Kini Pinkan harus rela berbagi minuman kesukaannya meski berkali-kali menolak untuk mengabulkan keinginannya entah mengapa hatinya selalu memberontak bahkan kini otak dan hatinya sudah tidak sejalan. "Kelumpuhan pita suara, batuk, sulit bernafas, sulit menelan, tak bisa berbicara." Wanita itu menggelengkan kepala untuk mengusir bayang-bayang kalimat yang ia baca kemarin terus memenuhi otaknya. "Dan obat bagi ku." Seseorang yang mengucapkan kalimat itu juga muncul di pikirannya. Mengingat kalimat itu membuat wanita ini membuka kulkas mengambil buah jeruk yang terlihat sangat segar itu.
"Baiklah jika ini memang obat mu." ucapnya pada jeruk lemon di telapak tangan kanannya.
Ada 5 buah jeruk lemon yang dikeluarkan dan mulai memotongnya memeras ke dalam teko teh yang sudah ia siapkan sebelumnya, lalu diaduk dengan sendok, mulai mengkoreksi rasa dengan mencicipinya setelah dirasa cukup akhirnya finishing, yaitu memindahkan lemon tea hangat ini kedalam dua tumbler miliknya dan partner kerjanya. "Selesai".
Ia melirik jam dinding di ruang tamunya lalu bersiap-siap dan meninggalkan rumah untuk pergi ketempat kerjanya. Menggunakan bus seperti biasanya dengan watu kurang lebih 45 menit akhirnya ia sampai ke tempat tujuan. Mengambil langkah besar memasuki gedung trendy fm. Melewati lobi gedung tiba-tiba saja Zafa muncul di hadapnya dan membuat Pinkan harus menghentikan langkahnya.
"Kamu datang lebih awal?" Tanyanya. Pinkan hanya diam enggan menjawab pertanyaannya.
"Emm baguslah karena ada sesuatu yang mau aku bicarakan sama kamu". Masih saja diam karena ia tak tau harus memberikan penolakan atau sebaliknya yang jelas ia ingin segera pergi dari sini sebelum semua orang mengehtahui bahwa mereka sebelumnya sudah saling mengenal bahkan lebih dari itu.
"Sekarang, Mari" ucapnya mempersilahkan. Baru saja Pinkan ingin melangkahkan kaki mengikutinya tiba-tiba saja ada yang meneriakan namanya.
"PINKAN..."
"Rhein?" Ucapnya pelan ia tahu bahwa suara berisik yang meneriakkan namanya adalah Rhein. Benar saja itu adalah Rhein yang berlari mendekati mereka dan sekarang berada di samping Pinkan. Pinkan menoleh dan bergantian menatap Zafa.
"Kamu nunggu aku kan? Tanyanya sambil melingkarkan tangan kirinya ke leher Pinkan, matanya membulat sempurna. Zafa yang melihat keduanya mengepal tangan kanannya karena merasa cemburu, dan Pinkan bisa melihat itu.
"Kita belum telat kan pak?" Tanyanya pada Zafa.
"Oh iya kamu gak lupa untuk membuatkan minuman kesukaan kita" kata Rhein kepada Pinkan dan kedipan mata itu lagi.
"Aaa... haa? Iya bawa, ini aku ambilkan dulu" ucap Pinkan bingung dan sibuk membuka retsleting tas ranselnya dan mengeluarkan dua botol tumbler. Rhein menyambutnya dengan tangan kanan, dan tangan kiri menggandeng tangan Pinkan menuju studio mereka.
"Ayok" Tak tau harus mengatakan atau melakukan apa saat ini, Pinkan hanya mengikuti orang yang sedang menarik lembut tangannya ini dan anehnya ia sama sekali tak menolak.
"Terimakasih Rhein sudah menyelamatkan ku".
Setelah berada dalam studio seperti biasa kami mulai mempersiapkan alat-alat teknis dan melirik jam untuk memulai waktu on air tepat waktu, dan memasangkan headphone di telinga sambil memantau apakah siaran sebelumnya yang berasal dari studio sebelah sudah selesai atau belum. Rhein juga mempersiapkan dengan memilih playlist lagu untuk diputar berurutan sebelum opening kini matanya dan jari-jarinya bertaut melakukannya.
"Okeehhh kita ngomongin apa ya hari ini?" Ucapnya seperti bergeming sendiri.
"Pinkan kau mengenalnya?" Tanyanya tanpa melepaskan pandangannya pada monitor.
"Hah?"
"Kau kenal dekat dengan PD baru itu?" Tanyanya lagi.
"Hah bbbukann...bukan seperti itu"
"Kenapa kau gugup?" Melihat wanita disebelahnya lebih dekat. Rhein menyipitkan matanya "kau menyukainya?"
"Tidaaaaakkkk" jawabnya keras. Andarta penyiar pria itu baru saja keluar dari studio dan menatap keduanya dari luar nampaknya ia terkejut karena suara Pinkan barusan. Tak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi ia hanya memberikan tanda jempol sebagai tanda bahwa ia sudah selesai dan menyuruh mereka untuk bersiap-siap.
"Pelankan suara mu mereka melihat mu". Ucap Rhein membalas Andarta dengan jempol.
"Kau yang mulai"
"Oke...oke kita mulai jangan berisik bisa elegan"
"Terserah". Rhein langsung saja memulai openingnya sambil terus menjahili wanita di sebelahnya yang sudah merasa kesal sebelum on air berlangsung.
"Kamu kenapa Pinkan kok mukanya gitu" tanya Rhein sengaja.
"Kamu lah penyebabnya Rhein kamu adalah penyebab bad mood orang ahh males"
"Kalo males honor gak keluar ni" candanya lagi.
"Udah ah jangan marah yang semangat dong nikmatin sore ini dengan gembira ya gak pendengar boleh bagi ni seperti biasa hal tabu versi kamu atau mau sharing cerita pribadinya kamu". Could it be Raisa mengudara. Rhein kembali sukses membuat wajah Pinkan memerah karena ucapan terimakasihnya yang manis.
"Untuk kamu makasih ya udah mau buatin minuman spesial buat aku, aku jadi makin sayang, rasa manis minuman ini semanis bibir kamu" ucapnya memandang Pinkan.
"Hem...hem" Pinkan terbatuk salah tingkah mendengar ucapan terakhirnya.
"Semanis senyum bibirmu maksudku ralat pemirsah hahaha" jawabnya menyadari
"Apa kau mengingatnya" ucap Rhein berbisik ke telingannya sedangkan tangan kanannya menutup mic sambil membayangkan saat Rhein mencium bibir Pinkan malam itu.
"Dasar mesum" balasnya berbisik yang menghilankan bayangan itu di kepalanya. Rhein kembali menyipit kan mata membuat Pinkan bergidik ngeri.
"Apaan sih Rhein kau adalah pria ter norak tahun ini" tambah Pinkan menetralkan suasana.
"Benarkah pendengar aku ini norak atau romantis? Tapi aku tulus ngomong makasihnya"
"Kalo tulus tu ngomongnya langsung"
"Loh ini kan langsung di dengar semua orang" jawabnya tak mau kalah.
"Itukan menurut mu, karena ada beberapa orang yang suka diperlakukan khusus misalnya ia menyukai pernyataan yang hanya di ketehui mereka berdua bukan di humbar pamali juga".
"Oh ya"
"Iya lah ahh pengetahuan mu masih cetek huuu"
"Tapi aku dapet keduanya loh"
"Maksudnya?"
"Iya pertama aku mengucapkannya di mic biar didengar semua orang, kedua aku juga mengucapnya secara langsung di hadapannya" ucapnya sambil memandang. Pinkan yang merasa gugup diperlakukan seperti itu langsung saja mematikan tombol mic, play music dan menaikan volume pada alat mixer di hadapannya.
"Apa kau gila???"
"Kau tak menyukainya?"
"Tidak"
"Jadi kau marah"
"Menurut mu?"
"Terserah". Akibat pembicaraan keduanya saat ini sosial media mereka ramai di kunjungi bahkan sesi telpon yang baru saja di buka langsung berbunyi. Bukan untuk menceritakan sesuai tema mereka seperti biasanya, namun mereka hanya mengolok-olok penyiarnya.
Hafizahhh :"Akhirnya ada kemajuan" tulis salah satu pendengar di kolom komentar.
Oktaaaniann : "Ahhh so sweeet, jomblo cuma bisa halu"
Dhanikmtt: "Semog langgeng"
Tak banyak bicara karena Pinkan kebingungan untuk menanggapinya ia hanya bisa bicara mengelak semua pernyataan itu. Berbeda dengan Rhein yang menanggapinya secara profesional bahkan ia larut dengan obrolan yang dibuatnya itu.
"Dasar pria norak gak tahu malu begitu saja pakek di ceritakan sama semua orang" ucapnya lirih, tapi hatinya begitu senang seolah sedang menerima pengakuan. Drrtt...drrttt Tiba-tiba saja ponsel pribadinya bergetar mendandakan ada pesan yang masuk. Pinkan segera memeriksanya dan pesan itu berisi sebuah file yang langsung ia buka.
Surat Resmi Pemberitahuan bahwa program Hal Tabu Indonesia yang mengudara pukul 16.00 s/d yang di pandu oleh Rheiner Zidan dan Pinkan Anastasha akan ada perbuahan,
Yang mana akan di pandu oleh salah satu announcer saja yaitu Pinkan Anastasha. Untuk itu kami ucapkan terimakasih atas ucapannya.
