Muza Yana
"Hiyaaaaaa!" pekikku setelah dibawa Jigoong ke Gangnam Street. Aku berjalan berputar dan mengangkat tangan layaknya tahanan yang baru saja keluar penjara. Aku bahkan tak peduli kalau Olivia akan memergokiku di sini. Kurasa mereka tak akan mencariku. Sebab, bisnis mereka bisa mencari orang lain yang bisa menggantikanku.
Aku tak memedulikan masalah rumah bordil. Aku hanya berharap keberuntungan di tanganku dengan mereka tak menemukanku. Ah, sebentar lagi pria paling tampan di dunia akan membelikanku pakaian. Kurasa V terlalu baik sebagai majikan. Oh, tidak ini setimpal, mengingat daftar kerjaku yang lumayan banyak.
Aku berjalan di trotoar seperti orang kampung. Jiggong berjalan mengikutiku dari belakang. Beberapa orang menatapku aneh, mungkin karena aku tak memakai alas kaki, dan aku baru sadar aku memakai jaket Gucci milik V yang kukira harganya sama dengan harga setengah kebun karet yang ingin dijual cepat.
Jaket itu mengeluarkan aroma khas pria. Kurasa itu aroma parfum mahal berharga jutaan yang biasa dibeli oleh selebriti. V memilih aroma segar khas lelaki perpaduan mint dan air laut. Entah, aku tak bisa mendeskripsikannya. Dia memang lelaki yang sangat sempurna, bahkan wangi tubuhnya tertinggal di jaket hitam mahal ini.
Aku tak menghiraukan pandangan orang, aku kini menikmati keramaian Gangnam. Mataku menyapu kiri kanan sepanjang jalan. Pemandangan yang luar biasa. Gedung, toko, restoran, klinik kecantikan, dan kantor berderet rapi. Di antara bangunan ada beberapa videotron yang menampilkan iklan produk.
Terkesima, itulah kata-kata yang mewakili perasaanku. Pemandangan kota yang cukup ramai. Sebelumnya, pemandangan kota yang pernah kulihat hanya Jakarta dan Pekanbaru. Kini aku tak percaya, aku berada di Gangnam. Berada di Gangnam dengan cara yang tak terduga, bahkan hampir terseret ke lembah prostitusi.
Sambil berjalan, mataku memerhatikan videotron yang menampilkan Hwang Chanyeol. Astaga, ia membintangi iklan minuman soda. Aku pernah melihatnya di instagram. Kini aku melihatnya langsung di layar videotron dengan ukuran yang sangat besar. Dari jauh pun ia tampak sangat keren, senyumnya menjadi ciri khasnya. "Chanyeol, kini aku berada di kotamu!" kataku dengan wajah berbinar. Sayang Chanyeol hanya tersenyum di dalam videotron. Dia tidak nyata.
Beberapa langkah aku menemui videotron iklan vitamin C yang dibintangi V dan teman-temannya. Aku tersenyum. Aku tak menyangka bisa bertemu dengan BTS. Mereka semua baik dan bersabar menghadapi aku yang pingsan. Entah bagaimana caraku membalas kebaikan mereka. Terutama V, dia bahkan mau menampungku.
"Hei!" Jigoong membuyarkan lamunanku menonton videotron yang menampilkan BTS. Aku menoleh padanya. Jiggong menunjuk-nunjuk jam tangannya. Kurasa Jigoong mengingatkanku untuk cepat.
***
Aku terbiasa window shopping dan berakibat aku tak tahu ingin membeli baju apa. Orang sepertiku hanya bisa berkhayal membeli baju mahal. Aku bahkan sudah keluar tiga toko yaitu H&M, Zara, dan Manggo, tetapi aku belum menemukan pilihanku. Aku tak enak jika membeli baju di tiga toko itu, aku segan, sebab harganya mahal.
"Come on, quick!" kata Jiggong. Ia berbahasa Inggris semampunya.
"Okey," jawabku. Aku pun memasuki toko baju lokal Korea. Merek tokonya ditulis dengan tulisan hangeul, aku tak bisa membacanya.
Begitu masuk, aku disambut ramah pelayan toko. Jiggong menungguku di kursi penunggu. Suasana toko serba merah muda membuatku nyaman. Rak baju disusun berdasarkan jenis baju, seperti kemeja, sweater, kaos oblong, rok, gaun, dan lainnya. Satu-persatu akhirnya kupilih sebanyak lima setel baju dan kutunjukkan pada Jiggong karena dia yang akan membayar.
