걱정되 네가 좋으니까

721 88 4
                                    

••🌼••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•🌼•

kadang delima yang merona merah muda itu menyungging semu. ketika langit malam dan seisinya telah menguasai asa, maka kala itu pula temaramnya berkelana mengendar pandangan acak pada bentang cakrawala yang tak berujung.
atau saat selimut telah menyelimuti sebagian tubuh penatnya, maka sepasang kelopak yang seharusnya terpejam mengarungi dunia mimpi itu bahkan tidak sudi berkedip barang sedetik.

bukankah changbin sendiri yang mengatakan bahwa ia menyukai bangchan tanpa alasan, tuntutan, atau bahkan pengakuan. namun demi tuhan rasanya ternyata sungguh tak karuan kala orang-orang diluar sana berasumsi bahwa sang kekasih berhubungan dengan orang lain. ia tidak mampu menyalahkan mereka, tetapi butuh waktu lama baginya untuk terbiasa.

ini adalah pertama kalinya ia menjalin kasih dengan seorang pabrik figur, yang dulu di dalam angan lugunya adalah sesuatu paling bahagia di dunia. tidak salah juga, namun tak sepenuhnya benar. konsekuensinya yang ia tanggung jauh lebih berat dari yang dirinya kira. apakah changbin menyesal? jawabannya adalah tidak. tidak ada yang akan ia sesalkan tentang perasaanya, hatinya, juga bangchan. segalanya telah tertulis rapi dalam buku takdir.

kendati demikian, betapapun legowo dirinya tetap saja ada yang tidak benar. lantas salahkah dengan mencintai bangchan? tidak mungkin.

"kalo penggemar mu tau kamu udah punya pacar, mereka pasti bakal nyumpahin aku gak sih?" kekehan gamang mengudara, menyita perhatian laki-laki yang nyaman dengan nada malam yang semakin larut.

tentu topik tersebut adalah hal baru untuk percakapan yang selalu terjalin tidak lebih dari setengah jam. waktu begitu kejam dengan tak memperkenankan dirinya melantun keluh kesah pada sang kasih, sulit.

"gak bisa sepenuhnya yakin, tapi aku pikir mereka bakal suka kamu." bangchan mengambil salah satu tangannya yang beristirahat di atas paha, menggenggam jemari itu erat bagai hidupnya bertumpu di sana.

"mereka bukan kamu, kak. mungkin beda cerita kalo pacarmu itu perempuan seenggaknya bisa dimaafkan." haruskah ia tersenyum sekarang berlagak seolah apa yang barusan bibirnya ucapan hanyalah sebatas untai kata tanpa arti belaka. lantas meringis adalah reaksi lebih pantas sebab rasanya sedikit sakit.

"seenggaknya masih bisa pegangan tangan di umum sekalipun ada yang ngenalin kamu. nggak perlu curi-curi waktu tengah malam begini buat ketemu, itu pun masih terbatas," ungkapnya jujur.

changbin tidak pernah menuntut, bangchan sangat menyukai akan sikap pengertian berikan padanya. ia pun tidak buta, perkara bagaimana redupnya sepasang temaram itu ketika mereka melepas gulana hanya melalui pelukan netra. tapi lagi, untuk mencapai sesuatu yang lebih maka pengorbanan yang dilakukan pun harus sepadan.

"i know and i'm sorry. aku bisa apa lagi selain minta maaf. pacar macam apa aku, seharusnya buat kamu bahagia tapi malah begini." telapak tangan digenggaman tadi punggungnya ia kecup pelan, lembut, seolah itu adalah benda ringkih yang mudah terluka macam hatinya. selama tujuh tahun belakangan, sudah berapa banyak luka yang ia toreh?

"kamu capek ya, mau berhenti? i don't want to hurt you more."

bugh!

"ish, aku tuh ngasih tau kakak gini bukan supaya kakak ngerasa bersalah. kakak sendiri yang bilang kalo aku harus jujur dan kalo butuh apa-apa ya bilang ke kamu. aku cuma butuh telinga kakak doang, udah selesai. dengan kamu dengerin aku aja rasanya lebih dari cukup. kenapa gampang banget nyuruh aku berhenti, gak tau apa susahnya aku manjat tebing setinggi ini buat nungguin kamu, kak." changbin berceloteh panjang setelah mendaratkan satu pukulan ringan pada dada bangchan. si pemilik semula mengaduh, namun detik lainnya raut muka itu menyendu setelah mendengar kata perkata yang changbin untai untuknya.

"what did i do to deserve you."

kalau saat ini mereka sedang tidak berada di publik, barangkali tubuh yang hanya beberapa inci berjarak darinya itu telah ia dekap erat. apa boleh buat, yang bangchan lakukan hanyalah menepuk pucuk kepala yang tertutupi beanie itu pelan. kendati changbin tak dapat melihatnya, namun kini sudut bibirnya sukar berhenti untuk tersenyum di balik masker mulut hitam yang ia kenakan.

"menjadi bangchan cuma buat changbin. udah itu aja cukup."

sederhana, namun mampu melukis garis rona pada wajah pucatnya. bangchan katakan dengan lantang sekali lagi bahwa seo changbin adalah miliknya, seorang.


•🌼•

"bin, harus berapa kali gue bilang buat nggak teledor? gue gak peduli lo bosan apa enggak denger ini tapi tolong, jangan rusak reputasi chan. konyol kalo semuanya hancur cuma karena sikap lo yang semaunya sendiri."

kalimat itu bagai cambuk yang mengibas pada tubuhnya, sakit untuk di dengar berulang kali hingga rasanya ia lebih memilih untuk tuli saja setidaknya demi menghindari gertak kejam tersebut.

"maaf, kak."

barangkali jemu mendengar kata serupa diulang untuk kesekian kalinya, minho-laki-laki yang barusan membentak-mendengkus keras. karena ia hapal diluar kepala bahwa tindakan yang dimintai maklum itu akan dilakukan kembali. barangkali sengaja untuk menguji kesabarannya yang telah berada di ambang batas.

"bin," ayolah, coba pahami dia-minho memperingkatkan amarahnya agar tidak tersulut. "kita kenal berapa lama sih? gue juga gak mau tiap hari ketemu lo cuma buat marah-marah gini, kerajaan gue banyak yang lebih penting dari ini. lo pahamin posisi gue kek, atau minimal chan lah. lo tega karir dia hancur dalam sekejap mata padahal butuh selama tujuh tahun dia nunggu buat debut."

kepalanya merunduk dalam, menggambarkan sikap rasa bersalah yang tidak terkira. changbin tahu tindakannya mengunjungi bangchan di ruang tunggu tadi adalah sebuah hal yang tidak benar, seharusnya ia yang paling paham akan hal tersebut.

patutnya dia paham bahwa eksistensinya tidak pernah diinginkan. mereka-termasuk bangchan, pasti punya alasan kenapa identitas nya tidak boleh terungkap. ia diibaratkan sebagai hal yang tabu.

"maaf, kak. aku beneran minta maaf."

demi tuhan seo changbin, harus berapa kali dua patah kata itu terucap dari sana. bahkan minho saja muak, lantas bagaimana dengan bangchan.


•🌼•

:")

:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[53]cause i like you - bangchan x changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang