enam

1 0 0
                                    


Saat ini, hanya ada aya dan jevan di ruangan ini. 15 menit setelah radit dan arka menuju ke ruang check-up, jevan dan eza datang membawa sekantongan bubur. Jevan menyuruh Caesar untuk pergi menyusul radit, takutnya jika ada hal yang tidak bisa radit handle dengan sendirinya. Namun eza juga tidak tinggal begitu lama. Ia hanya meletakkan kantongan berisi bubur, mengaturnya dimeja, dan langsung keluar. Entah kemana.

Jam didinding sudah menunjukkan pukul 9.35 namun belum ada tanda-tanda kalau arka, Caesar, radit, bahkan anna akan kembali kesini. Dibandingkan dengan canggungnya dengan arka, aya justru merasa lebih canggung lagi dengan jevan. Tampangnya yang cukup 'ganas' membuat gadis itu sedari tadi hanya memainkan ponselnya dan membiarkan suara tv memenuhi ruangan yang sunyi ini.

"aya" aya mendongak begitu namanya disebut oleh jevan, "lo pacaran sama ojun udah lama?"

Gadis itu mengerutkan keningnya mendengar topik yang jevan bicarakan adalah sang kekasih. Tanpa bersuara, gadis itu hanya mengangguk mengiyakan. "sudah berapa lama?"

Aya pikir, pertanyaan jevan akan berhenti sampai situ saja, namun rupanya ia salah.

"udah jalan 2 tahun,"

"kalau temanan dengan anna sama temen lo yang satunya lagi sejak kapan?"

Jevan, cita-citalo jadi reporter apa gimana? Kok nanya mulu. Tenang, itu hanya aya ucapkan dalam hati. Mana berani ia bicara seperti itu.

"kalau anna sejak SMA, tapi kalau laras sejak jaman ospek. Kenapa, sih?"

Jevan menggeleng, "gak apa-apa. Cuma mau mastiin aja," jevan menjawab pertanyaan aya dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat terpotong tadi.

"mastiin apa?" kini gantian aya yang seperti reporter

"gak ada apa-apa, gak usah lo pikirin, Ya,"

***

Tepat disaat jam dinding yang berada dikamar inap itu menunjukkan pukul 10.15 pintu itu terbuka dan menampilkan sosok radit, Caesar, dan tentunya arka. "hello everybody~"

Suara Caesar yang awalnya cukup keras, perlahan mengecil begitu sadar bahwa aya kini sedang tertidur pulas di ranjang miliknya. Radit langsung memperbaiki posisi tiang infus milik arka dan segera mendaratkan bokongnya tepat disamping jevan yang tengah bermain game.

"wih, bubur buat siapa, nih?" berbeda dengan radit yang langsung duduk di sofa, Caesar justru lebih tertarik dengan keberadaan bubur yang ada diatas meja

"tadi waktu dijalan gue beli, kirain lo semua belum sarapan," itu eza, yang baru keluar dari kamar mandi.

"ya sudah, gue makan ya, bang," tanpa menunggu jawaban dari eza, Caesar langsung mengambil sendok lalu mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

Radit sedikit mengintip untuk melihat keberadaan bubur yang dimakan oleh adiknya saat ini, "itu bubur mba sari? Tumben pake syrofoam,"

Radit menyebutkan satu nama penjual bubur yang sudah menjadi langganan mereka tiap kali ke bandung. Dan karena arka dirawat disini, maka mereka pun hampir tiap hari membeli bubur itu.

Sedangkan eza yang menjadi objek pertanyaan radit hanya mengangkat bahu, "ya amsa perkara Styrofoam gue tanyain juga? Udah syukur gue beliin,"

"ya santai, dong. Kan gue cuma nanya,"

Jevan yang berada diantara mereka hanya menghela nafas berat mendengar pertikaian eza dan radit. Sudah menjadi rahasia umum kalau mereka berdua sering terlibat adu mulut. "lo berdua diem napa. Tuh si aya lagi tidur juga,"

unfinished; jaemin [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang