Bagian 14 : I Miss You

4.6K 212 27
                                    

Kakiku langsung lemas. Baru saja aku menerima telepon dari Ayah. Aku terkejut ketika ayah mengatakan laki-laki itu datang mencariku. Untung saja ayah tidak memberitahukan keberadaan ku di pesantren Al-Faaz. Kalau tidak, pasti kehadirannya hanya akan menimbulkan masalah.

“Aysha, kamu kenapa?”

Aku menengok ke belakang, rupanya Reyhan baru saja masuk ke kamar setelah mengobrol sebentar dengan beberapa pengurus pesantren. Aku tidak ikut, akhirnya aku memilih untuk tetap di asrama.

“Gak.”

“Kamu masih marah karena saya panggil kamu sayang?”

“Apasih lo! Bisa gak usah bahas itu terus, nggak, sih?”

Mataku yang melotot tidak berhasil membuat Reyhan takut. Buktinya Reyhan malah mengekeh geli.

“Maaf, ya, Sayang,” katanya malah makin meledek.

“Mas Rey, gak lucu sama sekali tau!”

“Memanggil istri harus dengan sebutan yang romantis,” ucap Reyhan seolah sengaja ingin membuatku kesal.

“Terserah! Tapi jangan panggil gue gitu di depan orang, awas!”

Reyhan bukannya berhenti, malah makin cekikikan.

“Ngeselin! Awas aja lo gue balas entar!”

“Iya iya, maaf ya Aysha. Hem, saya cuman mau ngasih tau kamu, mulai besok saya akan mengajar menggantikan salah satu pengajar di pesantren.”

“Oh.”

“Kamu ikut ya.”

“Ikut? Gue suruh ngapain?”

“Ya ... belajar lah, mau ngapain lagi?”

“Belajar? Maksud lo gue sekolah lagi gitu?”

“Belajar mengaji Aysha, kamu bilang, kamu belum bisa baca Qur'an, kan?”

Aku langsung menelan saliva susah payah.

“T-Tapi, Mas Rey, gue malu anjir.”

Reyhan menggelengkan kepala menatapku heran. “Gak perlu malu, kan belajar.”

“Ya tapi udah bukan waktunya gue belajar!”

“Kok bukan waktunya?”

“Udah telat, gak, sih?”

“Tidak, Aysha. Tidak ada kata terlambat untuk yang mau belajar,” tegas Reyhan.

Aku menghela napas panjang. Kenapa aku sekarang jadi seperti anak didik Reyhan. Sulit sekali membantah orang itu. Alhasil aku hanya bisa mengangguk terpaksa, mengikuti perkataannya.

***

Hari ini aku bersama Reyhan pergi ke surau, katanya itu tempat santri mengaji. Jujur aku sangat malu, di antara para santri lain, aku lah yang terlihat berbeda. Mereka semua masih berusia di bawahku, tapi pasti kemampuan mereka mengaji di atasku semua.

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang