#8. Where are You?

906 178 20
                                    

Play multimedia
Happy reading 💜

Play multimediaHappy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah, sudah beres." Jungkook menutup bagasi mobil milik Nayeon setelah memasukan semua lukisan ke dalamnya, lantas berbalik lalu menghampiri gadis yang lebih tua dua tahun darinya.

"Noona, mau sekalian aku antar?" tawarnya. Nayeon menggeleng. "Tidak usah, aku bisa menyetir sendiri. Oh ya, kemana gadis tadi? Aku tidak melihatnya ada di rumah."

Jungkook mengangkat kedua bahunya tidak peduli. "Entahlah, mungkin ia sedang ke luar."

"Ya, bukankah tadi kau terlalu berlebihan? Bagaimana jika ia salah paham?" Wanita berambut pendek itu benar-benar merasa tidak enak pada Dahyun. Apalagi cara Jungkook saat menyuruh gadis itu untuk keluar dari kamarnya tadi cukup kasar.

"Aniya, sudahlah. Noona tidak usah terlalu memikirkannya. Nanti malam juga ia pasti kembali. Oh ya, jangan lupa pesananku ya."

"Iya, kau jangan khawatir, aku sudah mencatatnya di list. Titip salamku untuk Dahyun ya, aku juga merasa bersalah karena tidak sempat berkenalan dulu dengannya."

"Iya, akan kusampaikan padanya."

Nayeon tersenyum lantas masuk ke dalam mobilnya. Begitu mobil berwarna merah itu telah ke luar dari pekarangan rumah, Jungkook menghela napas panjang.

Lelaki itu menatap ke arah jalanan yang sangat sepi dengan lampu-lampu yang menyinari malam. Sudah jam sembilan malam, dan Dahyun masih belum kembali.

"Baiklah, mungkin aku bisa lebih fokus menyelesaikan pekerjaan jika Dahyun tidak ada," monolognya sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya. Rasa bersalah yang sempat terbesit dalam benaknya segera ia buang jauh-jauh. Lelaki itu tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan kemana Dahyun pergi.

 Lelaki itu tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan kemana Dahyun pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak mau pulang!"

Chaeyoung menghela napas jengah melihat tingkah Dahyun yang kekanakan. "Ya, Shin Dahyun, yang tinggal di sini bukan hanya aku. Jadi aku tidak bisa seenaknya mengizinkanmu menginap di sini."

"Tapi aku tidak mau pulang. Lelaki itu sangat menyebalkan. Aku tidak suka!"

Chaeyoung berdecak. Biar bagaimanapun, ia sulit mempercayai kalau gadis yang tengah menenggelamkan diri di kasurnya itu setahun lebih tua darinya. Memang, kedewasaan itu tidak bisa diukur dari umur.

"Sudah mau tengah malam. Aku tidak bertanggung jawab kalau kau ketinggalan bus terakhir."

"Ya, Lee Chaeyoung. Kau juga mau mengusirku?" Dahyun memajukan bibir bawahnya, seraya memperlihatkan puppy eyes yang terlihat menggelikan di mata Chaeyoung. "Hanya semalam saja. Aku menginap di sini ya?"

"Tidak," jawabnya tanpa berpikir.

"Ya! Apa kau tega membuat sahabatmu yang cantik ini menjadi nyamuk ditengah pasangan yang sedang bercinta?"

"Itu hanya asumsimu saja Shin Dahyun. Harus berapa kali ku katakan kalau kau salah paham."

"Tapi aku mendengarnya dengan telingaku sendiri! Wanita itu mendesah!" Wajah Dahyun semakin memerah. Maniknya bahkan sudah kembali berkaca-kaca saat mengingat perkataan dingin Jungkook saat mengusirnya. "Aku memang bodoh. Seharusnya aku tidak berharap lebih padanya," ujarnya lemah seraya menunduk.

Chaeyoung mendekat, lantas mengusap bahu sahabatnya itu dengan lembut. "Kau tidak bodoh. Kau hanya belum menemukan lelaki yang cocok untukmu."

Dahyun mendongak seraya menatap Chaeyoung memelas. "Chaeyoung-ah, na ottokhe? Sepertinya aku harus segera pindah dari sana tapi ... kemana? Ibuku pasti marah kalau aku pindah tanpa sepengetahuannya."

Chaeyoung menghela napas panjang. "Untuk malam ini, kau menginap saja di sini."

"Jeongmal?! Aku boleh menginap di sini?" Manik Dahyun langsung berbinar senang.

"Eoh, hanya untuk malam ini. Besok aku akan mengantarmu pulang, supaya kau bisa mengemas semua barangmu, lalu kita cari flat yang bagus di sekitar sana."

"Gomawo Chaeyoung-ah." Dahyun langsung memeluk gadis itu dengan erat. Entah bagaimana jadinya jika Dahyun nekat pulang malam ini. Memang, Chaeyoung benar-baner bisa ia andalkan. Ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Chaeyoung.

Sementara di sisi lain, ada seorang lelaki yang tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Ia terus gelisah, menengok ke arah badai salju yang tengah berlangsung di luar sana beberapa kali sembari menelpon Dahyun berulangkali walaupun selalu berujung tak dijawab.

"Astaga Shin Dahyun, kau ada di mana?"

Well, pada akhirnya lelaki itu tetap tidak bisa mengelak, kalau ia benar-benar membutuhkan sosok Dahyun di rumah ini guna menenangkan hatinya. Tanpa sadar, ia telah terbiasa dengan keberadaan Dahyun di rumah ini.

Tanpanya, rumah terasa sangat sepi. Seolah kehilangan cahayanya.

 Seolah kehilangan cahayanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Translate:

Aniya = tidak
Noona = panggilan untuk kakak perempuan dari adik/lelaki yang lebih muda darinya
Jeongmal = sungguh?
Eoh = iya

Don't Touch Her! She's Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang