Mr. Perfectly Fine (06) - Mr. Always Make Me Doubt

1.8K 78 0
                                    

"Eh... Neng, neng Nastya! Tunggu motornya belum beres!"

***

Si Bena itu orang yang menyebalkan, kenapa pula dia harus mendekati mama? Apa dia nggak tau kalau mama sama papa itu masih belum cerai secara sah?

Ck!

Tapi setelah kupikir-pikir kembali, papa udah nggak ada hak atas mama, tidak diberi nafkah lahir batin bertahun-tahun sudah termasuk cerai bukan?

Tapi kan Bena hanya beda 5 tahun denganku! Jika disandingkan dengan Mama...

Tin tin tin.

"Astaga."

Tin tin tin.

"Ada apa sih?"

Tin tin tin.

"Apa—loh Bena?" ucapku kaget. Setelah bertemu beberapa menit yang lalu aku masih juga harus melihatnya sekarang? Even ketika aku di jalanan? Kenapa pula hidupku tidak bisa lepas darinya?

"Si tuan muda satu itu selalu aja menghantuiku." tak mau berpikir lebih lama, ku cepatkan laju motor, bosan sekali jika kami terus bertemu setiap hari dan setiap saat.

Dan pria itu... melakukan hal yang sama!

"Berhenti!" teriaknya samar-samar.

"Kamu yang berhenti!" teriakku keras kepala. Sial! aku sudah muak melihatnya.

"Rem rem!" teriaknya lagi.

"Rem? Apaan sih gajelas."

"Rem kamu blong Nas!"

Apaan sih maksudnya? Penasaran, kucoba untuk menekan rem motor, tapi... Apa? SIAL! Pantas saja sedari tadi kecepatanku tetap stabil di angka 60!

TIDAK BERFUNGSI!

"AAAAAAAAAAA! Tolongggggg rem nya rem rem nya aaaaaaa." bahkan untuk merangkai kata saja aku tidak mampu, satu-satu nya harapanku hanya BENA!

"Jatuhkan dirimu Nastya!"

Jatuh?!

Jatuhkan diri katanya?! Bagaimana bisa aku menjatuhkan diri begitu saja! Ini jalan raya beraspal! Apa kabar dengan tubuhku nanti?!

"AAAAA LO GILA! GUE GAMAU, TOLONG!"

Kulihat dari kaca spion kecepatan motor Bena semakin cepat, aku hanya bisa berdoa pada Tuhan akan keselamatanku.

Tak lama kemudian yang kurasakan hanya pelukan hangat dengan tubuh yang terpental. Terjadilah benturan dan rasa sakit di seluruh tubuh hingga ketika mataku terbuka, dada bidang berkemeja biru langitlah yang pertama kali kulihat.

Persis nya aku tidak tahu, tapi ketika mata ku melihat wajah penolong dengan pelukan hangatnya, yang kurasakan hanya perasaan tercekat dengan suaraku yang hilang entah kemana.

***

Duduk diam dengan hati yang terus berdoa. Kulihat lampu ruang operasi masih berwarna merah, tidak lama seorang dokter keluar dan tersenyum menenangkan melihatku.

"Operasinya berjalan lancar, dokter Bena masih tertidur karena pengaruh bius."

"Luka nya gimana dok?" ucapku dengan raut belum hilang rasa panik. Tidak penting apa dia masih tertidur atau tidak, yang terpenting apa dia bisa dibilang sehat atau tidak!

Tapi dokter hanya tersenyum, dan mengatakan semua akan baik-baik saja, dan menyuruhku untuk masuk ke ruang rawat tempat Bena berada. Ku tatap wajah Bena yang masih terpejam dengan erat, operasi dahi nya berlangsung lancar, dokter juga mengatakan bahwa tidak terjadi hal yang begitu serius padanya, hanya sedikit jahitan dan luka-luka ringan saja.

Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang