan kaos oblongnya, setelah itu ia jatuhkan tubuhnya diatas kasur berukuran besar miliknya.

PenthouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang