“Toneri, kamu apa kabar?” Hinata mendudukan diri di sebelah Toneri yang masih betah memjamkan matanya, gadis itu menggenggam tangan besar Toneri lalu menempelkannya di dahi. “Kamu gak kangen aku apa? Aku kangen banget..” lirih Hinata. Gadis itu hanya bisa menahan sesak saat kembali ke rumah sakit, dia selalu datang dengan sejutan harapan dimana dia bisa langsung melihat Toneri membuka mata dan semuanya usai namun sepertinya takdirnya tidak akan semudah itu. Selalu saat Hinata datang, Toneri masih memejamkan matanya tanpa peduli seperti apa keadaan Hinata saat ini.Gadis itu kesepian dan sendirian, “Aku pulang dulu ya, kamu cepet bangun biar kita bisa ketemu lagi,”
Hinata menghabiskan waktunya di sana tidak sampai satu jam, gadis itu tidak tau alasan sebenarnya kenapa dia bisa begtu mudah bosan. Yang ada di kepalanya bahkan hanya pulang dan bertemu Naruto. Aneh bukan? Padahal Naruto bukan siapa-siapanya dan Toneri adalah kekasihnya lalu kenapa semuanya terasa lain? Apa yang salah dengan gadis itu.
Hinata memutuskan pulang, mungkin tidur akan memperbaiki moodnya yang sepertinya kacau lagi pula jam kerjanya sudah berakhir bukan. Hinata pulang menaiki bis seperti biasa.
Setibanya di rumah Hinata sudah di sambut oleh sosok Naruto yang duduk di ruan tamu sambil bermain ponsel, gadis cantik itu memilih untuk merebahkan diri di sofa dengan menjadikan paha Naruto sebagai bantalnya.
Awalnya agak canggung tapi Hinata memaksakan diri, Naruto terlihat kaget saat melihat tingkah aneh Hinata tapi beberapa saat kemudian dia mengulas senyum hangat. Pemuda itu membelai rambut Hinata dengan satu tangan sementara tangan lainnya sibuk bermain ponsel.
Entah kenapa belaian rambut yang di berikan Naruto begitu hangat, ketika tangan besar itu mencakup kepalanya Hinata merasa seperti seseorang tengah memeluk hatinya. Perasaan hangat itu menjalar ke seluruh tubuh dimana Hinata merasa aman dan nyaman. “Udah makan?” Hinata mendongak saat medengar apa yang Naruto tanyakan.
“Belum.” Jawab Hinata sekenanya.
“Gue udah masak tadi buat lo masih ada di meja, makan dulu sana.”
“Sayang udah makan?”
Naruto menggulirkan matanya kea rah Hinata meski harus menunduk Naruto bisa melihat jelas netra keperaan itu yang menatapnya penuh perhatian seperti bias. “Belum juga.”
Hinata bangun dari posisi tidurnya lalu menggenggam tangan Naruto, “Yok makan!”
“Gak mau by, gak laper.” Tolak Naruto sambil menggeleng.
“Ayo sayang aku gak mau makan sendiri,” rengek Hinata sambil menarik-narik tangan Naruto agar pemuda itu berdiri.
“Aku temenin aja ya by? Kamu makan sendiri..”
“Ngga mau, pokoknya kamu makan juga.”
“Aku gak laper sweety, kamu aja ya?” tawar Naruto saat mereka sudah berada di dapur.
“Gak mau pokoknya barengan.”
“By,”
“Sayang.."
Naruto hanya bisa menghela nafas, “Oke tapi habis itu kasih cium?” tawar Naruto sambil tersenyum manis.
Hinata mencebikkan bibirnya kesal, makan aja harus ada uang suapnya ya heran.
“Iya ayo makan pokoknya,”
“Cium sebelum tidur loh..”
“Iya ih bawel, buruan!!"
“Meluncur princess..”
***
Jika awalnya Hinata merasa risih dan juga tidak nyaman bersama Naruto namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya, Hinata suka berinteraksi bersama pemuda itu. Sosok Naruto yang terkadang dingin dan juga acuh membuatnya sangat penasaran dan ingin terus berada di sekitarnya. Naruto selalu sabar ketika Hinata mengujinya dengan berbagai pertanyaan menyebalkan dan memusingkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice | Namikaze Naruto ✔️
Fanfiction18+ Jangan mampir kalau masih merasa belum cukup umur! Disclaimer : Masashi Kishimoto Ide cerita : MhaRahma18 Cover by : Pinterest