2. Entering the vacuum

1.1K 202 81
                                    

TIBALAH hari keberangkatan Renjun. Sebuah droid bola rancangan dari Jay menjadi pendampingnya seperti biasa, selama melaksanakan misi. Pesawat sedang di persiapkan di pangkalan. Mulai dari persediaan oksigen, bahan bakar hingga stabilisasi mesin penggerak sudah dilakukan oleh para mekanik bawahan Renjun.

Saat ini ia tengah berada di dek yang mengarah pada pangkalan parkiran beberapa pesawat milik kota Lugia. Kedua siku disenderkan pada teralis dek, sedikit mencondong ke depan menyerahkan semua beban tubuh disana. Mulutnya terus bergerak ke kanan kiri sambil mengerucut.

Biasanya, ilmuwan itu melakukan gerak-gerik seperti itu ketika sedang berpikir. Ia berpikir dan penasaran tentang apa yang ada di planet scarlet. Tak satu pun rasa takut dan cemas ia rasakan sebelum keberangkatan. Sifatnya yang rela berkorban banyak demi kemajuan kota Lugia, lebih dijunjung tinggi daripada memikirkan keselamatan diri sendiri.

Renjun memiliki jiwa seorang prajurit sejati, sama seperti Soobin dan Jay. Mereka tumbuh besar bertiga sejak Lugia masih belum setentram sekarang ini. Hanya saja, diantara ketiganya, Soobin lebih memiliki hati nurani daripada dua sahabatnya yang lain, yang tidak bisa bersikap baik jika menyangkut perasaan orang lain.

"Kau bingung ya?"

Jay yang baru saja datang dari lab, mengambil tempat di samping kekasihnya, memasang pose sama lalu merangkul Renjun untuk menyaksikan persiapan pesawatnya.

"Tidak sama sekali. Aku hanya penasaran, jika aku sampai disana, kira-kira apa yang akan menyambutku." Renjun tersenyum penuh arti, tak sabar meninggalkan Lugia.

"Jangan sampai lepaskan A.C.E.S.mu ketika di pesawat dan tetap pakai E.M.U.mu ketika sudah sampai di planet itu. Aku tidak mau kau mengalami ebullism."

Kalimat Jay yang baru saja ia ucapkan malah membuat Renjun tertawa terbahak. Ia melepaskan rangkulan Jay dan memandanganya sambil menggeleng tak percaya.

"Ayolah, memangnya siapa yang sering ke antariksa diantara kita berdua?"

"Kau," jawab Jay sambil memutar bola matanya malas.

Selanjutnya pria itu merasakan tangan Renjun sudah mengalung di lehernya, mempertemukan belah bibir yang saling melumat cukup lama. Tak tinggal diam, Jay memegang kedua pinggang ramping Renjun posesif, mengelusnya naik turun seiring pagutan bibir keduanya semakin intens.

 Tak tinggal diam, Jay memegang kedua pinggang ramping Renjun posesif, mengelusnya naik turun seiring pagutan bibir keduanya semakin intens

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeremy, spesies yang tidak diketahui dengan perawakan seperti manusia dengan gender laki-laki dan berwajah tampan, berusia kisaran 20 tahun sedang bosan seperti hari-hari yang sudah dilaluinya.

Tubuhnya yang berbaring di atas ranjang kamarnya. Kedua tangan ditekuk dan digunakan sebagai bantalan kepala, sedang menatap pada langit kemerah-merahan dari atap kamarnya yang transparan, terbuat dari kaca.

Sesaat kemudian, pintu besi bergeser menimbulkan suara yang tidak pelan. Jeremy langsung mendudukkan diri di atas ranjangnya. Pakaiannya yang hanya celana bawahan hitam dari bahan serat karbon ringan menjuntai ke lantai.

Skaargia ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang