Suara bentakan dari lantai bawah membangunkannya pagi itu. Bee membuka mata dan mengusap-usapnya untuk memfokuskan penglihatannya di sekeliling kamarnya. Keadaan kamar tempatnya tidur itu mengingatkannya ia masih belum kembali ke rumahnya, melainkan masih berada di villa milik Grandma yang diberikan pada Dad. Hanya ia sendiri yang dibawa ke sini oleh Dad, sedangkan adik-adiknya masih tinggal bersama Mum di rumah mereka. Di satu sisi ia merasa tenang karena menjadi satu-satunya anak di villa ini dan para pelayan dan penjaga memperlakukannya seperti tuan putri. Di sisi lain, ia jadi rindu pada Mum dan adik-adiknya.
Ia masih belum mengerti mengapa Dad hanya membawanya ke tempat ini. Ia juga tidak mengerti Dad telah memodifikasi villa ini menjadi tempat macam apa, karena ia seringkali melihat orang-orang bersetelan jas formal yang keluar-masuk villa yang tampak seperti markas suatu operasi untuk menemui Dad. Waktu ia bertanya siapa mereka, Dad hanya memberinya jawaban-jawaban yang tidak jelas seperti mengatakan bahwa mereka adalah pegawainya, bodyguard-nya, dan lain sebagainya. Lalu Dad marah saat ia terlalu banyak bertanya, beliau bilang ia tidak usah terlalu ikut campur urusannya. Mau tidak mau ia juga merasa agak sebal, karena ayahnya telah membawanya ke tempatnya namun tidak mau ia mencampuri urusannya.
Ia turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamarnya. Ia bersandar pada beranda dan melihat ke bawah, tampak di sana Dad sedang berbicara cepat dengan nada tegang pada seseorang melalui ponsel. Beberapa lama ia menguping, ia menyadari Dad sedang berbicara pada Uncle Sky saat beliau berkata, "Aku tidak peduli dia akan seperti apa, Sky. Aku hanya ingin dia kembali. Bukankah kita menginginkan hal yang sama?"
Bee bertanya-tanya dalam hati apakah yang dimaksud Dad sebagai 'dia' adalah orang yang dipikirkannya. Memang sejak kejadian itu, beliau jadi orang yang berbeda. Seringkali Dad tidak sabaran dan marah-marah sendiri. pernah sekali pula ia melihat Dad meminta maaf dan menangis di bahu Mum atas hal yang tidak ia ketahui. Tidak jarang Bee merasa takut melihat Dad jadi seperti itu, apalagi sekarang ia hanya sendirian bersamanya—kalau para pelayan dan penjaga villa ini tidak dihiraukan. Tapi biar bagaimanapun, ia juga tidak tega meninggalkan Dad sendirian. Waktu Bee pernah mengajaknya pulang, Dad mengatakan padanya untuk pulang sendiri saja kalau memang ia ingin pulang karena urusan beliau belum selesai. Bee belum pernah memintanya untuk pulang lagi sejak saat itu.
Ia melihat Dad berjalan masuk ke ruang baca setelah menutup teleponnya. Karena penasaran, ia memutuskan untuk mencari tahu apa yang dilakukan Dad di ruang baca itu. Selama ini Bee tidak pernah diizinkan masuk ruangan itu tanpa ditemani Dad atau salah seorang pelayan, seolah ada yang disembunyikan Dad di sana. Selagi berjalan menuruni tangga dengan hati-hati agar langkah kakinya tidak terlalu terdengar, ia melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada pelayan atau penjaga yang ada di sana. Setelah memastikan keadaan aman, ia berhasil mencapai depan pintu ruang baca dan menempelkan telingannya di pintu.
Kedengarannya Dad tidak sendirian. Beliau sedang berbicara pada seseorang yang suaranya samar-samar Bee kenali sebagai Aunt Sylvie, adik dari Paman Sky. Tapi suara bibinya agak aneh, seperti disamarkan dengan sesuatu.
"Aku tidak yakin apa yang ia pikirkan dengan mengirim kedua anak itu untuk tugas sepenting ini," terdengar suara Dad.
"Tenang, mereka mungkin masih muda, tapi bisa diandalkan," Aunt Sylvie menjawab.
"Mudah saja kau bicara. Aku tidak ingin bertaruh pada sepasang anak muda yang bahkan tidak bisa menjaga kep..."
"Kau terlalu meremehkan mereka karena moral dan kelakuan mereka kauanggap lebih rendah darimu. Tenang saja, mereka cukup handal kalau mereka serius. Percayalah pada mereka."
Hening sejenak, sebelum suara Dad terdengar lagi, "Baiklah. Tapi aku tidak mengerti mengapa Sky membiarkan pemuda tengik itu dan tidak menghajarnya atas—kau tahu."
"Kami punya nilai dan standar kami masing-masing, Charlie. Kau jangan memakai standar-mu dan memaksa orang lain untuk mengikutinya."
Setelah itu mereka berhenti bicara lagi dan terdiam entah berapa lama. Mereka tidak mencurigai kalau ada yang menguping pembicaraan mereka dari balik pintu, kan? Bisa gawat kalau salah satu dari mereka ternyata sedang berjalan ke arah pintu dan membukanya, lalu menemukan Bee baru saja menguping pembicaraan mereka. Lagipula harus Bee tekankan bahwa ia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnnya mereka bicarakan dari tadi, karena mereka terus-menerus memakai kata ganti, kode, dan sejenisnya. Bee nyaris menjerit dan membongkar keberadaannya di sini saat ia dikejutkan oleh sentuhan di bahunya.
Ternyata hanya si tua Mr. Robert, kepala pelayan di villa ini. Bee meletakkan jarinya di bibir dan menunjuk ke ruang di seberang untuk memberitahu pelayan tua itu untuk bicara di sana saja.
"Nona Brittany, Master Charles akan marah kalau beliau tahu Anda menguping pembicaraannya dengan Madam Sylvie," Robert langsung membuka suara begitu mereka sudah di tempat aman untuk bicara, bahkan sebelum Bee sempat mengatakan sesuatu.
"Aku tahu, tapi aku kan penasaran! Kau jangan bilang-bilang Dad, ya, Mr. Robert!" pinta Bee dengan suara pelan.
"Saya tidak akan bilang pada siapa-siapa, tapi tolong hati-hati. Saya kan tidak bisa melindungi dan menutupi kesalahan Anda terus-menerus," sahutnya kalem.
"Terima kasih, Mr. Robert," ucap Bee lega.
"Tapi sebenarnya tidak ada yang terlalu perlu ditakutkan dari ayahmu, Nona Brittany. Beliau kan sayang sekali padamu. Semarah apapun beliau padamu, beliau tidak mungkin akan sedemikian kasarnya seperti Old Master Lightdarker padanya," ujarnya, mereferensikan kakek Bee, ayah dari Dad.
"Yeah, aku tahu," ucap Bee, tersenyum kecil. Ia sudah biasa mendengar hal-hal tidak baik tentang kakeknya dan tidak lagi mempertentangkannya. "Ngomong-ngomong, Mr. Robert, apa tadi kau bermaksud ke ruang baca untuk menemui Dad?"
"Begitulah. Tapi di sinilah saat Anda kembali ke kamar Anda, Nona Brittany. Ini hanya urusan ayah Anda dan Madam Sylvie."
Bee mengeluarkan suara kecewa hingga hampir menyumpah sebelum delikan Mr. Robert menghentikan sumpah-serapahnya agar tidak keluar sepenuhnya. "Maaf, deh. Iya, iya, aku akan kembali ke kamar," sahut Bee kecewa, berjalan malas menaiki tangga yang menuju kamarnya. Saat ia masuk ke dalam dan sebelum menutup pintu kamarnya, ia mendengar suara ketukan pintu depan dan Mr. Robert yang membukanya dan menyambut siapa yang datang.