Kenapa kamu selalu diam?
Hey! Jangan melamun, kenapa kamu terus saja melamun?Kalimat itu terus berulang di dalam benak Jeno. Hingga semakin lama, kalimat itu pun menjadi suatu hal yang biasa. Kalimat yang membuat ia tenggelam di dalam pikirannya.
Ia mainkan ujung pena di atas meja kerjanya. Berlanjut dengan mencoret-coret kertas yang ada pada bukunya. Ia tatap dengan sendu kertas-kertas yang telah tercoret dengan penanya.
Sret. Sret. Sret.
Bagi Jeno itu adalah bunyi yang bisa membantu menenangkannya.Jeno mengalihkan kegiatan coret-coret itu dan mencari selembar kertas kosong. Ia torehkan penanya membentuk suatu gambar yang cantik. Ia hias dengan sabar dan teliti hingga membentuk suatu gambar yang utuh.
Belum puas dengan hasil yang dibuat, ia pun mewarnai gambarnya. Menorehkan warna merah sebagai dasar dan warna hitam untuk mempertegas garis-garisnya. Merah dan hitam memiliki makna khusus bagi diri seorang Jeno.
Badannya lelah, tidak sesegar saat pagi tadi. Tangannya mulai berhenti, jari-jarinya bergetar bersamaan juga dengan badannya. Keringat pun bercucuran di dahinya bercampur dengan air mata yang sedari tadi ia tahan. Jeno tidak ingin menangis dan tidak ingin terlihat menangis oleh orang di sekitarnya. Menurutnya, menangis adalah hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang laki-laki.
Semakin lama objek di depannya memburam menjadi suatu bayangan. Ia terkejut dan tersadar setelah merasakan benda cair melewati pipinya. Segera diusap wajah dan disekanya tetesan air dengan tangannya, sehingga ia dapat melihat jelas.
Sesaat ia melamun memandangi kertas di depannya. Pena yang ia pegang sedari tadi menggelinding jatuh ke lantai. Tetesan air yang ia usap tadi membekas di telapak tangannya.
Kini ia tidak menahan lagi air matanya yang tadi telah turun. Ia pejamkan matanya sebentar dan memandang ke jendela samping tempat duduknya. Dirasakanlah hangatnya sinar matahari di wajah yang perlahan mengeringkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scent of Emotion (HIATUS)
Teen FictionKepergianmu terlalu cepat di saat aku mulai ingin bersamamu. Datang sesaat mengisi hari dan hilang dengan segera. Bertemu denganmu bukan suatu penyesalan bagiku. Aku juga tidak pernah menghindari adanya rasa ingin bersama di antara kita. Dibanding m...