🌿28🌿

665 59 1
                                    

Stop!

Vote dulu dong sayang🤸❤️

Hehehe

Happy Reading...

•°•°•°•°•°

Menarik nafas panjang, terus begitu sampai berulang-ulang dengan mata terpejam, Zio akhirnya membuka matanya dan menatap serius pada seseorang di hadapannya.

"Gue suka sama Lo, ayo kita mulai lembaran baru!"

"Kurang tegas Lo bang, masa ngungkapin perasaan kek orang nahan berak sih." Komentar Zidan tajam. Cowok itu sudah lelah, karena sedari tadi menjadi bahan percobaan Zio untuk mengungkapkan perasaannya kepada Lulu.

Keduanya kini sedang berada di dapur, tepatnya berada di samping kulkas besar untuk berlatih.

"Anjir, ulang!" Pekik Zio lagi.

Zidan memutar bola matanya jengah, cowok itu mendengus. "Mau sampe kapan? Ulang terus perasaan, ini udah yang ke sepuluh kalinya, cape."

"Pokoknya ulang sampe gue nggak keliatan gugupnya." Kata Zio penuh tekad.

"Halah, ntar paling juga masih diulang lagi, dah lah, gue males." Balas Zidan dengan malas.

Zio seketika mendelik kesal menatap adiknya. "Nggak, Lo harus bantu gue!"

Mata Zidan menyipit tak senang. "Yang mau nembak siapa, yang repot siapa."

"Heh! Jangan durhaka sama Abang!"

Zidan hanya memutar matanya malas. Kemudian ia berkacak pinggang, menatap kesal pada sang kakak. "Yang mau nembak kan Lo, ngapain gue yang harus ikut repot?"

"Ck, ya nggak mau tau, Lo harus bantu gue lagi." kekeuh Zio dengan mata melotot dan wajah yang sedikit menegang.

"Ck, oke, sekali lagi kalo nggak berhasil jangan salahin gue."

Zio mengangguk mantap mendengar hal itu. Kembali menarik nafas panjang, Zio kini meraih kedua tangan Zidan dan menggenggamnya erat.

"Gue nggak tau cara romantis gimana, tapi.. tapi, gue disini cuma mau ngungkapin perasaan gue ke Lo." Zio menjeda sejenak kalimatnya untuk mengambil nafas, lalu kembali melanjutkannya. "Gue sebenarnya nggak paham sama rasa ini, badan gue selalu bersikap aneh pas ada di dekat Lo, dan nggak ngelak kalo selama ini gue nyaman sama Lo." Zio menatap Zidan dengan mata seriusnya, kali ini hanya ada kesan tegas dalam dirinya tidak ada sama sekali rasa gugup seperti awal tadi.

"Oke."

Zio melongo, tak lama kemudian alisnya berkerut kesal. "Kok cuma oke?"

Zidan menaikkan sebelah alisnya, "lah gue emang harus jawab apa?"

Si anjir. Batin Zio dengan frustasi, ingin sekali ia mencekik batang leher Zidan dan mematahkannya.

"Dek, bang, kalian ngapain? Kok pegang-pegangan tangan?"

Baru saja Zio akan membuka mulutnya untuk melayangkan omelannya, sebuah suara menyelanya cepat hingga membuat niatnya untuk mengomeli si laknat Zidan jadi terurungkan.

Kedua kakak beradik itu menoleh bersamaan, menatap sang ayah yang menatap mereka dengan heran.

"Ini pah, bang Zio lagi Lat-fahhshfjcjfsj."

"Nggak kok, enggak, Zio nggak lagi ngapa-ngapain." Kata Zio dengan senyum lebar dan sebelah tangan yang menyumpal mulut Zidan.

Arsell menatap keduanya curiga.

Zidan menepis tangan Zio dari mulutnya hingga terlepas, "tangan Lo bau terasi, jijik!"

Zio merengut mendengarnya.

"Bang Zio mau latihan nembak kak Lulu pah."

Zio langsung menghunuskan tatapan tajamnya kepada Zidan yang malah membalasnya dengan tatapan mengejek yang menjengkelkan.

"Kalian kayak pasangan gay, mojok di samping kulkas sambil pegang-pegangan. Papa kira kalian lagi nge-gay disana." Kata Arsell dengan jujur, "lagian udah nikah kenapa masih main tembak-tembakan?"

"Ya emang apa salahnya sih pah, nggak ada salahnya, tau. Biar uwu ini, lagian Zio sama Zidan cuma latihan bukan nge-gay." Kesal Zio.

"Dih, sensian." Cibir Arsell lalu melenggang pergi meninggalkan Zio diikuti Zidan yang pergi tanpa berpamitan membuat Zio semakin jengkel dibuatnya.

"Cih, bapak anak sama aja!" Gumam Zio kemudian melangkah pergi menuju kamarnya, dimana Lulu berada sekarang.

Setelah sampai di kamarnya, Zio dapat melihat sosok Lulu sedang fokus menatap layar laptopnya yang menyala.

"Lagi ngapain?" Keliatan banget kalo Zio ini lagi basa-basi.

Lulu melirik sekilas kepada Zio lalu kembali terfokus pada layar laptopnya, "nonton anime."

Zio mengangguk, kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Lulu. Cowok itu sedikit meringis saat melihat anime apa yang tengah di tonton istrinya itu. Anime yang cukup menyeramkan dengan adegan aksi yang cukup menegangkan.

"Ekhem." Zio mencoba berdehem untuk menarik atensi Lulu, tapi apalah daya gadis itu terlalu fokus pada tontonannya atau malah menganggap dehemannya sebagai angin lalu? Entahlah.

"Lu?"

"Hm?"

Zio tersenyum kecil saat Lulu menyahuti panggilannya, meski hanya dengan sebuah gumaman saja.

"Eum," Zio sedikit memainkan jari-jarinya gugup, wajahnya pun sedikit merona. "Nanti malem ada waktu?"

"Besok nggak ada tugas, eum, mungkin ada." Jawab Lulu dengan mata yang masih fokus pada laptopnya.

"Ikut gue kuy."

Barulah Lulu menegakkan tubuhnya, menoleh menatap Zio dengan dahi berkerut. Zio menyengir lebar, kemudian meraih sebelah tangan Lulu dan menggenggamnya erat.

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo," kata  Zio dengan senyumnya.

Lulu mengerjap. Ah, melihat senyum Zio entah kenapa malah membuat fokus Lulu teralih seketika.

Gadis itu menoleh kembali menatap laptopnya sembari berfikir singkat.

"Gimana? Mau kan?" Tanya Zio memastikan.

Lulu kembali menatap Zio lalu mengangguk pelan, "gue juga punya sesuatu yang pingin gue omongin."

Senyum Zio semakin melebar mendengarnya, cowok itu menjulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala istrinya dengan sayang.

Sedangkan Lulu hanya diam, matanya terpaku dengan senyum Zio yang sangat lebar. Mungkinkah senyum itu akan tetap ada setelah Lulu mengatakan sesuatu yang dia ingin katakan?

Lulu ragu.

•°•°•°•°•

Asiikk update lagii:v

Seneng ga? Yang seneng sini dong kasih lope author :3

Jangan lupa vote dan komen yak.. sankyuuu😚😚.

Sampai ketemu di part selanjutnya, pay pay🚴💨

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang