Kereta itu berhenti di depanku
Deritnya seolah berteriak, "Sambutlah aku! Sambutlah aku!"
Dengan lajunya yang memelan namun cukup membuatku mengumpat pelanKakiku di sini, menjulang tegak dengan palang tinggi sebagai sandar dan
Kerikil sehitam arang sebagai selasar hidup yang tiap malam tak pernah alpha
Membuatku gusarYang.. sejenak lalu kuinjak keras tanpa empati
Di sini pula, kah, orang itu 'mati'?
Mungkin, di bawah serdaduku pula hatiku teremat cepat
Kapan? Tepatnya, kemarin, akhir bulan JanuariMembersamai 1 insani yang terhuyung lepas dari mulut kereta
Dengan itu, bibir keluku sedikit-sedikit merapal mantraDisusul jasmani ringkih tua yang hampir terperosok di sudut kursi tunggu
Kulepas semua rasa maluku, ku buka lebar hatiku yang sempit ini"Tunjukkan!" katamu setenang awan yang mengudara di atas rel-rel kereta
Terpampanglah di sana, aksara jenamamu yang merah menyala dibersamai degup yang setelahnya hurupKu kira, itu cukup
Tidak nyatanya
Tinggallah aku di sini, untuk seribu malam yang tak akan sama nantiyuu_yrlnaaa7
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Mengenang Masa Lalu
PuisiJika waktu memberi kesempatan kedua untuk aku dan kamu, apa akhir cerita kita akan tetap sama? Untukku, mungkin aku akan memilih ... menghindarimu saja supaya aku tidak bertemu denganmu, mengenalmu, dan mengukir hari yang mengagumkan, sampai-sampai...