•
•🌼•
•janji tiga tahun lalu bagai tato yang tercetak rapi dan permanen pada pergelangan tangan. tak pernah terlupa barang sedetik. di setiap tetes keringatnya yang mengucur, di saat itu pulalah relungnya mengingatkan untuk menepati janji sederhana tersebut.
bangchan katakan separuh hidupnya sebagai trainee benar-benar melelahkan. namun demi mimpinya itu, ia kesampingkan segala ego. termasuk mengorbankan waktu untuk kedua orang tuanya dan changbin. seo changbin. obat penatnya, motivasi lain hidupnya selain ayah dan ibu di australia sana.
malam itu, setelah pengumuman penting perkara debutnya sebagai penyanyi idola, bangchan segera memberitahu pada changbin melalui telepon seluler. sembari berdiri di ambang pintu unit apartemen milik kekasihnya tersebut, mendengarkan bunyi madu yang keluar dari bibir si aru.
"makasih karena kamu mau nungguin kakak. thank you for not leaving me behind."
seharusnya malam itu ia tidak diperkenankan pergi kemanapun selain berlatih demi persiapan debutnya yang akan terjadi dalam waktu dua bulan. namun setelah memohon dengan begitu tunduk, ia diberi waktu hanya satu jam untuk melepas rindu pada sang kasih. setidaknya, pelukan yang dijanjikan tiga tahun kebelakang dapat ditepati.
"aku juga makasih karena kakak nepatin janji. you are the best man i have ever met."
biarkan nanti satu jamnya ia buang dengan merengkuh tubuh itu erat-erat. bangchan mengulum senyum, tersipu pada amor yang barangkali tengah memperhatikan pipinya memerah merona.
"i hope i'm the one and only the best man you ever meet." isak lembut tadi kini diganti dengan kekehan geli.
"you are."
entah sudah berapa lama ia berdiri di ambang pintu yang masih tertutup rapat. barangkali sisa satu jamnya tak akan lama lagi, namun bangchan ingin kembali egois pada waktu yang ia miliki.
"bin, bisa tolong bukain pintu. tadi aku ngirim paket, mungkin udah dateng. coba liat ke luar."
gumaman bingung ia dapatkan dari sosok seberang sana, terbayang bagaimana lugunya raut changbin saat ini. "kakak ngirim apa?"
"liat aja dulu, kalo aku kasih tau nanti kamu nggak jadi kaget."
bangchan tidak bisa lihat tetapi changbin meresponnya dengan anggukan pelan sembari membawa tubuh yang tadinya meringkuk di atas sofa itu bangkit menuju pintu depan sesuai permintaan kasihnya.
"kamu nggak kirim tikus mati ke aku kan, kak?"
ya tuhan, "gosh, am i that creepy?" gelak renyah menggelitik rungunya.
"hehehe, in case. kamu kan kadang suka iseng."
ceklek!
berbarengan dengan kalimat yang barusan mengudara bebas itu, pintu yang sebelumnya tertutup rapat itu pun terbuka. bangchan sesungguhnya tidak perlu menunggu sebab ia mengetahui password apartemen changbin. tetapi ia tetap memilih cara tersebut karena sungguh, binar jelaga yang masih terdapat sisa air mata itu terlihat begitu indah kala bersitemu dengan miliknya. tentang bagaimana delima mungil kepunyaan leo terbuka menggambarkan perasaan terkejut sekaligus bahagia. cantik. changbin itu cantik dan bangchan tidak pernah berhenti bersyukur terhadap si pemilik cakrawala karena makhluk indahnya itu adalah miliknya.
"hai." sapaannya terdengar konyol. berharap gelak tawa ringan tadi menyambut hadirnya. telepon yang masih tersambung pun ia matikan dengan perhatian tidak pernah lepas satu sekon pun. "kakak boleh peluk kamu nggak?"
"ish!" delima mungil tadi melengkung ke bawah guna menghalau tangis yang ingin kembali menyita kata nya. kedua tangannya lantas terbuka untuk menyambut tubuh yang lebih tua, mendekapnya erat seolah hari esok tidak akan pernah datang.
"kenapa gak bilang mau dateng? aku belum mandi tau," omelan changbin diselipi nada getar, menahan isak tangisnya untuk meledak. akan sangat memalukan jika dirinya menderu di hadapan bangchan sekarang.
"it's okay. kakak juga gak bisa lama-lama."
mendengar itu changbin melepas dekapan mereka, namun tidak menjauhkan jarak. "kakak nggak kabur kan?"
kini gantian bibirnya yang meloloskan tawa lembut, "enggak sayang. tapi kakak gak bisa lama-lama."
changbin menggeleng maklum dengan kembali melingkarkan kedua lengannya pada leher bangchan. persetan dengan bau badan jika hal tersebut dapat menghalangi lepas rindunya. laki-laki pemilik rasi bintang tula itu pun makin mengeratkan lengannya pada pinggang si leo.
untuk beberapa menit ke depan, detik jarum jam tak bahkan berani menginterupsi sepasang adam itu bertukar afeksi. setiap benda mati berbisik dalam bisu tentang betapa mereka itu akan cinta kasih dari sepasang makhluk hidup tersebut.
"bin, can i kiss you?"
kali kedua dekapan itu terlepas, changbin menengadah demi memandang jelaga milik bangchan sekali lagi malam itu. "tapi aku beneran belum mandi dan udah gak keramas tiga hari. itu tmi, tapi is that okay? aku juga habis nangis dan pasti sekarang muka ku jelek banget, i mean aku malu."
pernahkah bangchan mengatakan dengan keras bahwa changbin sungguh menggemaskan?
yang lebih tua meringis, sebab tidak ingin meledakkan tawa mendengar perkataan changbin. kedua tangannya naik untuk menangkup wajah tersebut, jarak yang tidak pernah menjauh kembali ia paksa untuk menjadi lebih dekat hingga hidung mereka bersentuhan.
senyum tidak pernah lepas dari raut tenangnya, lantas pada satu detik pertama ia mengecup delima itu ringan.
"no."
kemudian detik lainnya, ciuman kedua diambil kali ini sedikit lebih lama. tanpa tuntutan, namun penuh kasih sayang. tanpa gairah, namun begitu lembut dan tulus. itu adalah cara sederhananya untuk mengungkap segala gulana tanpa kata.
"you are beautiful just the way you are. and you are beautiful because you are seo changbin."
kata perpisahan yang manis untuk satu jam tak genap malam itu.
•
•🌼•
•Pliss kenapa pada suudzon ini bakal sad ending sihh 😭😭😭 aku bilang mirip jamais vu tuh konsepnya doang, yang mana sama-sama pendek bukan genre nya 😭😭😭😭
tapi adalah dikit-dikit bumbu angst nyaa :(((and I'm so sorry kalo ada error grammars, males ngoreksi wkwkwk. enjoy 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
cause i like you - bangchan x changbin [✓]
Fanfiction"you're the only reason why i really love you. when i see you smile i just can't get enough and i can't live without you." bangchan x changbin short story! only sub changbin 💙 light angst, fluff, bxb, open ending written in lowercase