Zafa Morgan
Asst Program Director
Pinkan setelah membaca file tersebut ia harus senang atau sebaliknya. Ia terus memandangi wajah Rhein yang sedang serius melakukan siaran sepertinya Rhein belum mengetahuinya.
***
Rhein mendengarkan dengan serius setiap kalimat yang keluar dari mulut wanita lemon tea ini karena ia tak habis pikir dengan keputusan yang di buat oleh PD baru itu.
"Kau harus ambil positifnya berati kau sudah dianggap bagus dan sudah siap siaran sendiri"
"Bukan...bukan begitu!"
"Lantas? dari dulu kau ingin melakukan siaran sendiri dan tak menyukai siaran bersama ku".
Pinkan membenarkan kalimatnya barusan memang keinginannya ingin memiliki progam sendiri, dan benar juga bahwa aku dulu tidak menyukai bekerja sama dengannya.
"Tapi itu dulu" jawabnya begitu saja terdengar lirih.
"Apa??? Aku tidak dengar?"
"Kau tak mengerti"
"Apa sekarang kau sudah merasa nyaman bersama ku dan tak sanggup jauh dari ku" ucapnya membentangkan tangannya seolah ingin memberikan pelukan. Pinkan hanya mengedikan bahu dan menggeleng cepat karena membayangkannya saja membuatnya geli. Pinkan kembali diam dan memikirkan surat pemberitahuan, ia tahu pasti alasan zafa melakukannya.
"Apa dia sengaja" ucapnya dalam hati.
"Mengapa dia seenaknya kau tau program kita ada di posisi ter atas"
"Iya aku tahu"
"Itulah yang membuat ku tak terima ia tak seharusnya melakukan ini, aku tau ia melakukan ini karena dia..."
"Dia?" Tanya Rhein menunggu kalimat lawan bicaranya ini menggantung.
"Ah sudah aku akan menemuinya" ucapnya memakai tas dan pergi ke ruangan Zafa.
Tukkk...tuuk...tuukk
"Masuk". Melihat wanita yang memang sudah ia tunggu kedatanganya Zafa langsung memberikan senyum untuk menyambut Pinkan.
"Haiii aku sudah lama menunggu mu, silahkan duduk" Pinkan mendekat dan berdiri di depan mejanya dan enggan meuruti perkataannya.
"Kau masih saja licik kak"
"Bukan begitu maksud ku"
"Kau berlaku curang baik pada hubungan kita dan sekarang di pekerjaan kita"
"Terserah kau mau menyebutnya apa tapi aku tak peduli ini keputusan terbaik!"
"Terbaik untukmu bukan untuk aku"
"Perselingkuhan mana yang baik kecurangan apa itu?"
"Iya aku salah aku hanya mencari hiburan dan menghilangkan bosan tapi aku serius terhadap mu aku hanya main-main dengan wanita itu"
"Ucapan mu memperjelas jahatnya kamu dan keputusan yang tepat untuk menjauh dari mu"
"Iya aku tau salah untuk itu aku selalu mencarimu dan mencoba mendekatimu, memperbaiki semuanya aku tidak bisa melupakanmu Pinkan" pintanya kali ini mendekat dan meraih tangan wanita di hadapannya ini.
"Jangan menghindar lagi aku berjanji takkan menyakiti mu lagi". Pinkan hanya diam mencoba berpikir jernih ia lega dengan semua penjelasan mantan pacarnya. Tapi sungguh hati ini sudah kosong untuknya dan tak berniat untuk menerima kembali pria yang sudah memintanya dengan tulus saat ini.
"Tapi gak bisa kak aku tidak bisa aku sudah tak punya perasaan itu untuk mu, jadi aku mohon bersikap biasa saja mulai saat ini anggap saja aku orang asing" ucapnya lebih tenang.
"Kenapa? Apa kau sudah menyukai orang lain?". Pinkan hanya diam tak menjawab pertanyaan itu. "Mungkin iya" jawabnya dalam hati.
"Aku tau itu, dan aku sadar itu tapi aku tetap ingin mencobanya dan aku yakin kamu hanya menjadikannya pelarian dari kakak"
"Kita mulai pelan-pelan lagi aku akan menunggu" ucapnya lagi. Pinkan menggeleng keras.
"Dia bukan pelarian kau harus ingat itu kak! Dan pekerjaan ini tak akan memisahkan kami".
"Dan satu lagi bersikap biasa saja terhadap ku, dengan begitu aku tak akan menghindarimu karena keadaan kita tak sama lagi, dan aku akan mencoba menerima bahwa kau atasan ku di tempat ini" ucapnya lagi dan pergi meninggalkan ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I.L.Y.A ( I Love You Announcer)
RomanceSuara... Rhein yang berciri khas mampu membuat pendengarnya tersenyum dan selalu ditunggu-tunggu. Ini yang membuat seoarang gadis begitu sangat penasaran... Hingga suatu hari radio tempat Rhein biasa siaran mengadakan audisi pencarian bakat announce...