PURE

725 101 12
                                    

CHAPTER 13
PURE


Delilah menyadari Kara lebih banyak diam selama berada di tempat digelarnya pameran seni. Perempuan berkacamata itu banyak menatap kosong pada foto maupun lukisan yang tergantung pada dinding di depannya. Seolah hanya raganya saja yang berada di situ, namun pikirannya melayang entah ke mana.

Saat ini saja, perempuan itu hanya menatap hampa pada sebuah foto hitam putih yang memperlihatkan seorang ibu yang tengah mengajari seorang gadis kecil berjalan. Membuat Delilah bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya sedang Kara pikirkan saat melihat foto di hadapannya.

"Kak Kara," panggil Delilah.

"Hmm?" gumam Kara tanpa mengalihkan tatapannya dari foto di hadapannya.

"Kita mau ke mana setelah ini?"

Mendengar pertanyaan yang Delilah lontarkan, kali ini Kara beralih menatap gadis di sampingnya. "I don't know, Delilah. Any idea?" Perempuan berkacamata itu balik bertanya, yang disambut gelengan kepala Delilah. "Mau pulang aja?" tanya Kara lagi.

"Kalau itu yang Kak Kara mau..."

"Come on then."

Sejujurnya tanggapan Kara membuat Delilah sedikit kecewa. Namun gadis itu dapat memahami jika Kara memang ingin menyudahi acara kencan mereka.

Suasana hati perempuan berkacamata itu sedang tidak baik. Delilah tidak mau menjadi egois dengan memaksa Kara untuk melanjutkan acara kencan mereka di saat perempuan itu tidak merasa senang. Mengetahui bahwa Kara tidak membatalkan janji kencan mereka saja sudah terasa cukup bagi Delilah. Jadi saat Kara mulai melangkahkan kakinya meninggalkan area pameran, Delilah pun turut mengikuti langkah perempuan itu.

Namun begitu berada di mobil, bukannya mengemudikan mobil menuju rumah Delilah untuk mengantar gadis itu pulang, Kara justru mengemudikan mobilnya tak tentu arah. Selama lebih dari satu jam mereka hanya mengelilingi jalanan ibu kota tanpa tujuan.

Delilah tidak bertanya apa-apa dan tidak berusaha memecah kesunyian di antara mereka. Gadis itu mencoba mengerti bahwa mungkin, Kara hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya sehingga perempuan itu membawa mereka berputar-putar tanpa arah seperti sekarang.

Hingga pada akhirnya, mereka melewati sebuah taman dan Kara memutuskan untuk menghentikan mobilnya di seberang taman itu.

"Mind to take a walk with me?" tanya Kara pada gadis di sampingnya, yang menggelengkan kepalanya sebagai sebuah jawaban.

Malam itu, selain Delilah dan Kara, hanya ada beberapa orang yang tengah bermain skateboard saja yang berada di taman. Mereka berdua berjalan bersisian mengelilingi taman dalam diam selama beberapa saat. Sampai kemudian, Kara mengajak Delilah untuk duduk di salah satu bangku yang ada di taman itu.

"Ini tempat kita pertama ketemu kan? Di taman ini." Kara membuka obrolan.

Delilah terdiam sesaat sebelum mengangguk mengiyakan, meski sebenarnya dia ingin membantah. Gadis itu ingin sekali mengatakan bahwa jauh sebelum mereka bertemu di taman, mereka sudah sempat bertemu di tempat lain.

"Maaf karena kencan kita hari ini nggak berjalan seperti harapan lo," ujar Kara sembari menatap Delilah. Delilah yang sudah begitu bersabar untuk terus berada di sisinya meski dia banyak mengabaikan gadis itu sejak tadi.

"Kak Kara..."

"No, Delilah," sela Kara. "Don't try to defend me. I've been a shitty date to you today. Gue lebih banyak melamun di tempat pameran tadi. Hell, gue bahkan udah bawa lo muter-muter nggak jelas tanpa bilang apa-apa. It's just... I need to get my mind off something. I should've told you. But instead of saying something, I kept on silent. It was a shitty of me. And I'm sorry, Delilah. I am."

WRAPPED AROUND YOUR FINGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang