9. Si Pembawa Kenangan

1 0 0
                                    

Hai!
Makasih udah singgah di cerita Rasta dan Rowena. Semoga kalian menikmati cerita mereka
>_<

-------------------------------------------------------------------

Seperti rutinitas biasanya yang kulakukan setiap pagi di hari kerja. Bangun pagi, mempersiapkan diri dan Rasta untuk bekerja, ikut membantu Martha menyiapkan sarapan jika sempat, berangkat bersama, lalu berpisah di depan toko.

Jika memungkinkan, kami akan makan siang bersama atau juga pulang bersama. Beberapa minggu terakhir aku ataupun Rasta sedang sibuk sibuknya, memasuki awal musim semi aku dan Runa mulai mempersiapkan bibit yang akan dikembangkan untuk edisi musim semi, aku bahkan menawarkan kepada para muda mudi yang ingin bekerja part time selama beberapa bulan kedepan.

Seperti tahun tahun sebelumnya, musim semi adalah waktu tersibuk bagi toko bunga apalagi tempat wisata yang berkaitan dengan hal tersebut.

"Vigus, Paullet, kalian bisa lanjutkan itu nanti. Tolong bantu Runa mengisi tanah ke dalam pot pot yang ada di kebun belakang"

"Baiklah. Em, ngomong ngomong, berapa usia kandungan Frau Davies?"

Paullet merupakan gadis belia yang sedang dalam masa ingin tau segalanya, dia riang dan penuh semangat, berbeda dengan Vigus, anak laki laki satu ini agak pendiam tapi mengerti dengan apa saja yang harus dia lakukan tanpa disuruh.

Mereka berdua berasal dari sekolah yang sama, awalnya kupikir mereka adalah sepasang kekasih, ternyata mereka adalah saudara kembar. Aku tidak menduga sebab rupa mereka berbeda, tidak ada miripnya.

Tapi bagaimanapun, aku bersyukur mendapati mereka yang bekerja denganku, karna dengan begini mereka berdua akan saling membantu dan menjaga satu dan lainnya.

"Kalau tidak salah sudah memasuki minggu ke 30, memangnya kenapa?"

"Tidak ada, perutnya begitu besar. Jadi, aku sering melihatnya kesulitan bergerak, bukankah akan lebih baik dia tidak bekerja dulu?"

"Kau berpikir begitu juga rupanya, Paullet, aku bukannya sengaja membiarkan Runa bekerja dengan perut sebesar itu, aku sudah menyuruhnya untuk cuti, tapi memang pada dasarnya Runa itu keras, jadi aku membiarkan saja. Lagi pula dia sendiri tau batas kemampuannya saat ini, jadi kita mesti memakluminya, kalian mengerti?"

"Ah begitu, jadi, bagaimana deng-"

"Kami mengerti, Letty, berhenti bertanya. Kita baru saja disuruh untuk membantu Frau Davies 'kan?"

"Eh, i-iya, hehe..."

Begini ternyata gambaran jika memiliki saudara, aku jadi iri melihatnya.

----

Makan siang hari ini tidak ditemani Rasta, dia sedang sibuk katanya, jadilah aku pergi sendiri.

Saat masuk ke dalam restoran, suasananya memang ramai dan tak banyak pilihan untuk meja yang akan kutempati, akhirnya langkahku terhenti saat pertama kali menemukan tempat yang kosong, tidak terlalu buruk meski posisinya hampir berada di tengah.

Dan ejadiannya terlalu cepat saat pelayan mencatat pesananku dan seorang dari mereka lainnya menumpahkan hidangan yang ia bawa ke pakaianku, tidak banyak hanya sedikit, tidak sampai membuatku marah.

Dan aku tak tau apakah ini demi kenyamanan seorang pelanggan atau memang prosedur kerja mereka, pemilik restoran sampai harus turun tangan untuk menyelesaikan hal ini, padahal aku tak mau ambil pusing.

"Maaf atas kelalaian pelayan kami, akan kami bersihkan setelan Anda dan mari kami antarkan ke ruang lain untuk membersihkan pakaian Anda atau kami akan menyiapkan pakaian yang baru"

Kita Rasa dan PercayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang