Dari kejauhan kulihat seorang gadis sedang di kerumuni dua orang pria, wanita cantik dengan rambut panjang terurai terlihat penuh cemas ketakutan, deg jantungku berdebar saat melihat wajahnya, kurasakan ku tlah jatuh cinta.. ah kok jadi backsoundnya lagu Ran sih.
" neng mau kemana, yuk main sama abang"
" iya neng, kita karokean mau kagak"
"emm maaf saya harus buru-buru pulang" gawat.. gawat.. aku harus segera kabur dari sini sebelum mereka membawaku.
"eh neng, ayo dong kok diem aja" seorang pria dengan topi menarik kasar lenganku
"to.. tolong.. siapa saja tolong aku" aku berusaha berteriak sekeras yang ku bisa.
Teriakan gadis ini menarik perhatianku "lepaskan dia" kataku menyela aktivitas mereka. Mereka bertiga melihat kearahku, kedua preman yang tak ku kenal melotot marah ke arahku "nona kau tidak apa-apa?" aku berusaha untuk menenangkan gadis itu, wajahnya terlihat ketakutan dengan tubuh gemetar. Kedua preman yang terlihat marah itu berusaha menghajarku, salah satu dari mereka menangkap tubuh ku dengan lengannya yang besar, kemudian temannya mencoba memukulku, namun belum sempat hal itu terjadi, aku menendang keras perut pria di depanku dan menghantam keras kepalaku belakang. Ku lepaskan tinju telak ke wajah serta pangkal lehernya, preman itu terkapar tak berdaya sedangkan temannya membantu berdiri untuk melarikan diri.
Si. Siapa pria ini, apa dia juga berniat jahat padaku, kakiku gemetar aku pun terjatuh ke tanah
"hei apa kau baik-baik saja? Bisa berdiri?" tanya pria itu ramah, matanya sendu.
gadis ini apa dia takut padaku ? "nona?" apa aku harus membantunya, bagaimana jika dia ini sindikat preman yang pura-pura lemah, jika di bawa kerumah apa dia takkan merampok ku ya? Tapi wajah gadis ini sungguh menarik hati, sit apaan coba. Aku menggeleng kan kepala sendiri, lalu berusaha membantu gadis itu berdiri. Kakinya gemetaran dan sulit untuk berjalan. "oh iya, dimana rumahmu?" "ah itu.. rumahku di tanjung balai" haaaa.. apa apaan ini, ini binjai oy. Mana mungkin aku mengantarnya pulang, sedangkan kereta terakhir sudah berangkat pukul 6 sore tadi. Aku terdiam beberapa saat.
"ma..maafkan aku sudah merepotkanmu, setelah ini aku bisa sendiri" kata-kataku coba meyakinkan wajah pria yang saat ini seperti sedang berfikir keras, siapapun pasti akan bingung dengan keadaanku, rumah di tanjung balai bisa-bisanya berpetualang sejauh ini, aku tersenyum mengingat kebodohanku sendiri. Pria ini pasti meninggalkan ku, siapapun tak ingin punya masalah dengan menerima orang asing.
"baiklah, menginap saja di rumahku.. besok aku akan mengantarmu ke stasiun" heh.. serius eh apa ini? pria ini serius? ja.. jangan jangan dia punya maksud lain, ah bagaimana aku menolaknya. Tapi jika ku tolak aku harus kemana? di dekat sini juga tak ada hotel. "ayo naik" ia mengajakku naik motor nya, motor tua yang kemungkinan tahun 1997 itu terlihat cukup terawat.
Aku membawa seorang gadis, apa ini mimpi? jones berusia 24 tahun ini sekarang sedang mengajak seorang gadis ke rumahnya, tahanlah wahai diriku. dasar debaran jantung yang menjengkelkan. gadis itu ia perpegangan dengan menarik sedikit lengan baju, ah ada-ada saja. Aku tersenyum menyembunyikan rasa malu. Dari belakang sini aku bisa melihat telinganya yang merah, apa dia merasa malu padaku tanpa sadar aku juga tersenyum.
***
Di komplek perumahan bumi asri
aku membuka pintu rumahku "ayo masuk lah, aku akan menyiapkan makan malam dan tempat tidur, jadi silakan mandi terlebih dahulu" setelah mengatakan itu, aku memasukkan motor kesayanganku ke dalam rumah, ia terlihat cukup canggung. Aku masuk ke kamar yang berada di depan kamarku, aku membersihkan beberapa debu dan merapikan seprai, untuk jomblo yang tinggal sendiri aku ini cukup rajin loh. Aku memasakkan nasi goreng andalanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari Tanjung Balai
Storie brevipertemuan antara jones dan gadis malang yang saling jatuh cinta