Jigoong menghitung pilihanku. Tiga kemeja, satu sweater, satu celana jump suit dan satu celana jeans. Sebenarnya aku sungkan, sebab bagiku ini terlalu banyak. Apalagi aku hanya seorang pelayan.
"Fourteen, one day two clothes." Satu hari dua setel, kurasa itu maksudnya.
"No, this is enough." tolakku.
"V is prefecsionis. He want prefect. Ah!" katanya sambil mengibaskan tangannya.
Mungkin maksudnya. V itu tak mau kelihatan tidak sempurna. Benar, banyak majikan yang seperti itu. Bahkan, ia rela mengeluarkan uang banyak agar tidak melihat pelayannya berpenampilan amburadul.
Aku kembali memilih pakaian sesuai instruksi Jiggong,tak lupa aku membeli, pakaian dalam, perlengkapan mandi, beberapa perlengkapan kecantikan, sepatu, dan sendal rumahan. Setelahnya ia menelepon V. Sepertinya V membayar semuanya melalui M-banking.
Kami keluar toko dan Jigoong berjalan medahuluiku. Aku membawa belanjaan tak bisa mengimbangi langkah Jigoong yang terlalu cepat. Aku ingin berfoto, tetapi kuurungkan, sebab ponselku ketinggalan di rumah bordir. Beberapa langkah, Jigoong berhenti dan menunjuk-nunjuk restoran cepat saji. "Dinner, dinner!"
Oke, baiklah dia mengajakku makan malam. Tak terasa selama berbelanja siang pun berganti malam. Aku yakin Jiggong sudah lapar. Aku pun mengangguk dan mengikuti Jigoong. Setelah sampai di depan restoran, ia menghentikan langkahnya. Kini aku berada di sebelahnya. "This is halal, don't worry," tukasnya. Jigoong seolah tahu kalau aku hanya makan makanan halal.
***
Aku duduk di meja makan bersama Jigoong. Ia duduk di hadapanku. Aku memilih steak dan tteokbokki. Memilih tteokbokki adalah sengaja. Aku ingin mencicipi makanan itu dari negara asalnya. Karena sebelumnya aku pernah makan tteokbokki dalam kemasan. Sementara jiggong memilih kimchi dan dua minuman soda untuk kami.
"Thanks for everything." kataku.
"Wait!" kata Jinggong. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menggeser-geser jarinya. Kemudian ia bersuara di ponselnya dengan bahasa Korea, setelahnya terdengar suara 'ting' dan suara lelaki keluar dari ponselnya. "Berterima kasihlah kepada V."
"Wow," jawabku. Dia jenius, dia merekam suaranya di ponsel, mungkin melalui aplikasi terjemahan dan diterjemahkan langsung dalam bahasa Indonesia.
Ponselnya kupinjam dan aku mengikuti yang ia lakukan. "Aku merasa tak enak pada V, dia terlalu baik," kataku. Kata-kata bahasa Indonesiaku terekam setelahnya keluarlah terjemahan dalam bahasa Korea.
Ting.
"Tak apa, kau tetap harus bertanggung jawab atas perbuatanmu,"kata Jigoong.
"Aku mengerti, aku berjanji akan bekerja sebaik-baiknya. Tapi, ini semua sangat banyak. Mungkin kerja bertahun-tahun tak bisa mengganti ini semua," lirihku.
"Tak apa, bagi V ini belum seberapa. Ia sangat kaya. Mungkin kekayaannya tidak akan habis sampai tujuh turunan," gurau Jigoong.
Aku tersenyum sambil menyuapkan tteokbokki. Sepertinya aku tak akan melanjutkan pembicaraanku menggunakan bantuan ponselnya. Sebab, tteokbokki ini lezat daripada sekedar membalas obrolan Jigoong. Maaf.
Ting.
"Kau tahu, baru-baru ini V menambah kekayaannya?" Jigoong bersemangat menceritakan berita terbaru V. Aku hanya menaikkan alisku, sebagai isyarat aku terkejut.
"V juga pemegang saham di Chamyung Coorporation, sebuah perusahaan bergerak di bidang IT."
"Uhuk!"
"Kau baik-baik saja?"
"Never mind," jawabku. Aku tersedak mendengar kata Chamyoung. Aku seperti pernah mendengarnya. Setelahnya aku langsung menyeruput air putih untuk melegakan tenggorokanku. Chamyoung Coorporation, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Boss IS V BTS
FanfictionV menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku sudah pasti menganga, rabutnya basah dan terlihat makin menggemaskan. Ia memakai kaos oblong tipis dengan tulisan Celine dan celana hitam parasut sepanjang lututnya. Tak berdandan pun ia justru te...